Suasana kelas I Saintek A menjadi sepi. Tidak ada siswa dan siswi yang ada di kelas ini. Aku dan Zhukov saling berhadapan sambil mendiskusikan sesuatu. Aku mengungkapkan kondisi yang sedang gawat saat ini. Aku menjelaskan melalui Microsoft PowerPoint versi Office 365. Sebelumnya, aku sudah menyiapkan Microsoft sebelum menjelaskan sesuatu kepada Zhukov.
Aku sudah membuat itu semalaman, sehingga aku tidak tidur kemarin malam. Selain Stephany, Aria, dan Millia, terdapat gadis dari Klub Pangeran lainnya yang bertujuan untuk menangkapku. Aku tidak bisa bertahan lama dengan serangan itu. Itu akan membunuhku dengan perlahan.
Zhukov yang sedang menyimak Office 365 melalui handphone milikku memahami apa yang terjadi. Tidak lupa ia menulis catatan di tablet miliknya untuk membantu ia berpikir secara jernih. Ia menuliskan kata kunci dan ringkasan dari penjelasan itu.
Setelah menjelaskan, aku mengakhiri penjelasanku melalui Office 365 dan mematikan handphoneku untuk menghemat baterai yang tersisa 21% lagi. Zhukov memahami kata kunci tersebut dan menyambungkannya satu per satu.
Setelah itu, dia memahami apa yang aku diskusikan. Ia pun menyarankan, “Rivandy. Aku sarankan kamu perlu pengawal karena kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Ditambah lagi, kamu tidak akan menembak gadis di kondisi manapun,” dengan panjang lebar.
“Menurutku, orang yang pantas menjadi pengawalmu adalah Akishima. Dia bisa melindungimu dengan persentase keamanannya mencapai 89,54%.” sambungnya dengan nada santai.
“Oh, begitu. Akishima, yah?” Aku memalingkan pandanganku mendengar kata Akishima.
“Akishima akan marah padaku. Jika aku mengembalikan seragamnya, ini tidak akan terjadi,” desisku yang cemas gegara kejadian tadi pagi.
“Jangan khawatir! Dia tidak akan marah hanya karena itu," cela Zhukov dengan penuh percaya diri.
"Selain itu, kau hanya perlu memenuhi permintaannya, misalkan menemaninya atau semacamnya," sambungnya.
"Permintaannya terlalu aneh bagiku," balasku menolak saran dari Zhukov.
"Eh?! Memangnya dia memintamu apa?" Tanya Zhukov ingin tahu apa yang Akishima minta padaku.
"Dia menyuruhku untuk membelikan pembalut miliknya. Lalu, aku harus menemaninya nonton Cartoon Network setiap malam. Belum lagi, aku harus menemaninya keliling supermarket dan minimarket untuk membeli peralatan mandinya. Yang berikutnya, aku harus membersihkan apartemen miliknya. Selanjutnya, …," responku dengan panjang lebar dan wajah yang lesu.
"Kurasa … kamu tidak perlu mengatakan itu lagi," lirih Zhukov tidak ingin mendengar lagi.
Setelah berbicara dengan Zhukov beberapa saat, kami mendapatkan kesepakatan bersama yang dapat disimpulkan. Zhukov juga menceritakan bahwa kedua orang yang memeluk tempo hari adalah Denis Spyxtria dan Hammer Rizka. Mereka berteman semenjak hari kedua akademi.
Zhukov membeberkan informasi mengenai mereka. Hobi, hal yang disukai, hal yang dibenci, dan lain sebagainya. Aku pun mencatat di aplikasi Google Keep. Aplikasi ini berguna untuk menyimpan data pada akun Google.
Setelah membeberkan informasi, Zhukov berpisah denganku sambil melambaikan tangan. Aku pun membalasnya dengan lambaian tanganku yang cukup lelah. Dengan kepergian Zhukov, bel berbunyi untuk masuk ke kelas lagi. Semua siswa Kelas I Saintek A kembali ke tempat duduk mereka masing-masing untuk mendapatkan pelajaran akademi.
[*^*]
Pelajaran terakhir sudah selesai, semua siswa dan siswi merasa lega dengan pelajaran yang sudah berakhir. Aku yang sudah mencatat rangkuman melalui handphone ku membereskan alat tulisku yang ada di mejaku langsung bergegas untuk menemui seseorang.
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat apakah keamanan terjamin atau tidak. Aku tidak tahu. Yang pasti, Klub Pangeran belum melancarkan aksinya untuk menangkapku. Tidak ada pilihan lain. Aku melakukan teknik yang sudah aku pelajari seminggu yang lalu.
“Arctic Warfare : Stealth!”
Aku menggunakan teknikku untuk menghilangkan diri. Ini teknik yang cukup menguntungkan untuk menghilangkan keberadaanku. Namun, aku tidak bisa melihat dan pandanganku menjadi hitam. Aku hanya mengandalkan instingku. Aku mengharapkan aku bisa melakukannya.
Sejauh ini, tidak ada seseorang yang bisa melihat keberadaanku. Para gadis dari Klub Pangeran menerima pesan dari ketua klub. Tidak sampai disitu, para gadis senior menerima sandi morse pada handphone mereka di Telegram. Mereka yang memahami itu segera mencari pangeran.
[*^*]
Di koridor akademi yang sepi, Saphine sedang berjalan menuju gerbang akademi tanpa ditemani oleh siapapun. Ia sedang sibuk dengan membaca pelajaran sekolah. Di tengah halaman buku, ia mendengarkan podcast dari handphone miliknya sambil membaca buku miliknya
Ilustrasi Handphone Saphine.
Ketika ia berjalan di tengah pencarian para gadis dari Klub Pangeran, ia cuek dengan keadaan sekitar. Ia tidak melirik kepada para gadis yang sedang mencariku. Para gadis mulai mengeluarkan aura predatornya untuk menangkap seseorang. Mereka bersembunyi di sekitar Saphine.
“Apa … yang membuat … mereka datang kemari? Aku takut. Mereka akan mengincarku. Aku harus bergerak cepat. Cepat,” pikir Saphine dengan rasa cemas mulai menyerangnya.
Saphine menutup buku nya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Lalu, ia bergerak cepat untuk menjauhi para gadis yang akan menerkamnya. Para gadis tersebut bergerak dengan perlahan untuk mendekati Saphine. Mereka yang menyiapkan senjata mereka perlu menunggu untuk momen yang tepat.
Setelah mengawasi Saphine selama 10 menit, mereka memutuskan untuk mencari ke tempat lain. Saphine yang merasa tidak diikuti bernafas lega untuk sementara. Ia segera bergegas menuju ke gerbang akademi.
Akan tetapi, Saphine terjatuh ke belakang.secara tiba-tiba. Kepalanya terbentur dengan keras tapi tidak mengalami fraktur di bagian aksial di belakang. Ia menjerit kesakitan karena sepertinya ia menabrak sesuatu. Tak lama kemudian, ada suatu getaran yang dapat menggoyangkan payudara.
Tidak sampai disitu, tubuhnya sudah disentuh sesuatu. Alat vital dan ************ milik Saphine disentuh dengan halus, sehingga menimbulkan pergerakan yang aneh. Saphine pun mengeluarkan desahannya karena ada yang menyentuh tubuhnya. Saphine langsung terangsang dengan sentuhan itu dan ingin melakukannya lagi sampai kering.
“Maafkan aku.” Terdengar suara yang berasal dari belahan dada Saphine.
“Apakah kau baik-baik saja?” Muncullah siswa di hadapan Saphine. Itu adalah aku.
“Aku mau lagi,” desah Saphine terangsang dengan entengnya.
“Masukkan punyamu!” Lanjutnya tidak tahan lagi dan menjulurkan lidahnya karena mudah terangsang.
“Hei! Bangunlah! Apa yang terjadi padamu?” Tanyaku berdiri dan segera menggendong Saphine.
“itu dia! Ada pangeran di sini!” Seru salah seorang gadis yang menemukanku.
“Kejar!”Seru seorang gadis dari Klub Militer untuk mengejarku.
“Gawat! Aku harus pergi dari sini,” batinku segera melajukan lari dengan menambah percepatan sebesar 1 meter per sekon kuadrat.
Aku yang sedang menggendong seorang gadis itu layaknya seorang putri menghindari tembakan gadis yang sangat terorganisir. Mereka menutup jalan dan mengarahkannya ke suatu tempat. Aku yang sedang terpuruk hanya berlari tanpa bisa menyerang balik.
