"Mas....."
"Iya Ren..."
"Sampai kapan mas akan terus menyembunyikan hubungan kita? Memang apa yang salah dari hubungan kita mas?"
"Maafkan aku Ren, nanti kalau sudah saatnya pasti mas akan jujur pada semua orang"
Ah bete bete bete...aku masih saja teringat percakapan dengan mas Juan tadi siang di taman itu.
"Woy, dingin nasi gorengnya Ren", kata Beni sambil mengetuk kepalaku dengan botol minuman.
"Iya bang ini lagi dimakan", sahutku sambil memasukan sesendok besar nasi goreng ke mulutku.
"Kamu emang gak ada kuliah besok Yan, jam segini masih disini aja", sindirku.
"Ku ada tugas belum selesai, ini aja dibantuin Beni", kata Yani.
"Kamu ngusir aku Ren", tambahnya lagi, "Awas kalo butuh temen curhat".
"Iya iya bos... Gak usah pulang sekalian", kataku sambil memasukan nasi goreng kemulut Yani.
"Kamu bagaimana dengan mas Juan?", tanya Yani dengan mulut penuh nasi goreng.
"Entahlah.... Entah sampai kapan kucing kucingan gini. Kadang aku merasa tidak nyaman dengan keadaan ini, seolah olah dia menghindari sesuatu".
"Aku sudah menyuruhmu cari tau kan...".
"Sudah tapi informannya gak mau buka mulut", kataku sambil menatap Beni tajam dan dia berakting mengabaikanku.
"Kamu tanya Beni gak ada gunanya..."
"Kenapa gak kamu tanyai teman temanmu dikantor. Kalian satu kantor kan pasti banyak orang bergosip tentang dia", kata Yani lagi.
"Sudah, tapi mereka semua memuji mas Juan yang ada itu skandal mas Andra yang suka gonta ganti pacar. Dan skandal pak Rasma yang mau cerai dengan istrinya. Udah gitu aja...".
"Hmm", gumam Beni tersenyum sinis.
"Setahuku Juan memang orang yang baik", kata Beni.
"Kamu jadi belain dia", protes Yani
"Terus ngapain juga kamu benci banget sama mas Juan", kataku sambil memiting Yani, dia meronta ronta dan Beni hanya tersenyum melihat kami.
"Kamu gak pernah ada perasaan suka sama Barun?", tiba tiba Beni menanyakan hal itu padaku.
"Ada...", jawabku cepat
"Dulu sekali sebelum abang datang menghajar kami hahahaha".
"Aku serius Ren...", tanya Beni lagi.
"Barun itu sahabat Rena gak lebih...", kataku sambil mengambil handphone. Ahh ada pesan dari mas Juan.
"Barun bilang mas Andra sudah kasih tau kamu alasan kamu diterima jadi asistennya, kamu gak ada yang ingin ditanyakan padaku Ren?", tanya Beni.
"Buat apa... Aku tahu apa yang abang lakuin itu baik buatku pengecualian kalau abang menyuruhku kuliah dijurusan Kesehatan", jawabku sambil tersenyum senyum membaca balasan dari mas Juan.
"Kalau kamu masih berminat di penyiaran kenapa kamu gak hubungi Juanita?".
Sejenak aku terdiam, "Nanti saja... Kalau aku sudah menemukan apa yang aku cari. Aku juga sudah berjanji dengan mas Andra buat nyari orang yang pintar memalsukan tanda tangan itu".
"Bang... Minggu depan boleh gak aku ikut Hiking?", tanyaku pada Beni saat teringat brosur camping yang ku lihat didekat halte.
"Gak...", jawab Beni singkat.
"Ada Barun juga...", kataku sambil merayu Beni.
"Kamu ingat terakhir kali kamu Hiking, kamu tuh ilang. Dua hari gak ketemu, untung saja masih hidup! ", seru Beni membentakku.
"Itukan waktu SMA bang, sekarang aku sudah bisa jaga diri", kataku membela diri.
"Aku sama sekali gak ngerti sama kamu Ren, kamu selalu bilang begitu. Ingat gak saat kamu panjat tebing, saat kamu kemah, saat study tour juga kamu tuh selalu saja kalau gak jatuh ya hilang! ".
"Beni marah nanti udah kamu diem dulu", bisik Yani.
Aku merasa sangat kesal, kami bertiga terdiam.
"Boleh camping asal aku ikut", kata Beni.
"Abang yakin mau camping?", tanyaku. Kata kata Beni membuatku mencubit tanganku sendiri, ini benar bukan mimpi.
"Tapi kamu harus menyesuaikan jadwalku, aku yang menentukan tanggalnya", kata Beni sambil mengacak acak rambutku.
"Ah sial...", bisikku kesal.
"Itu lebih baik daripada gak camping Ren", kata Yani sambil merapikan rambutku.
Sudah terlintas dipikiranku, pasti camping berempat. Aku, Beni, Yani dan Barun, lagi lagi camping bersama mereka membosankan sekali. Aku tersenyum senyum mungkinkah aku ajak mas Juan, pikirku senang.
"Jangan pernah berpikir mengajak Juan!", seru Beni membuyarkan khayalanku.
"Ahh abang!", seruku kesal sambil mengirimkan pesan kepada Barun.
"Sampai kapan abang benci sama mas Juan? ", kataku lagi.
"Sampai dia menepati janjinya",jawab Beni.
"Abang terus saja bilang seperti itu, tapi saat ku tanya ada perjanjian apa abang dengan mas Juan tidak ada seorangpun yang mau menjawab".
DRRRTT...Handphoneku bergetar, ada telepon dari Barun. Aku menceritakan apa yang terjadi. Balasan dia hanyalah tertawa bahagia diatas penderitaanku, hal ini sudah bisa Barun tebak. Dia mengenalku dan Beni bukan satu atau dua tahun, namun hampir 5 tahun begitu pula dengan Yani. Dan kupikir sekarang Yani berasa dipihak Beni, menyebalkan sekali setiap ada masalah mereka pasti lebih memihak Beni.
Beni walau dia kakak kandungku, tak lebih seperti sahabatku. Walau kadang menyebalkan mereka lah teman, sahabat sekaligus saudara bagiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments