12 September 2025, jam 12;14, aku berjalan menuju ke kelas sebelum terlambat. Selain itu, aku harus menemukan Aurora dan Evelyn. Soal kedua siswa itu aku biarkan saja karena kau belum mengenal mereka. Mereka hanya siswa yang mengidap penyakit LGBT.
Surat izin? Yang benar saja! Kenapa Cherry-Neesan melakukan hal itu? Apakah ia melakukan sesuatu agar aku bolos pelajaran? Ayolah! Apa yang kulakukan dengan waktu yang terbuang ini? Menunggu sampai jam pelajaran selesai? Tidak! Terima kasih.
Tak lama kemudian, aku melihat kedua gadis itu yang sedang memakan es krim rasa stroberi dan vanilla. Mereka adalah Aurora dan Evelyn. Akhirnya aku menemukan mereka! Aku ingin sekali menemui mereka secepat mungkin dan meminta maaf atas kejadian kemarin.
Aurora dan Evelyn menyapaku dengan hangat sembari mengungkapkan rasa khawatir mereka. Mereka memeriksa tubuhku dan melihat apa yang mereka lakukan kepadaku. Aku yang tidak nyaman dengan tindakan mereka yang selalu membuatku pusing.
“Ada apa?” Aku bertanya kepada kedua gadis itu.
“Aku memeriksa apa yang mereka lakukan padamu,” jawab Aurora memeriksa tubuhku layaknya seorang dokter.
“Siapa tahu kamu kehilangan keperjakaan, desu,” lanjut Evelyn yang sedang mengutak-atik tubuhku itu.
“Tunggu sebentar! Apa yang kau ....” Ocehanku terpotong dengan Aurora sebagai dokter.
Aurora terkejut melihat saat ia memeriksa kondisi tubuhku. “Apa ini? Lehermu memerah. Apa yang terjadi padamu?” Mereka menyelidiki lebih lanjut dengan kekhawatirannya yang memuncak.
“E … Aku dicium?” Jawabku penuh dengan keraguan.
“Bahaya! Siapa yang melakukan ini padamu?!” Seru Aurora hampir menangis.
“Rivandy. Jangan menjadi Pangeran Bajingan Jelek, desu!” Pesan Evelyn menahan air matanya.
“Hah?! Tidak ada pangeran yang seperti itu!” Aku menyangkal Evelyn.
“Rivandy!” Kedua gadis itu memelukku sambil menangis.
“Hai, kalian! Apa yang …?” Aku dipeluk oleh kedua gadis itu dengan erat.
“Rivandy. Jangan lupakan kami!” Sesal Aurora memberikan pesan terakhirnya.
“Kami selalu mengingatmu, desu,” lanjut Evelyn.
“Apa yang kalian katakan? Aku tidak mengerti,” cekalku dengan ucapan mereka yang ngawur.
“Kamu harus melayani Klub Pangeran itu,”
“Kamu akan membuat harem dengan 100 gadis, desu,” tambah Evelyn yang masih mengeluarkan air matanya.
“Hah?! Hanya itu yang membuat kalian menangis?” Tanyaku sambil menghela nafas melihat mereka menangis hanya karena ini.
Aurora dan Evelyn mengangguk secara bersamaan.
Aku menjawab, ”Jangan khawatir! Mereka tidak melakukan hal yang seperti itu. Soal leher yang memerah itu, aku hanya kelelahan saja,” dengan terpaksa aku berbohong.
Sebenarnya aku sudah kehilangan keperjakaanku karena Cherry-Neesan yang nakal dan mesum itu.
“Semoga jawaban ini meyakinkan mereka. Kalau tidak, akan menjadi lebih buruk,” pikirku sambil melihat Aurora dan Evelyn secara psikologis.
“Syukurlah! kamu selamat,” ucap Aurora menghela nafas dengan kedua tangannya berada di dadanya.
“Aku pikir kamu akan menjadi monster, desu,” celetuk Evelyn mengusap air matanya.
“Tidak ada hubungannya harem dengan monster,” desahku secara pelan.
“Oh, iya. Rivandy. Aku mau bertanya. Apakah kamu ingin ikut ke kelas militer hari ini?” Tanya Aurora mengalihkan pembicaraannya.
“Tidak. Aku tidak akan ikut. Banyak hal yang harus kulakukan. Cherry-Neesan … maksudku, Dr. Cherry meminta bantuan kepadaku ” jawabku dengan sedikit terbata-bata.
“Sebenarnya, Cherry-neesan sudah memberikan surat izin sehari penuh untukku. Jadi, aku tidak bisa mengikuti pelajaran yang tersisa sekarang,” pikirku dalam hati.
“Kalian, masuklah ke kelas! Jika sudah selesai, aku akan meminjam catatan kalian,” pesanku kepada kedua gadis itu.
“Kalau begitu, sampai jumpa lagi,” pamit Aurora menuju ke kelas.
“Ingat! Jangan macam-macam dengan wanita seksi itu,” pesan Evelyn seakan-akan mengancamku dan mengikuti Aurora kembali ke kelas.
Aku kembali ke tempat tongkrongan yang tidak jauh dari kantin akademi untuk menghabiskan waktu dengan buku yang kupinjam pada tempo hari.
[*^*]
Jam 12:32, seorang gadis yang berambut coklat terurai sebahu dengan syal merah yang melengkapi seragam akademi. Kulitnya yang halus dan sedikit bercak merah di area tertentu. Ia mengenakan rok mini, tidak seperti siswi lainnya yang mengenakan rok pendek. Ia bermata coklat gelap dengan dua klip merah menempel di pinggiran poni kirinya.
Akishima Renji (秋島 蓮司). Siswa yang berasal dari Negara Sakura, Jepang. Asia Timur.
Akishima sedang berjalan sambil melihat keadaan di sekitar. Jika ada bantuan, dia akan menuju kesana dan menolongnya. Jika ada yang mengancamnya, Ia akan menggunakan senjatanya untuk menghabisi yang mengancamnya.
Saat ia berjalan tidak jauh dari kantin, ia melihat seorang pangeran yang membaca buku sejarah sambil menunggu waktu pulang. Akishima yang melihat itu langsung menghampirinya dan membunyikan peluitnya sehingga orang itu terganggu dengan tiupan dan menoleh kepada Akishima.
“Sedang apa kau disini? Bukankah kelas militer akan dimulai?” Tanya Akishima menghampirinya.
“Tidak. Aku tidak bisa ikut kelas karena aku izin,” jelasnya.
“Kalau begitu, mana surat izinnya?” Tanya Akishima sembari memerintahkan orang itu untuk menyerahkan surat izin kepada Akishima.
“Ini,” sahut orang itu memberikan surat izin kepada Akishima.
“Lalu, kenapa kamu disini? Bukankah saatnya untuk pelajaran militer?” Tanya balik orang itu.
“Aku tidak bisa. Aku sedang bolos,” jawab Akishima spontan.
“Kenapa?” Pangeran itu penasaran.
“Karena, surat ini menjadi milikku,” jawab Akishima sambil menjulurkan lidahnya kepada siswa itu.
“Hei, kembalikan surat izin itu padaku!” Pintanya mencoba merebut surat izin itu dari Akishima
“Tidak bisa. Ini milikku. Kau tidak bisa merebutnya kembali,” respon Akishima tidak membiarkan siswa itu merebut kembali surat izin itu.
“Grr! Ambil saja! Aku tidak terlalu membutuhkan itu,” gerutu pangeran itu dan kembali membaca bukunya.
“Eh? Benarkah, Pangeran Rivandy?” Goda Akishima sambil menutupi wajahnya dengan surat.
“Iya. Eh … Darimana kamu tahu namaku?” Jawab Rivandy mencoba menenangkan diri.
“Kamu tidak tahu? Setiap Klub Pangeran berpelukan erat denganmu, mereka terus-menerus memanggilmu ‘Pangeran Rivandy.’ Jadi, aku sudah mengetahui dari semak-semak,” jelas Akishima dengan penuh percaya diri.
“Itu penguntit namanya,” batin Rivandy yang mendengar penjelasan dari Akishima.
“Lalu, apa yang ingin kamu sampaikan lagi?” Jawab Rivandy dengan sedikit datar.
“Sederhana saja. Aku memintamu untuk … bolos,” respon Akishima menunjuk Rivandy untuk membolos.
“Hah?! Bolos?! Yang benar saja?! Jika aku ketahuan membolos, Cherry-Neesan akan menghukumku,” cela Rivandy tidak ingin bolos.
“Terus ini apa? Dia ingin membuatmu bolos, sehingga kamu tidak bisa dikejar oleh Klub Pangeran itu,” desak Akishima masih memperlihatkan surat izin kepada Rivandy.
“Benar juga,” gerutu Rivandy yang pasrah itu.
“Lalu, kita mau bolos kemana?” Tanya Rivandy dengan tatapan yang dingin.
“Yosh! Dengarkan aku!” Pinta Akishima meletakkan peta Moskow yang besar di atas meja..
Rivandy yang melihat peta itu sangat terkejut dengan letak kota Moskow. Ia tidak tahu bahwa kota Moskow sangat luas. Dengan luas kota itu, turis bisa menghabiskan 2 minggu untuk berkunjung di Moskow.
Ilustrasi peta Moskow
“Pertama kita akan ke Kremlin terlebih dahulu untuk berswafoto di sana. Kedua, kita akan ke Teater Bolshoi. Terakhir, kita akan ke Mall GUM untuk berbelanja disana,” jelas Akishima dengan menunjuk tempat yang ia kunjungi.
Rivandy tidak mengerti apa yang Akishima pikirkan. Ini tidak masuk akal. Bagaimana bisa orang Jepang bisa mengetahui tulisan Rusia yang membingungkan bagi sebagian orang. Jika orang asing yang tidak tahu membaca tulisan Rusia, mereka akan menggunakan Google Translate di handphone mereka dan menggunakan fitur kamera
“Tunggu sebentar! Bukankah ini terlalu berlebihan?” Keluh Rivandy dengan ajakan Akishima.
“Hei, semuanya! Aku menemukan pangeran, lho!” Teriak Akishima yang membuat para gadis yang melintas
“Jangan berisik! Kau memancing mereka tahu,” desak Rivandy memegang mulut Akishima untuk diam.
“Lepaskan aku, dasar pangeran bodoh!” Pinta Akishima berusaha melepaskan diri.
“Tanganmu bau sekali. Kamu sepertinya sudah melakukan olahraga lima jari,” keluh Akishima dengan tangan Rivandy yang berbau gurita.
“Aku tidak melakukan itu, dasar Gadis Aneh!” Rivandy mencela Akishima lagi.
“Daripada kita bertengkar tidak jelas ini, lebih baik kita langsung bolos saja,” ujar Akishima yang menggulung peta yang besar itu dan menuju gerbang akademi. Rivandy pun mengikutinya dari belakang sambil membawa tasnya untuk mengikuti Akishima yang ingin bolos itu.
[*^*]
Setelah berjalan melewati taman di saat para siswa lain kami melihat petugas gerbang yang mengawasi gerbang agar tidak ada siswa yang keluar dari sana. Mereka tidak bisa keluar dengan bebas mengingat penjagaan gerbang cukup ketat. Pintu gerbang baru dibuka setelah pulang sekolah.
Ada aturan mengenai pintu gerbang akademi. Jika ada siswa yang terlambat ke akademi, ia harus berhadapan dengan Komite Disiplin dan menjalani hukuman yang diserahkan kan oleh Panitia Disiplin. Hal yang sama terjadi jika ada yang membolos. Hanya saja, beban yang ditanggung 2 kali lipat dibandingkan terlambat ke akademi.
“Haduh! Dijaga ketat oleh petugas,” umpat Akishima tidak bisa keluar dari akademi.
“Kita harus lewat mana?” Tanya Rivandy menatap Akishima.
[*^*]
Akhirnya, mereka keluar dari tembok gerbang akademi dengan seutas tali yang Akishima miliki. Rivandy membantu Akishima terlebih dahulu untuk naik ke atas tembok gerbang akademi berbatu bata merah dengan diisi semen. Setelah membantu Akishima, dia menolong Rivandy untuk memanjat tembok gerbang.
Mereka pun sudah keluar dari Akademi Militer Spyxtria dengan selamat. Rivandy dan Akshima mencari tempat untuk mereka bisa duduk. Mereka berencana untuk kesana dengan naik apa. Jika jalan kaki, Akishima tidak mau karena ia tidak bisa berjalan lebih lama lagi. Jika menyewa sepeda, Rivandy menolak usulan itu dengan alasan biaya sewa mahal.
Akhirnya, Rivandy memutuskan untuk memanggil taksi melalui aplikasi Uber sementara Akishima sedang menunggu taksi yang dipesan sambil mencari barang apa yang ia beli dari Mall GUM.
Setelah menunggu beberapa saat kemudian, taksi pun datang di hadapan Rivandy dan Akishima. Mereka pun naik ke taksi dan mengantarkan mereka ke Kremlin. Sopir tersebut menyalakan Uber dan kembali taksi beroperasi. Taksi itu melesat dengan cepat dan menuju ke Kremlin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments