Pencet like jangan lupa ya
Dua minggu berlalu, Dira semakin terbiasa dengan kehadiran Rafkha. Juga semakin terbiasa dengan kesehariannya di kantor bersama lelaki itu. Meski tidak terlalu sering, tapi dalam sehari pasti mereka tetap bertemu. Baik dalam meeting ataupun tanpa sengaja di loby kantor kadang juga di lift.
Seperti pagi ini, Dira sedang berusaha biasa saja, tidak gugup meski denyut jantungnya yang sejak satu menit lalu berdentum hebat. Karena kini harus di lift berdua saja dengan Rafkha. Tak ada pembicaraan, hening.
“Ehem,” Rafkha berdehem sebelum mengatakan sesuatu.
“Kenapa kamu berpura-pura?” satu kalimat tanya itu, perlahan Dira menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke kanan. “Bapak ngomong sama saya?” Entah Dira yang bodoh atau kurang yakin diajak bicara dengan lelaki disampingnya itu.
“Kita cuma berdua disini, saya belum gila. Nggak mungkin saya ngajak dinding bicara!” jawab lelaki itu, ia sedikit mendekatkan dirinya pada Dira. Merangkul gadis itu persis seperti di foto yang ia lihat dua minggu yang lalu. Rafkha memanfaatkan kesempatan karena saat ini hanya ada mereka berdua saja, moment yang sangat langka.
Lutut Dira tiba-tiba melemas mendapat perlakuan itu. Apa maksudnya? Perlahan ia menjauh menghindar, “Apa-apaan—“
Kalimat Dira tak terselesaikan.
Ting Pintu lift terbuka, Dira langsung melangkah keluar. “Saya duluan Pak!” meninggalkan Rafkha yang harus naik ke satu tingkat lagi untuk menuju keruangannya.
Gila! Tadi itu apa? Ngerangkul gue? Dira berhenti sejenak, membenarkan kancing heels yang ia kenakan. Hampir lepas.
Dira tidak langsung menuju keruangannya, ia sempatkan untuk singgah ke tolilet. Ia masuk kedalam toilet, menyusuri lorong yang panjangnya sekitar dua meter sebelum benar-benar masuk ke toilet wanita. “Gila ya Bos baru kita, lebih hot dari pada Pak Bian.” Celetuk salah satu karyawan wanita di perusahaan itu, berbeda divisi dengan Dira.
“Iya, kemarin tuh Pak Rafkha pakai kemeja putih, agak ngepas sih. Wih cetakan body nya! Jadi pingin ngelepasin itu kancing kemeja satu-satu, tahu nggak!”
“Hahaha!” kemudian dua sekawan itu tertawa bersama, Dira melangkah masuk menyaksikan siapa yang sedang membicarakan pujaan hatinya.
Terserahlah siapa mereka, yang jelas Dira tak ingin berurusan.
Ia bercermin sejenak, melihat penampilannya, hari ini Dira menguncir rambutnya, tapi ia berubah pikiran sepertinya wajahnya akan lebih manis jika ikatan rambutnya terlepas.
“Asal jangan... Pak Rafkha ikutan kecantol saja sama...” sejenak salah salah satu dari mereka menatap sinis ke arah Dira.
Dan gadis itu tetap tidak peduli, sudah biasa baginya ditatap seperti itu apalagi dengan perempuan-perempuan yang haus akan kasih sayang Bos. Merasa tersaingi oleh Dira yang menurut mereka penampilannya jauh dibawah mereka.
Dua perempuan julid sudah meninggalkan toilet, tinggalah Dira sendiri, menatap bahu kanannya yang beberapa menit lalu dirangkul oleh laki-laki pujaannya. Ada apa gerangan Rafkha seperti itu?
Apalagi, pertanyaan Rafkha tadi kenapa kamu berpura-pura?
🌸🌸🌸
Jalanan sore Ibu Kota seperti biasa terlihat macet, lalu lintas padat mengakibatkan kepenatan bagi para pekerja yang sedang melakukan perjalanan pulang. Dira sedang duduk di kursi yang tersedia di loby gedung perusahaan, menunggu taksi online pesanannya yang sejak lima belas menit lalu tak kunjung datang.
Biasanya, Dira pulang bareng Fatya. Tapi sore ini, wanita itu harus menemani Mamanya arisan keluarga. Dira menunduk, menatap peta pada aplikasi taksi online untuk mencari tahu taksi pesanannya sudah sampai dimana.
“Halo Mas?”
“.......”
“Oh gitu? Ya udah deh, saya batalin!”
Dengan perasaan kesal, Dira membatalkan pesanannya. Barusan si driver mengatakan bahwa lebih baik di batalkan saja karena ia sedang terjebak macet yang amat panjang.
“Sial... mau jam berapa lagi gue pulang ini?” Dira melirik jam ditangan kanannya. “Nasib belum punya kendaraan sendiri ya gini,” lanjutnya lagi.
Dira melirik ke arah luar pintu utama, pandangannya tertuju pada seorang perempuan cantik yang sangat familiar baginya. Eh siapa ya?
Gue yakin gue tahu dia, tapi lupa. Nggak asing banget mukanya.
Dira masih mencoba mengingat, sambil terus menatap wanita yang berpenampilan glamour itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hingga wanita itu berhenti tepat didepan lift.
Menyambut seseorang yang keluar dari lift dengan hangatnya. Detak jantung Dira hampir berhenti saat melihat siapa yang keluar dari lift. Rafkha, laki-laki itu tersenyum sangat ramah pada tamunya.
“Maaf ya aku lama sampe kamu harus menyusul kesini, yang lain udah pada nunggu?” sayup-sayup terdengar percakapan antara Rafkha dan tamunya tepat didepan lift. Dira berpura-pura tak peduli, tapi ia memasang pendengaran dengan sebaik mungkin. Tak mau buru-buru berburuk sangka bahwa wanita itu adalah pacar atau mungkin calon istri Rafkha? Jika iya, hancur sudah harapan Dira.
“Ra! bengong aja kamu, mau bareng nggak?” saking asyiknya menguping, Dira tak menyadari kehadiran Faiz yang berdiri tepat dihadapannya.
“Eh.. kita kan beda arah,” Dira berdiri agar menyamakan pandangannya dengan Faiz, tapi masih mencuri-curi pandang pada Rafkha. Dan... sialnya ketahuan, Rafkha juga sedang melihat ke arahnya.
Buru-buru Dira mengalihkan pandangannya ke arah Faiz. “Ya nggak apa-apa, biar aku antar. Yuk!” ajak Faiz.
Dira pun setuju, mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Begitu juga dengan Rafkha dan tamunya yang hendak meninggalkan gedung kantor itu.
Akrab ya mereka? Atau mungkin pacaran?
Sekilas pertanyaan dalam benak Rafkha. Tapi tersadar saat itu bukan urusannya, mengapa harus kepo?
🌸🌸🌸
Sampai sini gimana? udah agak berasa belum gregetnya? hihi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
serasa melayang yah Dira di rangkul Rafkha.
2023-08-08
0
Sunarti
ada yg cemburu nih tp di tahan,, kan jadi kepikiran
2023-04-22
0
fifid dwi ariani
trus bersyukur
2023-01-02
0