Aku tidak bisa menggunakan senjataku karena kau menggendong Saphine. Lalu, aku tidak bisa menembak gadis dengan kondisi apapun. Kemudian, jumlah mereka terlalu banyak dan saling kerja sama.
Tidak ada yang bisa kulakukan. Aku yang sedang berlari di koridor itu menghentikan langkahku, sehingga percepatannya berubah menjadi 0 meter per sekon kuadrat. Aku terkurung dari segala arah. Mereka mengarahkan senjata mereka kepadaku sebagai tanda aku tidak bisa lari.
Apa yang kulakukan dengan mereka? Mengintip mereka saat mereka ganti baju? Ok, aku minta maaf. Jika bukan itu, terus apa? Apa aku harus bergabung di Klub Militer? Lagipula, aku tidak ikut di klub manapun. Aku hanya memiliki jam kosong sepulang sekolah nanti. Jika Aurora dan Evelyn mengetahui itu, mereka akan menangis lebih keras.
Sial! Aku tidak bisa berpikir. Pada simulator saat ini, tidak ada peluang untuk melarikan diri. Seorang gadis yang sedang menggendongku sedang mengalami kepanasan. Ada 15 gadis yang sedang mengepungku dan bersiap untuk melakukan tembakan ke arahku.Kalau begini terus, aku akan tertangkap.
Di saat aku terpojok dengan pikiranku, ada sebuah tembakan yang sangat cepat melesat menuju ke gadis yang siap menembak. Gadis yang terkena tembakan itu terjatuh ke tanah dan tidak dapat bergerak untuk sementara.
“Itukan … ? 50 BMG?! Siapa yang …?” Pikirku yang melihat peluru yang melesat menuju ke arah gadis itu.
“Tapi, kenapa?” Lanjutku yang sedang berpikir sambil menenteng seorang gadis.
“Hei! Rivandy!” Terdengar suatu teriakan yang berasal dari kejauhan.
“A-Akishima!” Sahutku menoleh Akishima yang sedang berdiri tegak.
“Aku mohon padamu,” ucapku dengan nada meyakinkan.
“Aku paham,” jawab Akishima dengan percaya diri.
“Kalau begitu, Power Ranger : Berubah!” Akishima bertransformasi lagi untuk berubah menjadi Power Ranger.
Transformasi yang Akishima lakukan sudah terjadi dan sudah berubah menjadi Power Ranger Coklat, sementara seragam Akishima dipegang oleh Zhukov yang berada di belakangnya. Jika aku memegang seragam itu lagi, aku akan mencium bau bunga Sakura lagi.
“Lain kali, gunakan pakaian dalam saat berubah,” komentarku dengan datar dalam hati..
“Yosh! Saatnya pembasmian! Power Ranger : Pegasus Aim Strike!”
Akishima menembak dengan jitu. Dua tembakan itu melesat dengan cepat sehingga dapat mengenai 2 gadis itu sekaligus. Tersisa 12 gadis yang sedang mengatur posisi mereka untuk menyerang Akishima.
“Serang!” Seru seorang gadis dari Klub Militer untuk menyerang Akishima.
Mereka menembak Akishima secara bersamaan. Namun, terdapat suatu jubah perisai hitam yang menghadang peluru itu melesat. Ia berambut hitam panjang dengan mata biru menyala berpakaian jubah dan pakaian dalamnya yang berwarna hitam pekat. Dia menggunakan P90 miliknya yang sebelumnya menggunakan Koch UMP.
Ia adalah Aurora Sentinel, Mode Langit Malam Hitam (Black Night Sky).
{P90 (Evo)}
Aurora bergerak maju dengan cepat dan mengarahkan senjatanya ke kiri untuk menembaki musuhnya. Dengan kelincahannya, tembakan yang ia lancarkan itu mengenai 5 gadis sekaligus. Melihat itu, para gadis dari Klub Militer segera mundur beberapa langkah dan segera mengatur posisi untuk mengatasi Aurora.
Saat mereka mengatasi Aurora, Akishima mendekatiku sambil membuat ruang untukku agar aku bisa lari. Gadis dari Klub Militer berusaha untuk menembak Akishima, namun Aurora menahannya dan menembak lagi.
Aku yang terdiam dengan itu tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah siswa yang terdiam dalam kondisi peperangan. Akishima dan Aurora sudah mengatasi mereka semua. Namun, anggota dari Klub Militer akan mendatangi mereka sebentar lagi.
“Rivandy! Lari!” Seru Akishima yang sedang patroli.
“Kami akan menghentikan mereka,” lanjut Aurora dengan percakapan 4 kata.
“Aku mengerti. Terima kasih, Akishima, Aurora.” Aku bergegas untuk membawa gadis berambut perak untuk meninggalkan Akishima dan Aurora untuk menuju ke unit kesehatan yang berada pada jarak 500 meter dari ruang kepala sekolah.
[*^*]
Akhirnya, aku sampai di unit kesehatan dengan teknik “Arctic Warfare : Stealth!” untuk menyembunyikan diri dari cengkraman Klub Pangeran. Aku memasuki ruangan unit kesehatan dengan pelan dan menemui dokter yang ada di sana.
Apa yang terjadi dengannya?” Tanya dokter itu.
“Ceritanya panjang. Tolong rawat dia secepatnya!” Aku meminta tolong kepada dokter itu.
Dokter itu langsung membawa gadis itu ke ruangan pasiennya. Setelah itu, dia memeriksa keadaan gadis yang mengalami tidak enak badan. Aku memutuskan untuk menunggunya dan duduk di dekat jendela.
[*^*]
Jam 16:23, dokter itu sudah merawat gadis itu. Ia segera menghampiriku untuk diberi keterangan lebih lanjut. Aku menjawabnya dengan jujur dan sistematis agar dapat dipahami dengan baik oleh dokter itu.
Setelah itu, dokter pun menjelaskan sesuatu padaku mengenai gadis berambut perak itu. Aku terkejut dengan apa yang diceritakan oleh dokter itu. Penyakit yang dialami oleh gadis itu tidak bisa diremehkan. Jika dibiarkan, akan terjadi sesuatu yang parah oleh gadis itu.
Aku mengerti perasaanmu, Saphine. Kamu memang gadis yang kuat.
Pembicaran itu selesai dengan topik yang ringan. Aku memohon untuk mengundurkan diri dari ruangan itu dan segera pulang ke apartemenku. Dokter itu menyarankan untuk melindunginya dari ancamannya. Aku mengerti tanpa menoleh ke dokter dan keluar dari ruangan unit kesehatan.
[*^*]
Ketika aku segera pulang setelah aku menutup pintu unit kesehatan, ada dua gadis yang sedang menghampiriku sambil memelukku. Mereka mengenakan seragam mereka setelah berperang melawan Klub Militer. Akishima dan Aurora.
“Rivandy! Bagaimana keadaannya?”.Tanya Akishima dengan nada penasaran.
“Tidak apa-apa. Dia butuh istirahat saat ini,” jawabku.
“Syukurlah. Dia selamat,” lega Aurora menghela nafasnya sambil memegang dadanya.
“Kalau begitu, ayo pulang! Ini sudah mau malam,” ajakku kepada kedua gadis itu untuk pulang.
“Tunggu sebentar!” Seru kedua gadis itu dengan nada serius.
“Kalian kenapa?” Tanyaku tidak peka menoleh kepada mereka.
“Eh?! Hei! Tunggu sebentar! Apa yang kalian lakukan?” Aku terkejut dengan Power Ranger dan Langit Malam Hitam. berada di hadapanku.
“Rasakan ini!” Akishima dan Aurora mulai melancarkan aksinya.
“Hiya!” Seru kedua gadis itu langsung menghajarku.
“Tidak! Jangan!” Aku memohon kepada kedua gadis itu.
“Aku mohon!” Lanjutku tidak ingin disiksa oleh mereka.
“Tidak!” Aku disiksa oleh kedua gadis itu dengan sadis.
Setelah dihajar Akishima dan Aurora, aku diborgol oleh mereka dan pulang ke apartemen kami. Aku yang sudah dihajar itu tidak bisa berbuat apapun lagi. Selain itu, mereka merampas uang untuk kepentingan mereka.
Kami pulang dengan jalan kaki dan sampai di apartemen. Setelah itu, aku dibiarkan diluar apartemen oleh mereka dan akan dilepaskan pada keesokan harinya. Mereka masuk ke apartemen mereka dan menjalani aktivitas mereka tanpa memperdulikan aku.
Aku jera. Aku tidak akan berbuat itu lagi lain kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Vigilo
hai aq mampir lagi kak. semangat up terus sampai sukses! mari saling dukung sesama penulis ke depannya :D
2020-10-22
1