13 September 2020, jam 16:30, Sheeran berada di pangkuan Rivandy yang sedang tertidur manis itu. Gadis berambut violet tersebut mendengar detak jantung Rivandy yang pelan dan merdu. Ia juga merasakan mimpi buruk dan trauma yang dialami oleh Rivandy. Sheeran bertekad dalam hatinya sembari menikmati pangkuan dengan seorang pangeran yang tertidur itu
Udara Ibukota Moskow yang sejuk itu menenangkan pemuda dan pemudi yang sedang berbaring di padang rumput. Sheeran memeluk pangkuan Rivandy sembari menyentuh perutnya yang sixpack itu dengan cara memasukkan tangannya ke dalam tubuhnya. Perut itu rasanya hangat, nyaman, dan keras.
“Hangatnya! Jika aku ditakdirkan bersama dengannya, aku siap melepaskan keperawananku untuknya,” pikirnya sambil mengelus perut dan dada Rivandy secara lembut.
Disaat Sheeran masih memeluk sambil merasakan tubuh Rivandy dengan hangat, tiba-tiba Rivandy bangun dari tidurnya secara perlahan tapi kesadarannya masih kabur. Sheeran yang melihat Rivandy yang bergerak itu langsung melepaskan pelukannya dan langsung bergerak menjauh untuk menghindari pandangan Rivandy
Rivandy yang terbangun itu segera memperjelas kesadarannya dan sedang berdiri dengan perlahan dari baringnya. Ia sedang termenung memikirkan sesuatu yang sambil berjalan sekitar perbatasan antara elemen tanah dengan air..
“Sial, aku ketiduran. Aku merasa tidur bersama seorang gadis. Apa hanya perasaanku? Aku rasa ini hanya mimpi saja,” gumam Rivandy yang sedang termenung dekat dengan jembatan.
“Hmm. Aku pikir tidak ada gadis yang memelukku. Ini hanya mimpiku saja,” lanjutnya sedang memandang orang yang sedang beraktivitas.
Pada saat Rivandy memikirkan sesuatu, Sheeran yang bersembunyi dari pandangannya dan mengikutinya saat berjalan tidak membiarkan pangeran itu lolos dari pengawasan mata violet Sheeran. Ia tidak peduli jika ia adalah seorang penguntit. Yang penting ia harus mengikuti kemana pangeran itu pergi.
Ia harus melakukan itu sebelum kesempatan itu menghilang. Kesempatan pertama dan terakhir. Jika ia melewatkannya, ia akan kehilangan Rivandy selamanya. Jika hal itu terjadi, Sheeran takkan pernah bisa mendapatkan peluang untuk keluar dari zona merahnya. Ia juga akan kehilangan harapannya untuk mengubah hidupnya menuju lebih baik lagi.
Ia ingin bertemu dengan Rivandy dan mengobrol dengannya, namun ia tidak bisa melakukannya karena jantungnya berdetak dengan cepat secara tidak sengaja. Selain itu, tubuhnya akan terasa panas jika ia akan menyentuh .pangeran itu secara sengaja maupun tidak.
Sheeran ingin sekali untuk memberanikan diri untuk menyapa pangeran itu. Ia berusaha untuk melangkahkan kakinya untuk mengejar pangeran yang sedang termenung itu. Ia melihat pangeran itu mengambil handphone-nya dan menatap layar sambil mengutak-atik aplikasi tertentu.
Sheeran menunggu kesempatan untuk bertemu dan menyapa dengannya
“Aku ingin sekali menyapa dengannya. Namun, kenapa aku tidak bisa? Semakin aku ingin mendekatinya, tubuhku semakin panas,” bisik Sheeran dalam hati sambil mengusap dadanya..
Sheeran berdiam dari persembunyiannya sambil ia mendinginkan tubuhnya Namun, tidak kunjung dingin juga. Ia juga mencoba untuk menghembuskan nafasnya secara perlahan. Setelah itu, ia menunggu momentum yang tepat untuk mendekatinya.
Mungkin ini merupakan takdir Sheeran yang harus dihadapi olehnya untuk mengubah masa depannya.
Namun, jam taman menunjukkan pukul 17:12, Rivandy yang sudah memainkan handphone miliknya menyimpan ke dalam sakunya dan segera bergegas untuk pulang. Sheeran yang melihat itu terlihat panik segera mengejar Rivandy takutnya Rivandy akan meninggalkan Sheeran. Sheeran yang sedang berlari mendekati Rivandy untuk menyampaikan sesuatu padanya.
“Tunggu sebentar!” Seru Sheeran yang membuat langkah Rivandy terhenti.
Rivandy yang mendengar suara itu langsung menoleh kepada Sheeran yang sedang kelelahan. Ia bertanya, “Ada apa?” dengan penampilan yang keren dan menawan.
Sheeran yang menghela nafasnya setelah menahan panas di dalam tubuhnya karena cinta pandangan pertama membalas,“Beri waktu sebentar! Aku ingin membasahi diriku dulu,” agar Rivandy tidak lari dari pandangannya.
