12 September 2020, jam 13:01, Ibukota Moskow masih berlaku lalang. Santo Basil, Kremlin, dan bangunan lainnya berdiri tegak dan dibanjiri dengan kunjungan para turis dari seluruh dunia. Walikota Moskow dan para pejabat lainnya sedang bekerja untuk membuat kota Moskow menjadi lebih makmur dan sejahtera.
Di jalanan yang dipenuhi dengan mobil, Akishima dan Rivandy menaiki taksi berwarna kuning yang sedang melaju menuju ke Kremlin. Mereka saling berdekatan dan terlihat seperti pasangan kekasih. Para sopir taksi tertawa kecil melihat mereka yang sedang berkencan itu.
"Hei! Anak muda! Untuk apa kalian pergi ke Kremlin?" Tanya sopir tersebut.
“Untuk bo-” ucapanku terpotong karena Akishima menutup mulutku dengan cepat.
“Ah. Untuk melakukan hal yang romantis dengan pangeran. Iya ‘kan pangeran?” Jelas Akishima menatapku dengan tajam dan menyeramkan.
“I-iya,” jawabku terbata-bata.
“Tapi, bagaimana dengan sekolah kalian?” Tanya sopir itu santai dan mengendarai taksinya dengan benar.
“Jangan khawatir! Kepala sekolah sudah mengizinkan kami untuk berkencan untuk hari ini. Jadi, aku harus menemaninya untuk ke suatu tempat,” jelasnya dengan spontan.
"Ah. Satu lagi. Kepala sekolah menyuruhku untuk menemaninya biar dia tidak direbut oleh gadis yang lain," sambungnya menjawab pertanyaan itu.
"Ahaha. Kalian ini. Jadi teringat masa lalu," canda sopir itu teringat masa lalunya.
"Pak sopir, tolong ceritakan masa lalumu!" Pinta Akishima mendesak pak sopir tersebut untuk
"Hei! Jaga sopan santunmu!" Cela Rivandy meneriaki Akishima.
"Tidak apa-apa. Aku senang sekali menceritakan masa laluku. Begini, di tahun 2000, pada saat aku masih muda …." Sopir itu menceritakan kisahnya sambil mengendarai taksi
Setelah pak sopir itu bercerita, sopir itu mengatakan, "Nah! Begitu ceritanya," mengakhiri cerita.
"Wah! Romantis sekali. Kamu harap kamu bisa bahagia bersamanya," puji Akishima dengan matanya berbinar-binar.
"Iya. Betul. Aku harap kalian bisa mengikuti jejak paman ini," ujar pak sopir bergairah setelah menceritakan kisah cintanya kepada Akishima dan Rivandy.
"Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan," gerutu Rivandy dalam hati.
Setelah taksi tiba di Kremlin, sopir taksi memberhentikan taksinya dan taksi itu sudah berhenti di depan Kremlin. Rivandy pun menggunakan aplikasi Uber dan melihat rute serta pembayarannya. Pembayaran dari aplikasi Uber telah diverifikasi. Rivandy dan Akishima turun dari taksi sembari mengucapkan selamat tinggal kepada sopir itu.
Sopir itu membalas ucapan itu dan segera mencari pelanggan lagi untuk mengantarkannya ke suatu tempat.
[*^*]
Sebelum Rivandy dan Akishima memasuki kota Kremlin untuk berwisata, mereka harus ke karcis terlebih dahulu untuk bisa memasuki ke Kremlin. Rivandy sibuk mengecek aplikasi Uber-nya. Ia tidak percaya dengan harga yang terpampang di layar handphone-nya.
"Du-dua ribu Rubel? Yang benar saja?!" Rivandy tidak percaya melihat harga ongkos taksi di Aplikasi Uber-nya.
"Yosh! Kita beli tiketnya! Dan kau traktir tiketnya," titah Akishima menyuruhku untuk membayar tiket ke Kremlin.
Rivandy hanya terpaksa melihat gadis yang seperti itu. Gadis itu lebih berenergi dibandingkan dengan Evelyn. Gadis itu … benar benar menyusahkan.
"Oh iya, aku lupa. Aku Akishima. Akishima Renji. Salam kenal," sapa Akishima sambil tersenyum lebar.
"Oo. Akishima." Rivandy memanggilnya dengan nada pelan.
[*^*]
Mereka berjalan menuju loket untuk membeli tiket Kremlin. Loket itu berada di bawah dinding Kremlin. Stasiun metro terdekat untuk mencapai loket adalah Borovitskaya (jalur abu-abu), Alexandrovsky Sad (jalur biru muda), Arbatskaya (jalur biru), dan Biblioteka Imeni Lenina (jalur merah). Mereka berjalan menuju ke bawah untuk mencapai tempat loket resmi
Akhirnya, mereka menemukan loket itu dan petugas loket itu dengan kasar. Rivandy sudah terbiasa dengan sikapnya itu sementara Akishima merasa sedikit ketakutan dan memelukku dengan erat.
“Harganya ₽ 1000 untuk dua tiket,” ujar petugas karcis itu dengan nada ketus.
Rivandy menyerahkan ₽ 1000 kepada petugas itu sementara Akishima bersembunyi di belakang Rivandy untuk menghindari tatapan petugas loket yang tidak ramah itu.
Petugas itu memberikan tiket kepada Rivandy dan dia memberikan tiket itu kepada Akishima. Akishima menerima tiket itu dan menarik paksa tangannya untuk menuju ke Oruzheynaya Palata untuk meninggalkan tempat liket itu.
Setelah mereka membeli karcis, mereka memasuki Kremlin untuk mengunjungi Oruzheynaya Palata.
Ilustrasi Oruzheynaya Palata
Mereka segera memasuki tempat itu tanpa dipandu oleh pemandu sekalipun. Mereka melihat museum itu dan melihat berbagai macam barang antik yang terpampang di dinding. Banyak barang yang digunakan oleh para Tsar dan Tsarina pada masa lampau. Mulai dari pakaian, kereta kencana, berbagai senjata dan lainnya.
Rivandy hanya memotret benda itu melalui handphone miliknya. Ia mengikuti langkah Akishima yang sedang sibuk dengan menyelidiki sesuatu yang aneh.
Akishima memperhatikan benda itu secara seksama. Ia juga menyelidiki sesuatu dengan barang itu. Setelah itu, mereka menaiki lantai kedua dengan menaiki tangga dan Akishima sibuk menyelidiki sesuatu yang menurutnya tidak beres di sana.
Rivandy tidak sadar bahwa pakaian Akishima yang awalnya menjadi seragam akademi menjadi pakaian detektif. Akishima menggunakan kacamata pembesarnya untuk menyelidiki barang yang disimpan dengan sangat baik. Setelah menyelidiki benda tersebut, ia menuju Rivandy dan mengajaknya ke suatu tempat.
Rivandy pun menerima ajakan itu dan bergerak menuju ke lantai ketiga. Setelah menyelidiki barang-barang di lantai ketiga, mereka berjalan turun melalui tangga.dan meninggalkan Oruzheynaya Palata melupakan sesuatu yang mereka lakukan yang berakibat fatal nantinya.
Mereka berkunjung di Istana Negara Moskow sambil melihat tarian balet Rusia yang anggun dan elegan. Rivandy merekam dengan resolusi tinggi tanpa menimbulkan keributan sekalipun sementara Akishima berlagak seperti cheerleader, sehingga mengganggu. Mereka disuruh keluar dari Istana Negara Moskow karena Akishima melakukan keributan di Istana Negara Kremlin.
Mereka yang diusir itu langsung meninggalkan tempat itu dan menuju ke Taman Aleksander (Aleksandrovskiy Sad). Rivandy tidak pernah mengeluh sekalipun. Setelah sampai di taman, mereka istirahat dan mengeluarkan bekal mereka untuk dinikmati bersama.
[*^*]
Akishima memperlihatkan bekalnya yang imut dan lucu itu. Terdapat motif hewan yang lucu yang terdapat di dalam bekalnya. Rivandy membawa bekal yang cukup menggiurkan. Ia menggunakan masakan Rusia bercampur dengan tempe yang renyah.
Bekal Akishima
Mereka memakan makanan mereka masing-masing beberapa menit lamanya. Mereka tidak memakan makanan dengan lahap. Mereka memakan bekal sambil membicarakan sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Beberapa detik berselang, Akishima mengambil beberapa bahan nasi dengan sumpit dan siap untuk menyuapi seseorang.
“Rivandy. Buka mulutmu! Aa.” Akishima memegang makanannya menggunakan sumpit dan mengarahkannya kepada Rivandy.
“Tunggu sebentar, Akishima!” Pinta Rivandy menghentikan suapan Akishima dengan sendoknya.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Rivandy dengan raut wajah datar.
“Tentu saja aku menyuapimu. Aku tidak mau menghabiskan makanan ini sendirian,” jelas Akishima yang ingin menyuapi Rivandy.
“Kalau begitu, kau harus menghabiskannya atau kau harus membagikannya ke orang miskin,” usul Rivandy sambil mengunyah makanannya.
“Heh? Kalau begitu, aku tidak mau,” rengek Akishima tidak mau mendengarkan saran Rivandy.
“Kau tidak boleh membuang makanan, anak nakal,” tegur Rivandy mendengar rengekan Akishima sambil menghabiskan makanannya.
“Kamu pikir kamu siapa? Ibuku?” Cela Akishima sambil menghabiskan makanannya.
Sebelum Akishima menghabiskan makanannya, ia menyisakan 40% dari bekalnya dan menawarkan, “Aku tidak bisa memakannya lebih lama lagi. Ambillah!” Menyodorkan bekalnya.
“Apa boleh buat!” Rivandy hanya pasrah dengan perbuatan Akishima yang kekanak-kanakan.
Setelah Rivandy menghabiskan bekal Akishima, mereka beranjak dari taman dan segera pulang karena waktu sudah menunjukkan jam 16:00. Rivandy menghabiskan sejam untuk menemani Akishima yang selalu menempel di sisi Rivandy.
[*^*]
Sebelum pulang dari Kremlin, ada seseorang yang membuat langkah mereka terhenti. Dia menarik nafas dengan perlahan-lahan dan memperjelas kesadarannya. Orang itu yang sedang mengenakan baju pengawas museum dengan wajah yang separuh baya itu sudah berada di hadapan kami.
Setelah memperjelas pasangannya, ia pun bertitah, “Kalian! Sebelum pergi, ikutilah denganku!” Dengan tatapan yang tajam.
Rivandy dan Akishima mengikuti pengawas museum itu ke ruangannya. Setelah mereka masuk ke ruangan pengawas Oruzheynaya Palata. Pengawas itu mulai mengomel, “Apa … yang kalian lakukan dengan barang berharga ini, hah?” Sambil memperlihatkan barang antik yang sudah terbakar habis.
“Hah? Bukankah itu pakaian Tsar Igor I yang sudah hangus terbakar?” Akishima terkejut melihat pakaian Tsar Igor I yang sudah setengah terbakar.
“Tapi, siapa yang melakukan ini?” Tanya Akishima tanpa rasa bersalah.
“Tentu saja gadis nakal dengan syal merah!” Pengawas itu membentak Akishima.
“Kyaa! Itu aku, Bagaimana ini, Pangeran Rivandy?” Rengek Akishima hampir mengeluarkan air matanya.
“Hei, kau! Ke sini sebentar!” Seru pengawas itu kepada Rivandy untuk mendekati pengawas itu.
Rivandy pun menghampiri pengawas itu dan pengawas itu berbisik kepadanya. Setelah bisikan itu, raut wajah Rivandy menjadi murung. Entah apa yang ia bisik kepada Rivandy sampai membuatnya murung begitu. Tidak ada pilihan lain. Rivandy menggendong Akishima seperti karung pulang dari Kremlin
“Tunggu apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” Seru Akishima sambil memukul punggung Rivandy untuk melepaskan pangkuannya.
Mereka pulang dari Kremlin dan Rivandy melepaskan pangkuannya dan menurunkan Akishima ke bawah. Akishima yang wajahnya semakin memerah memarahi, “Apa yang kau lakukan, dasar bodoh?!” namun Rivandy hanya terdiam dengan omelan Akishima.
“Jika kau menggendongku seperti ini, celana dalamku akan terlihat, tahu, ”sambungnya sambil menahan malu.
“Rivandy, tolong katakan sesuatu!” Akishima menggoyangkan tubuhku yang masih terdiam juga.
“Rivandy!”
“Rivandy!”
“Akishima,” panggil Rivandy yang kembali sadar.
“Apa yang kau lakukan? Rencana kali ini gagal karena kamu,” protes Akishima karena rencananya gagal.
“Tapi …,” cela Rivandy terpotong.
“Yah ... sudahlah! Rencana kali ini gagal total karena kamu menggendongku seperti karung. Celana dalamku terlihat, tahu,” pasrah Akishima berpaling dari Rivandy.
“Akishima. Ayo pulang! Aku traktir ongkosmu,” ajak aku mengeluarkan handphone-nya untuk membuka aplikasi Uber.
Setelah Akishima mengomel Rivandy, mereka pulang dengan taksi. Akishima memberitahukan alamatnya kepada Rivandy, sehingga ia mengarahkan sopirnya untuk alamat tersebut.
Setelah Rivandy membayar ₽ 1700, Akishima langsung turun dari taksi dan langsung bergerak karena dia sedang patah hati dengan perlakuan tadi. Rivandy turun dari taksi dan berterima kasih kepada sopir itu. Sebelum Rivandy bergegas ke apartemennya, ia terkejut apa yang ia lihat.
Ternyata, apartemen Akishima sangat dekat. Apartemennya berjarak 1 apartemen dari apartemen Aurora. Apartemen Akishima ada di nomor 305.
Mereka kembali ke aktivitas mereka setelah kejadian itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments