Dira sudah keluar dari ruangan itu, Rafkha menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Sambil mengamati setiap lekuk rancangan gambar gedung sebuah resort mahakarya Andira Faranisa.
Tapi, pikiran Rafkha terpecah belah saat otaknya masih berpikir tentang siapa perempuan itu, si pemilik gambar yang sedang ia amati. Rafkha benar-benar yakin bahwa mereka memang benar-benar pernah bertemu sebelumnya. Tapi mengapa ingatannya melemah? Tak ingat sama sekali.
Lelaki itu mengarahkan kursor mouse pada ikon back kembali, iseng di pikirannya muncul untuk melihat isi folder-folder lainnya di dalam flashdisk itu. Mengingat itu adalah milik pribadi.
Satu persatu ia buka, tak ada yang menarik. Pikirnya. Rasa penasarannya semakin timbul, besar rasa ingin tahu tentang Dira, hingga mengahruskannya membuka lagi setiap folder yang ada disana. Menemukan sebuah folder yang berisikan foto-foto Dira. Rafkha terus menscroll kebawah untuk melihat lebih banyak lagi. Dan akhirnya ia menghentikan tepat saat melihat wujud dirinya didalam foto itu.
Ini? Kenapa gue ada disini? Rafkha yakin itu adalah dirinya, lelaki bertubuh kurus nan tinggi hanya mengenakan kemeja polos dan jeans.
Jantung Rafkha semakin berdegup kencang karena dirundung rasa penasaran, siapa dia sebenarnya?
Berlanjut ke foto lainnya, disana Dira sedang mengenakan jas almamater dan yang lebih mengejutkan lagi, saat itu dirinya berdiri tepat disamping Dira. Merangkulnya dan memasang tampang datar tanpa ekspresi. Dan saat itu juga menyadarkannya.
“Oh ternyata... dia cewek yang waktu itu? Pantes saja gue nggak asing.” Senyum lebar terukir diwajah Rafkha. Ia juga tak menyangka akan dipertemukan kembali dengan Dira.
Flash Back
Rafkha, selaku mahasiswa senior di Fakultas Teknik jurusan teknik arsitek, tengah memantau para juniornya yang sedang melaksanakan ospek kepada para maba (mahasiswa baru).
Ia berjalan mengelilingi gedung kampus, matanya tertuju pada kerumunan mahasiswa dan mahasiswi yang tengah menerima materi dan tugas terakhir mereka selama ospek. Saat para mahasiswa baru sudah bubar dan meninggalkan lapangan yang di sinari teriknya matahari. Ada satu mahasiswi yang menarik perhatiannya dan masih berdiri disana, terlihat kebingungan, menunduk kebawah, sesekali ia memegang keningnya menghapus peluh yang mulai bercucuran.
Rafkha berdiri di tepian taman kampus mereka. Masih tetap memperhatikan mahasiswi itu, selain cantik dan imut, rasa penasaran apa yang sedang ia cari, itulah yang mengalihkan perhatian Rafkha padanya.
“Nyari apa? Duit jatuh?” sebenarnya saat itu, Rafkha lah yang sengaja menabrak Dira. Hingga mereka bertemu dan akhirnya Rafkha membantu Dira dengan menuliskan sebuah nama pada kertas kecil.
Kesesokan harinya, ia dikejutkan kembali oleh kehadiran Dira yang menyapanya ke kantin kampus. “Maaf Bang, Abang yang namanya Rafkha ‘kan?” dengan napas yang tersengal perempuan cantik itu menghampirinya yang tengah menikmati lontong pecal, salah satu menu jajanan kampus mereka.
“Kenapa?” satu pertanyaan dari Rafkha, mengingat harus menjaga wibawa didepan mahasiswa baru. Rafkha tak ingin memperlihatkan keramahannya. Apalagi saat ini ia sedang bersama beberapa teman-temannya.
“Maaf Bang, bisa minta waktu sebentar? saya perlu foto berdua dengan Bang Rafkha, ehm... kenapa Abang nggak bilang dari kemarin kalau Rafkha itu nama Abang?” Dira tersenyum, tugas akhir ospeknya hampir selesai. Hanya tinggal beberapa langkah lagi. Ia harus berfoto bersama Rafkha kemudian menyerahkan pada panitia ospek sebagai tanda tugasnya sudah selesai.
“Ciye, sini gue fotoin!” celetuk Rendy salah satu teman Rafkha yang sedang berada disana Rafkha bangun dari duduknya, menuruti permintaan Dira. Berdiri tepat disamping gadis itu, Dan tanpa aba-aba, Rafkha meletakkan tangan kanannya dipundak dira. Ya, Rafkha merangkul gadis itu, membuat Dira bersusah payah menelan salivanya. Dag dig dug dalam waktu sepersekian detik, irama detak jantung Dira langsung berubah menjadi cepat.
“Nggak pake rangkulan juga kali, bro.” Vian, salah satu teman Rafkha yang lain, saat itu terlihat sewot dengan tindakan Rafkha.
Sekali, dua kali, tiga kali take foto barulah mereka berjauhan, tapi sebelum Dira menarik tubuhnya lebih jauh dari Rafkha. Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Dira, dan berbisik
“Kalau gue langsung ngasih tahu siapa gue sebenarnya, terus usaha lo apa? Setidaknya lo sedikit butuh perjuangan ‘kan buat cari tahu!” Nada bicaranya terdengar datar, namun entah mengapa kalimat itu terdengar sedikit menyakitkan bagi Dira.
“Makasih Bang,” dua kata lolos dari bibir Dira. Lalu ialangsung berbalik meninggalkan kerumunan para senior yang membuatnya gugup.
“Hai manis,” Vian lelaki yang terkenal galak pada para junior dan mahasiswa baru, menyapa Dira, sambil menarik peregelangan tangan gadis itu saat ia beranjak pergi.
“Hai,” jawab Dira singkat sambil menepis tangannya dari cengkraman Vian. Gadis itu melihat ke sekitarnya takut orang-orang jadi salah paham akan situasi ini.
“Saya permisi, Kak.”
“Sebentar, nomor hape lo, sini!” Vian setengah memaksa, ya terpaksa Dira memberikannya.
“Thanks manis.”
Dibalik percakapan mereka ada pasang mata yang menatap dengan tatapan tak suka.
“Lo suka sama dia?” tanya Rafkha.
“Manis, cantik, lugu juga apa salahnya?” jawab Vian.
🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
Rafkha baru ingat yah... 😁
2023-08-08
0
Sunarti
waaooo,, paket komplet buat Dira
2023-04-22
0
Rahma Inayah
br ngeh trnyata big bos
2022-12-06
0