Sheeran mengambil air minumnya di dalam tas yang ia bawa sedari tadi dan menumpahkannya menuju kepalanya, sehingga tubuh Sheeran basah bersama pakaiannya untuk membuatnya lebih sejuk lagi..
“Apa yang ia pikirkan?” Pikir Rivandy yang bingung dengan perilaku Sheeran.
[*^*]
“Yosh! Sekarang aku akan menyampaikan sesuatu padamu,” cetus Sheeran dengan nada serius sambil mendekati Rivandy secara perlahan.
“Apa yang ingin kamu sampaikan?” Tanya Rivandy mendengar cetusan dari Sheeran mundur sedikit demi sedikit..
“Itu ... Anu ….” Sheeran menjadi bingung apa yang disampaikan olehnya
“Hm?”.Rivandy memiringkan kepalanya melihat perbuatan Sheeran itu.
“Aku tidak tahu apa yang ingin ku sampaikan. Yang jelas, aku ...” jawab Sheeran masih terbata-bata.
“Sebaiknya kamu menenangkan dirimu. Kau merasa tidak enak badan sekarang,” saran Rivandy maju kedepan dan mendekati Sheeran untuk menenangkan gadis berambut violet itu.
“Tapi, aku baik-baik saja, kok,” cekal Sheeran berbohong.
“Ayolah, tidak mungkin kau …,” ucapan Rivandy terpotong karena ia secara tidak sengaja menginjak lantai basah dan merasa kehilangan keseimbangan.
Sheeran hanya terdiam melihat Rivandy terpeleset. Ia tidak menyadari bahwa apa yang akan terjadi padanya.
Rivandy terpeselet dan kehilangan keseimmbangannya, sehingga ia tidak menyadari bahwa ia menabrak Sheeran dan jatuh ke lantai bersamanya. Sheeran dan Rivandy terjatuh secara bersamaan. Dan hal yang tidak disengaja pun terjadi. Rivandy tidak tahan dengan hasratnya.
Secara tidak sengaja bibir mereka bersentuhan. Rivandy yang tidak sadar apa yang terjadi kepada Sheeran sementara Sheeran menjerit kesakitan karena kepalanya sedikit membentur ke lantai. Momen itu terjadi selama beberapa detik.
Sheeran yang melihat Rivandy melakukan sesuatu itu langsung terkejut apa yang pangeran itu lakukan. Ia melihat Rivandy menyentuh bibir Sheeran melalui bibirnya dengan romantisnya.
Sheeran mengeluarkan reaksinya yang seketika itu. Tubuhnya semakin lama semakin panas setiap detiknya. Dengan reaksi panasnya, Sheeran mengeluarkan suatu cairan yang berasal dari selangkangannya, sehingga dapat membasahi roknya. Lalu, wajah Sheeran menjadi memerah dan merasa nikmat saat Rivandy melakukannya dengan romantis.
Sheeran yang sudah basah dan panas itu menggila dan mendesah dengan suara pelan. Rivandy yang terjatuh di sisi Sheeran terbangun dan menyadarkan pikirannya.
“Hm?! Apa apa? Eh?!” Rivandy tidak menyangka melihat reaksi dari Sheeran yang sedang mendesah itu.
“Hei, apa kamu baik-baik saja?” Tanya Rivandy sambil menggoyangkan badan Sheeran yang sedang terangsang.
Namun, Sheeran tidak menjawab pertanyaan Rivandy. Rivandy berusaha menyadarkannya, namun terlambat. Sheeran berada di duniamimpi dimana ia sedang menjalani hubungan yang erat dengan seorang pangeran.
Akhirnya, Rivandy membawa Sheeran yang sedang terbawa mimpi ke suatu tempat. Ia menggendong Sheeran layaknya seperti seorang putri kerajaan. Ia membawa Sheeran secara hati\=hati karena ia tidak membiarkan kesalahan yang ia buat menjadi lebih buruk lagi pada beberapa saat yang mendatang.
“Aku harus melakukan sesuatu pada gadis ini atau tidak sama sekali,” tekad Rivandy dalam hati membawa Sheeran keluar dari taman Gorky.
“Jangan khawatir! Aku akan membawamu kesana. Ke tempat yang kamu tuju. Bibi Anita,” lanjutnya sambil mengantarkan Sheeran menuju ke tempat Bibi Anita.
[*^*]
14 September, jam 06;14. Di apartemen Sheeran, Sheeran sedang tertidur pulas dengan selimut dan bantalnya yang berada di ranjangnya. Sheeran terbangun mendadak sambil mengucapkan, “Ah!! Jangan, Pangeran! Aku masih belum siap!” Lalu ia menghela nafasnya karena ia mengira ia akan melakukan hal yang romantis bersama Rivandy.
“Heh. Aku bermimpi aku dicium pangeran,” keluhnya yang ternyata itu adalah mimpi.
“Tapi, aku tidak tahu namanya,” lanjutnya menghela nafasnya yang berada dalam ranjangnya.
“Sheeran!” Panggil bibi gemuk itu yang tidak lain adalah Bibi Anita.
“Bibi,” sahut Sheeran mendengar panggilan itu.
