3 September 2025, seorang gadis yang mengenakan baju putih berdasi hitam dan rok mini hitam dengan membawa tas kulitnya berjalan menuju akademi. Dia juga membawa beberapa buku biologi miliknya untuk mengikuti materi biologi di akademi.
Dia berjalan di tengah hiruk pikuk warga Moskow dan berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan. Dia yang menggunakan headset yang terhubung ke handphonenya. Dia mendengarkan podcast yang dia nyalakan di aplikasi Spotify.
Aurora Sentinel, gadis rambut twintail biru langit dengan warna mata biru langit yang lebar. Tinggi badan 156 cm dan berat badannya mencapai 40 kg. Kulitnya yang mulus dan lembut.
[*^*]
Jam 07:43, dia sudah sampai di akademi dan langsung beranjak ke kelas yang sama dengan pangeran matematika dan anak kecil. Dia sering menghindar dari orang-orang karena dia takut dirundung pada saat yang lalu.
Pelajaran dimulai setelah bel berbunyi. Datanglah guru yang akan mengajarkan "unsur atom dan molekul" di kelas kimia. Aurora yang disamping pangeran itu. Mereka belum melakukan interaksi saat itu.
[*^*]
Jam istirahat dimulai,semua murid Kelas I Saintek A keluar kelas untuk melakukan aktivitas mereka.
"Rivandy, ayo ke kantin?" Ajak Evelyn setelah mengemas barang pelajarannya.
"Hmm. Boleh juga. Aku sudah membawa bekal untuk untuk jaga-jaga," sahut Rivandy yang sudah memegang bekalnya sedari tadi.
Dia yang sudah selesai membaca 2 bab yang panjang dan melelahkan itu. Aurora memilih untuk mengemas barang dan membawa satu buku biologi di kantin untuk menemaninya.
Dia harap tidak ada seorang pun yang menyadari ini.
[*^*]
Ketika jam istirahat hampir habis, dia bergegas menuju kelas. Namun, saat dia berada di persimpangan jalan, tiba-tiba Aurora menabrak seseorang yang pernah kulihat sebelumnya. Aurora terjatuh di lantai.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya seseorang itu cemas dengan keadaannya.
"A … buku biologi ku!" Aurora langsung beranjak dan langsung mengambil buku biologi tanpa memperdulikan kondisi kakinya yang terkilir tu.
"E … kakimu terkilir. Apa kau baik-baik saja?" Orang itu bertanya mengenai kondisinya.
"Aku tidak apa-apa. Sungguh," jawabnya berbohong.
Namun, orang itu malah menggendongnya seperti seorang putri kerajaan. Dia pernah melihat sosok itu sebelumnya.
Kenapa dia tidak menyadarinya? Apakah ini hanya mimpi? Perasaannya saja? Atau kenyataan? Tidak mungkin. Tidak mungkin dia mengenal itu. Ini hanya ilusi yang buat oleh seseorang untuk menakuti targetnya.
[*^*]
Di kelas Evelyn dan Rivandy, seorang guru datang ke kelas dan mengucapkan selamat siang kepada muridnya.
"Kita absen sekarang. Oh iya, aku mendapatkan pemberitahuan dari dokter militer bahwa siswa kelas ini, Aurora Sentinel, tidak bisa mengikuti pelajaran. Jadi, kita langsung memulai pelajaran kita saat ini," jelas guru itu memulai pelajaran
Pelajaran pun berlangsung lama di kelas. Aku yang berada dalam ruangan unit kesehatan hanya termenung di ranjang. Ini seperti tidak kuduga.
Di saat Aurora termenung, ada seseorang yang memasuki unit kesehatan dan langsung menghampirinya.
Pangeran itu memanggil, "Aurora," dengan nada pelan.
"Ini. Aku memberikan catatan rangkuman untukmu," ucap pangeran memberi catatan rangkuman itu padanya
Aurora yang menerima catatan dan membacanya sementara. Aurora terkejut karena isi catatannya mudah dimengerti dan sangat rapi. Entah kenapa catatan ini sangat penting baginya.
Setelah Aurora membaca catatan sekilas, Aurora bertanya, "Kenapa … kau menolongku?" Menoleh kepadanya.
"Aku tidak ingin seseorang ketinggalan pelajaran karena kesalahanku," jawab seseorang itu dengan panjang lebar.
"Tidak usah repot-repot. Aku tidak pernah minta tolong kepada siapapun," balasnya dengan tatapan dingin.
Pangeran itu bergerak menuju nakas unit kesehatan dan sedang membuat sesuatu.
Beberapa saat kemudian, orang itu bertanya, "Kamu pasti lelah, iya 'kan, Aurora?" Dengan sedikit basa-basi.
"Kau tahu darimana soal namaku?" Tanya Aurora dengan tegas.
"Namamu tertempel di seragam. Aku sudah membaca namamu di seragam yang kamu kenakan."
Aurora pun menggerutu mendengar jawaban itu. Pangeran itu menghampirinya setelah membuat sesuatu. Itu adalah obat golongan non-steroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs), ibuprofen dan naproxen.
Kedua jenis obat ini mampu meredakan rasa sakit atau nyeri, mengatasi peradangan, serta pembengkakan yang terjadi akibat keseleo.
Aurora yang sedang dipijit oleh seseorang itu seraya bertanya, "Da-darimana kau tahu obat yang itu?" Dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
"Aku mempelajarinya dari berbagai sumber yang kubaca. Itu adalah 'Apendikular Jilid ke-5' yang sudah kubaca sebanyak 34 kali dan merangkumnya di buku kecilku," jelasnya sambil mengurut kaki.
Setelah mengurut kaki, dia menggunakan perban dan meletakkan di kaki Aurora yang terkilir. Menggelikan sekali.
"Sudah selesai. Pengobatan ini bisa membuatmu berjalan. Perban ini digunakan sebagai pertolongan pertama. Kamu bisa pulang sekarang," ucapnya membereskan peralatan kesehatan itu.
Saat Aurora menyentuh perban itu di tangannya, dia merasa lebih baik. Bau harum menyebar di seluruh kakinya yang terkilir. Ia merasa ingin hidup lebih lama dengan momen ini. Orang itu bukan yang lain. Dia memang pangeran yang telah ia tunggu untuk melepaskan mahkotaku.
Ketika ia ingin meninggalkan unit kesehatan, Aurora memanggil, "Hai, aku tidak tahu namamu, Pangeran," membuatnya menghentikan langkahnya.
"Rivandy. Itu namaku," jawab Rivandy menoleh dan menutup pintu unit kesehatan.
"Iya, Pangeran Rivandy," gumamnya dalam hati.
[*^*]
4 September 2025, Aku yang sudah berada dalam kondisi rapi. Aku sudah membawa semua peralatan selama akademi berlangsung. Hari Kamis adalah hari yang sibuk bagiku.
Ketika aku keluar dari apartemen, Aku melihanya yang sedang menunggu. Aku yang melihatnya yang seperti anak kecil langsung terkejut dan mundur beberapa langkah.
"A-Aurora! Kenapa kamu disini?!" Tanyaku sedikit blak-blakkan.
Dia yang tertawa kecil melihat itu menjawab, "Ternyata, apartemenku dekat dengan apartemenmu. Lihat! Hanya berjarak 1 apartemen yang memisahkan kita," dengan sikapnya yang manis dan imut.
"Oo, begitu," gumamku langsung keluar dari apartemen dan menuju ke hadapannya.
"Ayo, aku tidak mau terlambat. Kalau terlambat, aku akan dihukum di lorong bersamamu," celetuknya segera pergi dari apartemen.
Aku dan Aurora pergi ke akademi dengan akrab. Kami berjalan menuju akademi melalui trotoar di tengah hiruk pikuk penduduk Moskow. Tak lama kemudian, ada seorang gadis yang menyerangku dari belakang. Dia memelukku seraya menyapa, "Rivandy! Kita bertemu lagi, desu," mendekatkan kepalanya ke kepalaku dengan akrab.
"Evelyn! Jangan seperti itu! Aku sesak nih," keluhku dipeluk Evelyn.
"Jangan malu-malu, desu! Kita sedang'...," ucapan Evelyn terhenti ketika ia melihat Aurora.
"Hm?!"
"Siapa itu, desu? Kenapa ada gadis di sampingmu, desu? Apakah kau selingkuh denganku, desu?" Tanya Evelyn menggoyangkan tubuh Rivandy dengan cepat.
"Evelyn! Hentikan! Jangan! Aku tidak bisa bergerak," keluhku melawan gaya gesekan itu.
Evelyn langsung turun dari tubuhku, sehingga aku terjatuh di trotoar. Evelyn memandang Aurora dengan seksama, sehingga dia sedikit tidak nyaman dengan itu.
Dia kagum dengan postur tubuh Aurora yang tidak berbeda jauh darinya. Dia bersyukur atas sambutan itu. Aurora mengira dia akan diculik dan diperbudak oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Halo, aku Evelyn, desu. Namamu siapa?" Tanyanya dengan ramah.
"Aku Aurora. Senang bertemu denganmu," balas Aurora ramah juga.
Aurora dan Evelyn langsung berjalan ke akademi sembari mengobrol dengan obrolan gadis. Mereka menikmati obrolan itu, sehingga dia sangat ingin menjalani hati itu dengan baik. Evelyn berencana akan mengajaknya ke suatu tempat untuk akhir pekan nanti.
Sepertinya mereka melupakan sesuatu. Tapi, apa yang mereka lupakan?
[*^*]
Setelah mereka tiba di akademi, pikiran mereka merasa menanggal setiap detiknya. Mereka merasakan kehilangan sesuatu yang penting, sehingga mereka melakukan kesalahan yang sama.
Akademi Militer Spyxtria memiliki fasilitas yang sama dengan fasilitas masa depan. Bahkan, ada robot Mecha yang bersembunyi disana. Tapi, tidak semua orang bisa masuk akademi ini. Hanya 30% yang lulus dan menjadi sekutu oleh PBB sementara 70% dinyatakan sebagai kegagalan.
Tidak heran, bahwa akademi itu merupakan SMP khusus yang hanya untuk orang yang terpilih. Tidak sembarang negara yang bisa masuk kesana. Butuh 1 dekade PBB menyeleksi kurang lebih 200 negara untuk bisa masuk ke akademi tersebut.
[*^*]
Pelajaran dimulai, seorang guru masuk ke kelas dan menyapa dengan baik. Para siswa itu membalas sapaan itu dan mengikuti pelajaran dengan tenang, termasuk Aurora dan Evelyn. Mereka tidak menyadari sesuatu yang penting. Itu adalah pangeran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
John Singgih
rivandy ilang
2022-02-26
0
Alter-Ruu
sudah kuduga si rivandy ilang😂
btw!!! RIVANDY HERE I COME!!!
_\____________________,,__
/ `–│││││││││———————_]
/_==o ____________________
),—.(_(__) /
// (\) ),——
//___//
/`—-’ /
/____ /
2021-06-01
1
🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎
Wahh ada pemeran wanita bernama Aurora.... Kenapa aku bingung ya dengan nama nama pemeran nya? Orang baru atau udah lama? hehehe membingungkan 😕❓
2020-11-30
2