Istirahat kedua akhirnya tiba juga setelah pelatihan militer mengenai cara menembak dengan benar. Hammer mengajak Denis untuk belanja di kantin. Mereka berencana untuk melakukan sesuatu. Untuk melakukan sesuatu kepada siswa pangeran yang membuat mereka iri .
Mereka berencana untuk mengikuti siswa pangeran bersama dengan gadis twintail (kuncir dua) dan gadis lolita yang sedang berjalan itu. Mereka pun mengendap-endap dan menyembunyikan identitas. Mereka menyelinap dan mengikuti apa yang siswa pangeran lakukan saat itu. Mereka bergerak secara perlahan agar siswa pangeran itu tidak mengetahui keberadaan mereka.
Mereka pun menemukan sekelompok yang sedang berada di suatu tempat tidak jauh dari kantin akademi. Hammer menoleh ke Denis dan mendiskusikan sesuatu untuk membuat senjata pembalasan. Setelah itu, mereka akan menjalankan misi ini dan berpisah setelah itu.
[*^*]
Suatu tempat yang tidak jauh dari kantin. Terdapat meja besar dengan 2-3 kursi yang mengelilingi meja yang besar itu. Dua kursi itu diduduki oleh Aurora dan Evelyn. Mereka sedang mengobrol sambil menunggu keberadaan siswa pangeran itu.
Aurora dan Evelyn saling berdekatan dan mengobrol dengan akrabnya. Mereka sedang menunggu kedatangan siswa pangeran itu. Dia sedang memasak untuk kedua gadis itu. Setelah mengobrol beberapa lama kemudian, Rivandy yang mengenakan celemek bunga Camelia muncul di hadapan kedua gadis itu.
Dia memberikan masakan Sup Borscht kepada Aurora dan Evelyn dan mereka pun memakan makanan itu dengan cepat.
“Masakannya enak sekali,”.puji Aurora lahap dengan masakan ini.
“Ini lebih baik daripada masakan professional manapun,” tambah Evelyn memuji Rivandy.
“Yah … Aku hanya melatih saja,” cela Rivandy mendengar pujian itu.
Rivandy berjalan menuju ke dapur untuk membereskan sesuatu yang penting, seperti membersihkan dapur, mencuci piring, dll.
[*^*]
Sementara itu, Aurora dan Evelyn sedang memakan Sup Borsch dengan cepat sambil mencicipi sup yang warna merah itu. Mereka mengomentari sambil memuji masakan itu.
Saatnya telah tiba. Denis yang sedang bersembunyi dari persimpangan tembok sambil melihat kedua gadis itu.
“Lapor! Aku melihat mereka yang sedang memakan Sup Borsch yang lezat itu,” lapor Denis kepada Hammer melalui Handy Talkie pada tahun 2020.
“Sup Borsch? Aku mau. Aku mau,” ujarnya ingin menyantap makanan itu.
“Hei! Kita sedang menjalankan operasi saat ini!” Tegur Denis serius.
“Hehehe, maaf,” respon Hammer cengengesan dengan menggarukkan kepalanya.
“Ok, sekarang kesempatan untuk membalas serangan kita kali ini. Kau sudah siap karungnya?” Tanya Denis dengan suara yang pelan dan lamban.
“Sudah. Aku sudah membawa karungnya,” sahut Hammer dengan membawa karungnya.
“Dalam hitung ketiga, kita akan menyerbu pangeran dan menculiknya untuk diberikan sandera kepada semua gadis itu sebesar ₽ 375.000,00 (Rp. 75.375.668,40) agar kita menjadi kaya,” jelas Denis menjelaskan suatu rencana.
“Roger that!” Hammer mematuhi rencana itu dengan siap dan siaga.
Saat momen yang tepat, Denis memberikan aba-aba dan, “1, 2, 3! Serang!” Mereka bersiap untuk menyerbu pangeran yang sedang meletakkan sup itu dan pangeran itu tidak menyadari bahwa mereka sedang menangkapnya. Mereka pun menangkapnya, namun ia tidak melawan.
Aurora dan Evelyn terkejut dengan kejadian itu. Mereka langsung mengeluarkan senjata mereka untuk mengancam penculik itu.
“Lepaskan Rivandy sekarang juga!” Pinta Aurora mengeluarkan Koch UMP-nya.
“Kau tidak bisa mengalahkan kami, desu,” ancam Evelyn menyombongkan diri.
“Hwahahaha. Sekarang pangeran berada di tangan kami. Jika kau menembak, peluru itu akan mengenai pangeran ini. Sekalian saja, aku menembak pangeran ini,” celoteh Hammer dengan sedikit akting.
“Hei, apa yang kalian lakukan? Aku tidak bisa bernafas,” jerit siswa pangeran itu.
“Masuk ke karung saja. Kau akan aman,”
“Hei, tunggu. Lepaskan a ….” Pangeran itu dimasukkan ke karung.
“Kita kabur.” Mereka berusaha untuk melarikan diri.
“Oi! Tunggu dulu! Kau tidak akan bisa lolos secepat itu.” Tatapan Aurora menjadi tajam dan menghalangi jalan mereka.
“Itu benar, desu. Kau harus melepaskan pangeran kami sebelum dibiarkan lewat, desu,” lanjut Evelyn sembari mengarahkan belatinya kepada kami.
“Gawat! Bagaimana ini? Kita tidak bisa lolos,” bisik Hammer kepada Denis.
“Kalau begitu, ….”
“Rencana B : Kereta Lokomotif!” Mereka mengangkat karung itu ke atas dan berlari dengan cepat, sehingga Aurora tidak bisa menahan serangan itu.
“Kalian tidak bisa kabur dariku!” Seru Aurora sambil menembakkan Koch UMP-nya kepada mereka.
“Tunggu aku, desu!” Evelyn bergerak cepat dan lari menuju ke arah mereka.
Hammer dan Denis sedang bergerak cepat dan menghindar tembakan dari Aurora. Namun, Aurora tidak menyerah juga. Kedua gadis itu berlari dengan cepat untuk menghentikan langkah Mereka. Mereka tidak bisa dihentikan. Evelyn berusaha untuk mengejar bersama Aurora.
Akhirnya, Evelyn berhenti berlari dan memilih untuk tidak mengejar mereka karena energi Evelyn sangat kecil dan hanya bisa berlari selama 20 detik. Evelyn pun berkata, “Aurora! Aku serahkan semuanya padamu, desu!” Sambil meluruskan kakinya dan istirahat.
[*^*]
Aurora itu hanya mengangguk dan meninggalkan Evelyn begitu saja. Dia mengejar lokomotif yang tidak bisa dihentikan itu. Namun, semakin lama ia berlari, tenaga yang digunakannya semakin banyak. Ia tidak akan menyerah. Ia harus menyelamatkan pangeran yang diculik.
Denis dan Hammer langsung berlari di lorong dan mempercepat langkah agar gadis twintail itu tidak bisa mengejar. Setelah mereka berlari secepat lokomotif, mereka ingin membelokkan langkah mereka ke kiri. Namun, karena lokomotif tidak bisa berbelok kiri tanpa rel kereta api, mereka hanya bisa melaju cepat dan cepat, sehingga tidak bisa menghentikan langkah ini.
Aurora menghentikan langkahnya dan mengatur nafasnya untuk memperjelas pandangannya. Ia memasukkan Koch UMP ke dalam bra-nya dan berjalan cepat menuju kejadian itu.
Mereka pun bisa lolos dari kejaran Aurora untuk sementara, namun mereka tidak bisa menghentikan langkahnya karena mereka terlalu cepat. Mereka tidak mampu berhenti sehingga hampir menabrak siswa lain. Bahkan, guru memarahi mereka karena hampir menabraknya.
“Hammer, hentikan ini!” Pinta Denis kepanikan.
“Aku sudah berusaha. Tapi, tidak bisa,” ujar Hammer ketidakmampuan itu.
Mereka yang membawa karung itu tidak bisa dihentikan. Setelah berlari dengan cepat, mereka melihat pagar pembatas untuk melindungi tanaman hias. Mereka terkejut dengan melihat pagar itu dan berteriak dengan suatu seruan.
“Awas!”
Mereka terjatuh menabrak jembatan itu dan karung yang diisi oleh siswa pangeran itu langsung terhempas ke arah taman yang diisi oleh sebagian besar gadis. Karung itu mendarat ke air mancur dan sekumpulan gadis itu melihat karung yang melayang. Saat mereka mengangkut dan mengeluarkan karung itu dari taman, sekelompok gadis itu membuka karung itu.
Mereka terkejut bukan main dengan isi karung itu. Isinya adalah siswa pangeran yang sedang tertidur dengan elegannya yang disertai dengan air yang membasahi tubuhnya. Sekelompok gadis itu berteriak histeris melihat pangeran itu tertidur dengan manisnya.
Alhasil, banyak gadis yang berkumpul hanya untuk melihat siswa pangeran yang sedang tertidur di rindangnya pohon di taman.
[*^*]
Sementara itu, Hammer dan Denis terjatuh menimpa tanaman hias. Gadis twintail itu menghampiri mereka sembari mengeluarkan aura yang ingin menyiksa orang lain.
“Halo, apa kabar?” Aku mengalihkan pembicaraan.
Gadis twintail itu menangkap mereka dan dibawa ke suatu ruangan yang gelap dan sepi. Setelah dibawa kesana, mereka disiksa dengan cabai, hantu, dan serangga, sehingga Denis ketakutan dengan hebatnya sementara Hammer sudah kehilangan kesadarannya dengan siksaan itu. Siksaan gadis twintail itu sangat mengerikan. Siksaan ini berlanjut sampai sore hari, tepatnya jam 16:00.
[*^*]
Hari sudah sore. siswa pangeran dengan membawa banyak pemberian hadiah itu kembali ke tempat yang tidak jauh dari dapur. Ia pun mengambil tasnya dan segera pergi dari sini. Namun, ia mendengarkan suatu suara yang tidak asing baginya.
“Tolong aku!” Siswa pangeran mendengar jeritan seseorang.
“Jangan sakiti aku!” Teriak seseorang.yang berasal dari dapur.
Saat ia menuju sumber suara, ia melihat Aurora yang sedang menyiksa Hammer dan Denis. Ia menghampiri Aurora yang sedang marah. Ia memanggil, “Aurora,” dan wajah Aurora menjadi lebih manis setelah menoleh kepada Rivandy.
“Rivandy!” Sahut Aurora memeluk Rivandy dengan penuh kasih sayang.
“Ada apa?” Tanyanya melihat kami yang sedang disiksa oleh Aurora.
“Begini, ….” Aurora membisik sambil menjelaskan sesuatu kepada Rivandy.
“Oo, begitu. Aku mengerti,” jawabnya memahami cerita Aurora.
“Ngomong-ngomong, dari mana mendapatkan hadiah sebanyak itu?” Tanya Aurora memamerkan pesonanya kepada Rivandy.
“Para gadis yang imut itu memberikan sesuatu padaku. Jadi….” Ucapku terpotong dengan pukulan Aurora dengan sangat keras, sehingga Rivandy terhempas menabrak tembok.
Hammer dan Denis tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aurora pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan kesal, “Rivandy bodoh! Aku kesal denganmu. Hmph!” Sambil membawa senjata Koch UMP-nya dan tasnya untuk pulang kerumah.
Mereka saling menatap dan melihat Rivandy tidak bisa bergerak lagi. Mereka melepaskan diri dari ikatan ini dan membawanya ke alamat apartemennya. Setelah membawanya ke sana, Mereka pulang dengan perasaan lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Bumi
entah kenapa si Rivandy terlalu pasif, apa hanya perasaanku?
2020-11-10
3
FLox
Aku baca nyantai aja ya.. soalnya kamu update banyak amat.. baru meleng sedikit sudah sampai 20 chapter :')
2020-10-23
2