“Oh, sayangku! Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Bibi Anita mendekati Sheeran dengan perasaan cemas..
“Aku tidak apa-apa, Bi. Hanya saja aku merasa mimpi yang indah,” jelas Sheeran mendengar kecemasan Bibi Anita.
“Cie. Kamu sudah mendapatkannya, bukan?” Gombal Bibi Anita sambil menahan tawanya.
“Bukan berarti aku … Ah! Sudahlah! Jangan dibahas lagi!” Elak Sheeran tidak mau mendengarkan apa-apa lagi.
“Ayolah! Jangan malu! Aku selalu berada dipihakmu,” rayu Bibi Anita memegang pundak Sheeran yang sedang berada di ranjang..
“Tidak boleh! ini privasi!” Larang Sheeran tidak mau membeberkan rahasianya.
“Ya sudah! Aku tidak akan memberitahumu tentang pangeran itu,” keluh Bibi Anita segera pergi dari ruangan Sheeran
“Pa-Pangeran?!” Sheeran terkejut dengan ucapan Bibi Anita yang segera meninggalkan ruangannya dengan perasaan kesal.
“Ta-Tadi, kamu bilang apa?!” tanya Sheeran dengan nada yang terbata-bata.
“Pangeran, ada apa?” Bibi Anita kembali bertanya.
“E-e … apa … Bibi kenal … Pangeran??” Sheeran bingung dengan ucapan yang dilontarkan oleh Bibi Anita itu.
“Kenapa? Aku tidak akan memberitahumu,” canda Bibi Anita ingin menuju pintu.
“Tolong beritahu aku! Aku mohon,” ucap Sheeran sambil memohon.
Bibi Anita menghentikan langkahnya dan menoleh ke Sheeran sambil menjawab, “Iya, iya aku akan memberitahumu. Tapi, minggu depan dan seterusnya, kamu harus membantuku membereskan rumah,” dengan nada santai dan menggoda Sheeran.
“Aku janji,” jawab Sheeran dengan nada semangat.
“Tanpa keluhan apapun,” lanjut Bibi Anita.
“Tanpa keluhan apapun,” ulang Sheeran dengan nada semangat.
Mendengar perjanjian yang Sheeran lontarkan itu, Bibi Anita segera menghampiri Sheeran yang sedang terduduk dalam ranjangnya. Tubuh gemuknya dan banyak aksesoris di rambutnya beserta baju gamis warna biru keunguan yang lebar itu segera menghampiri Sheeran yang sedang terduduk dengan pikiran kosong
“Begini, pada saat itu, kamu …,” jelas Bibi Anita memulai ceritanya.
Sheeran mendengar cerita itu dengan seksama. Ia mendengarkan kata demi kata sambil mengolah kata itu menjadi sebuah kejadian. Ia juga tidak mengalihkan pandangan dari Bibi Anita yang sedang bercerita itu.
Sheeran terkejut dengan cerita Bibi Anita yang tidak berbohong itu. Ia sudah tahu apa yang terjadi. Semuanya terungkap dengan jelas. Rivandy dan Bibi Anita memiliki koneksi yang jelas lantaran Bibi Anita memiliki toko bunga. Rivandy adalah pelanggan baru yang mengunjungi toko bunga itu.
“Begitu, ceritanya,” jelas Bibi Anita mengakhiri ceritanya.
“Ri-Rivandy? Jadi itu nama pangeran yang men-ciumku,” jelas Sheeran dengan nada terbata-bata..
“Selain itu, dia juga tidur bersamamu karena ia ingin tidak membiarkanmu tidur sendirian,” beber Bibi Anita tersenyum nakal.
“Ti-tidur bersama?!” Sheeran terkejut dengan ucapan Bibi Anita yang usil itu.
Wajah Sheeran menjadi memerah dan tak lama kemudian darahnya keluar dari hidungnya karena ia mendengar Rivandy tidur dengannya. Setelah darahnya keluar dari hidungnya, ia berbaring di ranjangnya dan kehilangan kesadarannya.
“Dasar gadis mesum. Mendengar itu saja langsung mimisan. Aduh, darahnya keluar lagi,” resah Bibi Anita sambil menyumbatkan hidung Sheeran yang mimisan itu.
“Jangan khawatir! Kamu masih perawan, kok,” lanjutnya membersihkan apartemen Sheeran yang sedikit kotor.
Setelah membersihkan apartemen Sheeran, ia kembali ke aktivitasnya masing-masing dan membuka toko bunga jika ada waktu yang ia kerjakan. Para pembeli pun langsung datang ke toko bunga Bibi Anita dan membeli semacam bunga hias untuk dipajang di sekitar rumahnya.
Jam 17:00, toko bunga ditutup. Bibi Anita segera menjalankan aktivitas lain. Sheeran yang sudah terbangun 5 jam yang lalu segera mencari informasi mengenai Rivandy. Ia menemukannya di pada saat pembagian kelas dan wajah Rivandy yang ia potret kemarin.
Ia akan melakukan rencananya agar Rivandy berada disampingnya.
Aku akan mencarimu, Pangeran Rivandy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments