Rafiqa yang tengah asyik mengobrol bersama gebetannya melalui ponsel tiba-tiba merasakan haus, tenggorokannya kering. Bagaimana tidak, ia sudah mengobrol via telpon hampir satu jam lamanya. Dengan perasaan malas, ia bangkit dari tempar tidur untuk keluar kamar dan menuju dapur. Saat ini, tepat pukul dua belas malam.
Membiarkan rambut panjangnya berantakan, langkahnya pun gontai karena tubuhnya yang sebenarnya sangat lelah. Hampir satu harian berada di rumah sakit, Fiqa sudah menjalani profesinya sebagai dokter umum selama hampir dua tahun.
Ia berjalan menuju dapur, meraih gelas dan mengambil botol air mineral dari dalam kulkas, ya meskipun ia seorang dokter, tapi Fiqa tak terlalu mengekang dirinya sendiri. Ia paham bahwa minum air dingin di tengah malam seperti ini tak baik untuk kesehatan.
“Udahan deh kayaknya, aku ngantuk, Mal.” ucapnya pada seseorang di seberang sana, kepada lelaki yang bernama Akmal. Mereka sudah menjalin hubungan tanpa status selama kurang lebih empat tahun.
“Aaaaaaaa,” Fiqa berteriak histeris saat tiba-tiba merasakan penglihatannya gelap, ada seseorang yang iseng tiba-tiba menutup kedua matanya dari belakang.
“Fiq, kamu kenapa?” Akmal yang mendengar teriakan Fiqa pun ikut panik.
“Abang!!” hentak Fiqa yang tersadar bahwa itu adalah ulah lelaki yang bernama Rafkha.
“Kapan adik gue di halalin?” Rafkha menanyakan itu, pada Akmal. Lelaki itu mengetahui hubungan yang dijalanin adiknya.
“Abang, apaan sih? ikut campur mulu,” Fiqa mendesah kesal, Abangnya ini tak pernah absen menjahilinya.
“Ya jelas lah, Abang nggak mau kamu cuma dipermainkan, jalani hubungan yang nggak jelas,” seru Rafkha sedikit berteriak karena saat ini Fiqa sedikit menjauh darinya. Dengan sengaja ia melakukan itu, agar lelaki diseberang sana mendengar.
“Sorry ya Mal, Bang Rafkha tuh resek banget!” Ia pun berlalu meninggalkan Rafkha yang sedang cekikikan, merasa puas telah mengagetkan adiknya.
Didalam kamar utama dirumah itu, “Pa... dengar nggak? itu suara ribut-ribut diluar?” Rizka yang terusik, dimulai dari mendengar teriakan anak gadisnya, hingga perdebatan yang ditimbulkan kedua anaknya.
“Iya, biasalah... palingan Rafkha jahilin adiknya.” Jawab Panji.
“Tapi Papa ngerasa nggak sih, semenjak si Abang pulang kesini, rumah jadi berasa rame?”
“Iya, seru ‘kan dengerin perdebatan mereka?”
“Hu’um.”
🌸🌸🌸
Sabtu pagi, usai subuh, suasana kediaman Panji Ariesta Akbar kembali riuh. Seperti biasa, setiap sabtu pagi, Rafkha melakukan kebiasaannya sama seperti saat ia tinggal di Singapura, jogging pagi.
“Fiq... bangun, dek dek bangun, ayo olah raga!” Sudah sejak lima menit yang lalu, Rafkha terus membangunkan adiknya. Mengetuk pintu kamar anak gadis itu secara berulang-ulang. Lelaki itu sudah siap dengan setelan olah raganya, celana pendek dan kaos polos.
“Kamu dokter loh, harusnya kamu lah yang lebih ketat jaga kesehatan,” lanjutnya dari luar kamar Fiqa.
ceklek
“Apalagi sih Bang? masih pagi loh, ini sabtu. Fiqa masih ngantuk!” Fiqa membuka pintu, masih dengan setelan piyamanya.
“Sana cuci muka, kita lari pagi, Abang tunggu di depan!” titah Rafkha dengan tegasnya.
“Males, Fiqa capek banget. Tadi malam jam sepuluh baru nyampe rumah, Bang.” Fiqa jadi memelas, menolak ajakan Abangnya itu secara halus.
“Abang tunggu di depan!”
Tak neko-neko, tak ada tawar menawar. Rafkha meninggalkan Fiqa yang masih sulit membuka matanya.
Fiqa yang kesal, menghentak-hentakkan kakinya dilantai.
“Halah... bilang aja kamu takut di godain cewek-cewek di taman ‘kan? kalau sendirian, makanya ngajakin Fiqa!” gadis itu berteriak dari ambang pintu kamarnya.
“Cepaaaat, nggak pake lama!” balas Rafkha juga dengan teriakan.
Rizka yang sedang berada di dapur mendengar perdebatan kedua anaknya pun hanya senyum-senyum saja. Meski sama-sama sudah dewasa, tapi sifat kedua anaknya itu belum berubah. Masih sering mempertahankan ego masing-masing, Rafkha yang suka memaksa dan Fiqa yang tak mau di atur, tapi tetap tak bisa menolak setiap ajakan Abangnya. Mereka ibarat Tom and Jerry, bermusuhan tapi saling membutuhkan.
“Ikutan yuk Pa,” ajak Rafkha pada sang Papa yang tengah menikmati kopi di teras rumah, lelaki itu sedang sibuk dengan tabletnya. Membaca berita di media online.
“Udah, kamu aja sana sama Fiqa, Papa udah tua, nggak sanggup lagi lari lama-lama,” jawab Panji.
“Hem, fisiknya doang tua, jiwa masih muda ‘kan Pa?”
“Tepat sekali.”
Tak lama kemudian, Fiqa sudah bersiap dengan celana olah raganya, dengan atasan kaos lengan panjang yang longgar dan bertuliskan ‘Minggir, anak Fakultas Kedokteran mau lewat’ di bagian depannya. Baginya, ada kebanggaan tersendiri saat mengenakan kaos itu. Tak lupa dengan hijab segi empat yang sudah ia bentuk rapi.
“Udah ayo, tapi Fiqa nggak mau lama-lama ya Bang!”
“Ih, dandan ya kamu? mau olah raga kok malah dandan sih? pantesan lama!” Celetuk Rafkha saat melihat penampilan adiknya.
“Nggak kok, cuma pake liptint doang. Lagian kenapa emangnya, siapa tau disana ketemu cowok cakep.”
“Dasar genit, jadi cewek jangan genit, cowok malah ngindar tau nggak? terus si Mamal gebetan kamu yang udah menahun itu mau dikemanain?” Rafkha mengacak kepala Fiqa, hingga hijabnya sedikit berantakan.
“Pa, kami pergi dulu ya!” Fiqa menepis tangan Rafkha dengan perasaan kesal.
“Jaga Abangmu ya Dek, dia ‘kan takut sama cewek-cewek komplek sini,” ucap Panji pada Rafiqa.
“Tau nih Pa, aneh. Patut dicurigai, dimana-mana cowok kalau ada cewek-cewek cantik malah senang, lah ini malah menghindar...”
“Diam nggak?” Rafkha membungkam mulut Fiqa dengan tangan kanannya, sambil menggiring gadis itu keluar pagar.
“Udah pergi anak-anak, Pa?” Rizka duduk tepat disamping suaminya, sambil membawakan tiga lapis roti panggang yang tadi ia siapkan.
“Udah, si Abang nggak berubah-berubah ya Ma? masih aja cuek sama cewek.”
“Malu-malu maksud Papa?”
“Bukan, cuek Ma. Beda sama pemalu, gimana mau dapat jodoh kalau begitu terus?”
“Apa kita jodohkan aja, Pa?” Saran Rizka, yang tengah memikirkan seseorang yang menurutnya pantas untuk mendampingi putranya-seumur hidup.
“Ide bagus,” sahut Panji setuju dengan pertanyaan istrinya.
🌸🌸🌸
Fiqa tengah duduk di pinggir taman komplek, baru tiga kali putaran, gadis itu sudah menyerah dan memilih berhenti. Membiarkan Abangnya yang masih semangat empat lima untuk berlarian. Ia menyerah, duduk berselonjor kaki, meraih ponselnya yang ia gantungkan di leher. Tidak ada notifikasi.
Ide isengnya tiba-tiba muncul, ia mengambil video Rafkha yang tengah berlari kecil mengelilingi lapangan. Dan saat Rafkha mulai dekat dan berlari ke arahnya, Fiqa belum juga menghentikan rekaman video. Masih tetap mengambil video dari jarak yang semakin dekat hingga wajah tampan lelaki itu jelas terlihat, keringat di dahinya bercucuran menambah kesan sexy pada wajahnya. Bibir merahnya yang belum terkontaminasi, juga sangat menggoda. Menurut Fiqa, yang ia lakukan ini akan ada keuntungan baginya.
“Ngapain kamu, hah?” tanya Rafkha dengan suara khasnya.
Saat menyadari Rafkha mengetahui yang ia lakukan, barulah ia berhenti.
“Nggak ngapa-ngapain,” cepat-cepat Fiqa menyimpan ponselnya.
“Masih lagi? udahan yuk pulaaaang,” teriak Fiqa saat lelaki itu lanjut berlari.
Ia kembali duduk di atas rerumputan nan hijau itu mengambil kembali ponselnya.
Aku ada hadiah buat kalian, besok pas kita ngumpul, kalian wajib traktir aku!! Fiqa mengirimkan video tadi ke grup WA yang berisikan lima orang anggota, mereka adalah sahabat-sahabat Fiqa sejak SMA hingga sekarang.
Perempuan-perempuan didalam grup itu, begitu mengagumi Rafkha. Dulu, saat mereka masih SMA, ada saja alasan yang mereka buat agar bisa main kerumah Fiqa. Apalagi alasannya jika bukan untuk bertemu dengan Rafkha.
Tak menunggu lama, satu persatu balasan chat masuk di grup WA ‘cantik-sholeha’ .
Irma
Fiqaaa, jadiin aku kakak iparmu please.
Shelly
Abang udah di Indo Fiq? kapan kita bisa main kerumahmu?
“Hahahaa... dasar para jomblo,” celetuknya yang lupa diri bahwa ia juga tidak punya pacar saat ini. Akmal, tidak dihitung pacar, karena mereka hanya dekat tanpa status yang jelas.
“Ngetawain apa kamu?” saking asyiknya, Fiqa tak menyadari, Rafkha sudah berdiri disampingnya.
“Nggak, nggak apa-apa, udah kan? ayok pulang, Bang!”
🌸🌸🌸
Semoga terhibur ya, jangan lupa dukungannya. Makasih. Komennya ramein dong biar aku semangat lanjut. hehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
thor mana Dira nya nih...
2023-08-09
0
Sunarti
emang bener bibir Rafkha blm terkontaminasi
2023-04-28
0
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-01-03
0