10 September 2025, jam 15:20, kelas berakhir. Aku, Aurora, dan Evelyn memutuskan pulang bersama setelah kami berlatih militer selama 7 jam lamanya. Tinggal 5 hari lagi menuju hari mata pelajaran. Kami berjalan pulang menuju gerbang akademi sambil membawa senjata kita masing-masing karena kami bisa membawa pulang senjata hanya untuk keadaan darurat saja.
Akademi Militer Spyxtria memiliki sistem kelas yang unik dibandingkan dengan yang lainnya. Jam pelajaran sekolah dan militer diadakan secara selang-seling. Jika pada minggu pertama diadakan jam pelajaran sekolah, maka pada minggu kedua diadakan jam militer yang digunakan untuk melatih siswa untuk cara menggunakan senjata, menjadi mata-mata, dan lain sebagainya.
Senjata yang kami gunakan akan kami jaga baik-baik. Benda itu tidak boleh digunakan saat di luar jam pelajaran militer. Pihak sekolah sudah membuat sistem dimana senjata akan dikunci setelah jam pelajaran militer selesai. Jadi, kami tidak bisa menggunakan senjata kami seenaknya.
[*^*]
Kami pun mengunjungi cafe yang pernah aku kunjungi pada hari yang sebelumnya. Aku duduk berhadapan dengan Aurora dan bersebelahan dengan Evelyn pada meja 12. Beberapa selang kemudian pelayan cafe mendatangi kami seraya bersapa, “Selamat datang di Dom Cafe. Ini menunya,” memberikan kertas menu kepada kami.
Ilustrasi Dom Cafe
“Aku pilih Burger Pancake Pacha, desu,” pesan Evelyn sambil mengeluarkan aura keimutannya.
“Burger Pancake Pacha. Ada yang lain?” Tanya pelayan itu ramah sembari menuliskan pesanannya.
“Varenye rasa Stroberi,” jawab Aurora singkat namun santai.
“Dua Vatrushka. Satu untuk makan disini dan lainnya bawa pulang,” lanjutku bertatap muka dengan pelayan itu.
Setelah menulis pesanan, pelayan tersebut menyuruh kami untuk menunggu pesanan kami dan meninggalkan kami lalu menuju ke dapur. Setelah kami menunggu dengan mengikuti obrolan gadis itu, pelayan itu membawa Burger Pancake Pacha, Varenye rasa Stroberi, dan Vatrushka.
Kami menerima pesanan itu dan memakannya secara perlahan sambil mengobrol. Setelah kami menghabiskan semua makanan di atas meja, pelayan itu memberikan tagihan kepada kami. Aurora dan Evelyn menunjuk jari telunjuk kepadaku.
Aku terpaksa membayar pesanan mereka dan merelakan uang ₽ 3.950 (Rp, 618.545,99) menghilang dari.dompetku. Padahal aku masih memiliki ₽ 20.000 di kartu kredit. Aku tidak pernah menghabiskan uang sebanyak itu.
Hiks!
Jam 17:10, matahari mulai tenggelam karena perbedaan rotasi Bumi. Kami berjalan melihat sunset yang cukup indah. Kremlin dan Santo Basil mendominasi pemandangan ini. Para mobil berlalu lalang di jalanan kota Moskow saat pulang dari pekerjaan. Lampu di bangunan menyala satu per satu.
Ilustrasi Pemandangan Kota Moskow saat sunset.
Aurora dan Evelyn memotret pemandangan. Lalu, mereka mengajakku untuk berswafoto. hasil foto itu akan dikirimkan melalui Telegram. Pemandangan ini cukup menenangkan hati dan membuatku terpukau.
[*^*]
11 September 2025, jam 14:59, pelajaran militer telah selesai. keseharianku tidak pernah berubah. Aku diajak Evelyn dan Aurora untuk pulang bersama. Namun, sebelum pulang kami harus melihat pameran klub di dekat taman akademi yang tidak jauh dari kelas.
Di sana, kami melihat banyak siswa ramai berlalu lalang di sekitar pameran tersebut. walaupun jumlah siswa akademi sekitar 280 siswa Banyak klub yang ditampilkan dan mempromosikan kepada siswa baru.
Mulai dari Klub Palang Merah Remaja, Klub Musik, Klub Seni, Klub Teater, Klub Militer, Klub Olahraga, Klub Sains, Klub Soshum, Klub Pemandu Suara, Klub Memasak, Klub Literasi, Klub Robotik, Klub Komite Disiplin, Klub Bela Diri, dan Klub Programmer.
Aku terkesima melihat pameran ini. Aurora dan Evelyn menarik tanganku
“Rivandy. Ayo masuk ke Klub Robotik,” ajak Evelyn menarik badanku menuju tempat Klub Robotik.
“Tidak bisa. Ayo ke Klub Sains, Rivandy!” Aurora memaksaku untuk ke tempat Klub Sains.
“Tidak! Ke Klub Robotik!” Evelyn mengancamku.
“Klub Sains!” Aurora meneriakiku.
“Klub Robotik!” Evelyn menarik tanganku sebelah kanan.
“Klub Sains!” Aurora menarik tanganku sebelah kiri.
“Klub Robotik!”
“Klub Sains!”
Aku dijadikan tali oleh kedua gadis itu. Aurora menarikku dari sebelah kiri sementara Evelyn sebelah kanan. Aku terbiasa ditarik dengan seperti ini sebanyak dua kali. Ini yang ketiga kalinya. Jika orang lain berada di posisiku, mereka akan menjerit kesakitan.
Ketika aku berada dalam kondisi seperti ini, ada dua orang yang sedang membuat suara seolah mereka memanggilku.
“Ri-chan!” Panggil kedua orang itu menghampiriku di tengah keramaian pameran klub.
Mereka berlarian ketika aku ditarik oleh kedua gadis itu. Mereka tidak lain adalah Denis Spyxtria dan Hammer Rizka.
“Ri-chan!” Denis dan Hammer memelukku dan aku terjatuh ke lantai dengan cukup keras. Aurora dan Evelyn terjatuh secara bersamaan.
Mereka memelukku sambil mengajak, “Ri-chan. Ikutlah bersama kami! Keahlian memasakmu melebihi koki kelas profesional,” dengan matanya penuh berkaca-kaca.
“Enak saja! Aku yang mengajaknya duluan, tahu!” Cela Aurora berdiri dari jatuhnya.
“Itu benar, desu. Kalian tidak boleh mendekatinya, dasar penculik, desu!” Evelyn mulai mengeluarkan senjatanya untuk mengancam Denis dan Hammer.
“Anak kecil, main bola dengan полярные медведи (beruang kutub) sana! Ri-chan ini milikku,” usir Denis sambil memelukku.
“Ri-chan menjadi milikku. Gadis penggoda sepertimu lebih baik pergi dari sini,” saran Hammer dengan senyuman mengusir Aurora.
“Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernafas,” keluhku dengan pelukan itu.
“Kalian ingin disiksa lagi?!” Raut wajah Aurora menjadi mengerikan.
“Tidak! Aku hanya bercanda,” cala Hammer ketakutan.
“Lepaskan pangeran itu dari tangan kotor kalian atau aku akan …." Ancaman Aurora terpotong dengan seruan itu.
“Itu dia!” Seru gadis itu dari Kosta Rika sehingga jalanan menjadi lebih lebar akibat perbuatan anggota Klub Pangeran yang membuatkan jalan hanya untukku saja.
“Kyaa! ada pangeran!” Seru gadis dari Polandia kagum dengan sosok pangeran itu.
“Pangeran! Bergabunglah dengan Klub Pangeran ini! ” ajak gadis dari Indonesia sambil melambaikan tangannya.
“Pangeran! Datang kesini, dong. Aku ingin melamarmu,” ungkap siswi anggota Klub Pangeran dari Arab Saudi.
“Pangeran. Aku membuatkan kue untukmu,” ujar gadis dari Australia memperlihatkan kuenya yang baru dibungkus.
“Gawat mereka lagi. Bisa-bisanya mereka membuat Klub Pangeran,” resah Aurora yang melihat sekumpulan gadis yang memaksaku untuk mengikuti Klub Pangeran.
“Hah?! Kelas Pangeran? Yang benar saja, desu,” gerutu Evelyn bersiap untuk melarikan diri.
“Hei, kalian semua! Kita harus lari!” Aurora berseru kepada Denis dan Hammer untuk lari.
“Tidak mau!" Denis dan Hammer masih memelukku.
“Ayo, cepatlah lari!” Aurora memaksa Denis dan Hammer untuk lari.
Anggota Klub Pangeran itu langsung mengejarku, Aurora, Evelyn, Hammer, dan Denis yang berlari meninggalkan pameran klub. Kami pun berlari menuju ke lorong akademi untuk menghilangkan jejak kami dari sekelompok anggota Klub Pangeran itu.
“Kejar! Jangan biarkan mereka lolos!” Seru salah satu anggota Klub Pangeran yang sedang mengejar kami.
“Menyerahlah! Kalian tidak bisa mengejar kami,” tekan salah satu anggota lainnya menembakkan kami dengan senapan Karabin M4 di tangannya.
Aurora dan Evelyn menahan serangan dengan Koch UMP dan Modern Combat. Denis dan Hammer membalas serangan mereka. Aku hanya berlari saja tanpa menggunakan senjata apapun. Aku tidak mau menembak wanita.
Namun, Dewi Fortuna berpihak kepada mereka. Kami pun terkepung di jalan buntu di pertengahan tangga. Akhirnya, setelah pengepungan itu, Aurora dan Evelyn ditahan dengan tali. Denis dan Hammer ditahan dengan rantai baja. Aku pun ditahan dengan pelukan 3 gadis yang tidak diketahui namanya.
Akhirnya, aku dibawa ke Klub Pangeran dengan pelukan 3 gadis yang penuh kasih sayang. Aurora dan Evelyn ingin menangis keras karena mereka ditinggalkan, Begitu pula dengan Denis dan Hammer. Mereka dibiarkan di persimpangan tangga sampai pukul 18:01.
Hari yang sungguh sial bagi mereka berempat. Aku tidak bisa melakukan apapun dengan situasi ini. Aku pun diantar pulang oleh ketiga gadis yang imut dan lucu itu. Ini sungguh memalukan.
Aku tidak pernah menarik perhatian kepada sekumpulan gadis. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi dengan pelukan gadis yang erat itu. Bahkan, aku tidak bisa menolak ajakan ketiga gadis yang selalu menempel.
Akhirnya, aku dan ketiga gadis itu sampai di apartemenku. Aku berterima kasih dengan mereka. Sebelum mereka meninggalkanku, mereka memperkenalkan diri.
“Yosh! Aku akan memperkenalkan diri. Namaku, Stephany Rieka. Dari Kosta Rika,” ungkap gadis berambut terurai warna coklat kehitaman itu.
“Aku, Aria Veronica. Kanada,” ujar gadis yang mengenakan Topi Beanie Sinterklas.
“Kalau aku, Milla Sylphia. Dari Finlandia,” jawab gadis berkacamata dan bertubuh seksi.
“Ok. Stephany, Aria, Millia.” Aku menyebutkan nama mereka agar aku tidak lupa.
“Aku mengerti,” lanjutku.
“Rivandy, jika kamu butuh bantuan. Panggilah kami! Biar kami membantumu,” cetus Stephany dengan percaya diri.
“Tolong ajari aku matematika. Kamu pasti bisa,” goda Millia kepadaku.
“Aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah untukmu,” cetus Aria dengan semangat.
Aku menerima ocehan itu dengan tenang, sehingga mereka semakin nyaman di sampingku. Mereka pun berpisah setelah jam menunjukkan jam 19:00 di layar handphone mereka. Mereka melambaikan tangannya kepadaku setelah berpelukan dengan hangat dan menghilang tanpa jejak.
Tidak terlalu buruk. Mereka hanya sekumpulan gadis yang baik. Saat aku ingin kembali ke apartemen, aku mengingat sesuatu yang penting. Itu adalah teman-temanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Vincent Da Vinci
pening..... Siapa Mc cerita ni???????
2023-08-05
0
Alter-Ruu
hammer dan denis is gae!
2021-06-01
1
FLox
Rivandy dimanapun dia berada dia selalu dibilang pangeran.. Dan.. Denis dan Hammer menyebutnya dengan sebutan Ri-chan.. -_ apaan itu.. saling memeluk.. terus si Rivandy biasa aja gitu.. -_ eh.. tolong.. jika aku diperlakukan oleh pria seperti itu.. aku akan menjauh 10 tidak 20 meter dari orang itu.. :')
2020-11-03
5