Jangan lupa klik likenya. Muah
Suasana IGD disalah satu rumah sakit ternama di kota mereka, sore ini lumayan padat. Sejak siang ada saja pasien yang datang meski jarak waktunya tak berdekatan.
“Ibu, keluhannya apa?” seorang perempuan yang mengenakan jas putih kebanggaannya, sedang memeriksa pasien dengan ramahnya.
“Saya pusing Dokter, agak mual dan sesak napas juga,” jawab Pasien.
“Terakhir, makanan apa yang Ibu makan?” sebelumnya, Dokter cantik itu mendiagnosa pasiennya ini mengarah pada alergi.
“Saya belum makan apapun Dok dari pagi, kerjaan saya banyak banget. Terus di kejar-kejar deadline, makanya kayak berasa hampir pingsan,”Keluh Pasien.
Dokter muda itu pun kembali tersenyum, “Oh... Ibu sepertinya ini maag nya kambuh, ibu punya riwayat maag atau asam lambung?”
“Kayaknya iya Dok.”
“Ya udah, silahkan tunggu disini ya Bu, akan saya resepkan obat. Jangan lupa Bu, makan itu penting apalagi sarapan.” Tutur Fiqa sebelum meninggalkan pasiennya.
“Iya Dokter, makasih,” wanita paruh baya itu juga membalas senyum manis dari Dokter yang menanganinya.
“Suster, dilanjut ya pasang infusnya!” Ucap Rafiqah, kemudian ia berjalan kembali menuju mejanya.
“Fiq, pesan Dokter Indra, jangan pulang dulu ya. Bantuin beliau op pasien penyakit dalam,” salah seorang rekan Fiqa menyampaikan.
Rafiqah menghela napas, tapi ia sadar tak boleh mengeluh. Mengingat sumpah yang telah ia ucapkan. “Lagi Re?” Fiqa yang tengah menuliskan resep obat untuk pasiennya, menoleh pada Rere.
“Iya Fiq, semangat! lumayan kan panen banyak bonus bulan ini, aku duluan ya. Mau siap-siap buat ntar malam,” Rere mengenakan kembali heels nya, kemudian melangkah meninggalkan Rafiqa.
“Iya, hati-hati. Ciye... yang mau ketemu camer, sukses ya Re!”
Seruan Rafiqah dibalas lambaian tangan oleh Rere. Gadis itu meraih ponsel dari saku jasnya, melakukan panggilan pada seseorang yang sangat penting dalam hidupnya.
“Mama... Assalamualaikum,” panggilan tersambung.
“Waalaikumsalam sayang,”
“Ma... Fiqa pulang malam lagi nih, jangan di tungguin ya, tolong sampein ke Papa juga ya Ma.”
“Iya Nak, semoga lancar ya. Mama tunggu dirumah, nyetirnya hati-hati ya, jangan lewat jalanan yang sepi, oke?”
Seperti itulah Rizka, sama seperti para Ibu lainnya, selalu bawel tanda sayang pada anak-anaknya.
“Iya Mama sayang, bye...Assalamualaikum.”
“Ingat loh ya, langsung pulang kalau udah selesai, waalaikumsalam.”
Ya meski sudah hampir menginjak usia dua puluh enam tahun, Rafiqah si bungsu tetap diperlakukan seperti putri kecil. Alasan kedua orang tuanya adalah karena dirinya masih menjadi tanggung jawab penuh mereka, sampai ia benar-benar menemukan pendamping yang baik, dan seumur hidup yang benar-benar bisa menjaganya. Dan tentu saja harus lolos seleksi dari sang Papa yang termasuk overprotektif padanya.
🌸🌸🌸
“Akhir-akhir ini kamu banyak melamunnya ya Ra? ada problem?” Faiz menoleh ke arah rekannya, Dira terlihat sedang bersandar pada kaca jendela mobil itu. Menatap ke arah jalanan yang padat. “Berantem lagi sama tante kamu?” lanjut Faiz.
Mereka sudah kenal lama. Kadang selain dengan Fatya, Dira juga sering berbagi cerita dengan lelaki itu.
“Ng... nggak apa-apa kok Faiz, Cuma capek aja.” Jawab Dira dengan seulas senyum.
“Ra... by the way, sorry kalau pertanyaanku agak... tapi aku nggak bisa kalau nggak tanya, kok aku nggak pernah tahu ya calon suami yang kamu maksud waktu Bian—“
“Oh itu... ya semua cewek single kayak aku pasti punya calon suami ‘kan? Walaupun masih rahasia yang Maha Kuasa, hehe,” elak Dira langsung menjawab pertanyaan Faiz.
“Aku kira beneran,” Faiz bernapas lega, menurutnya masih ada harapan.
Satu jam berlalu, setelah membelah padatnya jalanan kota Jakarta. Mereka tiba di depan rumah Tante Sophie, tempat tinggal Dira saat ini.
“Makasih ya Faiz,” tutur Dira saat turun dari mobil. “Ya, ntar akhir bulan aku rekap ya tinggal kamu bayar saja.” Canda Faiz sambil melambaikan tangan ke Dira yang sudah masuk ke perkarangan rumah.
“Dira, mau sampe kapan kamu begitu? Kalau sesama karyawan kayak dia ya sama aja, nggak bakal ngerubah nasib kamu! Gajinya sama kan sama kamu? udah tante bilang berulang kali, cari pacar itu yang levelnya diatas kita.”
Baru beberapa langkah Dira masuk ke dalam rumah, sudah disambut dengan ocehan tante Sophie yang itu-itu saja. Dira muak sekali mendengarnya. “Aku nggak pacaran sama Faiz, tante. Udah deh!” hentak gadis itu seraya menumpahkan kesalnya.
“Kamu udah berani ngelawan dan bentak-bentak tante? Itu artinya kamu sudah siap ninggalin rumah ini?” wanita paruh baya itu, melotot ke arah Dira. Ini bukan kali pertama, sudah berulang kali Dira diperlakukan seperti ini.
“Oke, kalau tante pingin banget aku keluar dari rumah ini, aku pergi sekarang!” Dira menahan tangisnya, kalimat itu ia ucapkan tanpa berpikir kemana setelah ini ia harus pergi. Dira menuju kamarnya, mengambil koper miliknya kemudian mengisi dengan baju-baju dan barang-barang yang menurutnya penting.
“Ya gitu, memang kalau udah bisa menghasilkan uang sendiri, jadi ngelunjak. Silahkan kamu pergi, jangan balik lagi!” suara tante Sophie dari balik pintu kamar terdengar sangat lantang. Dira tak akan mengurungkan niatnya.
Sepuluh menit berlalu, Dira selesai mengemas barang. “Aku pergi tante, makasih untuk selama ini,” menghela napas panjang kemudian melangkah keluar rumah. Tante Sophie menatap Dira dengan melipatkan tangan didadanya. Benar-benar tidak menahan keponakannya itu.
🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
ya udah Dira lebih baik pergi ajalah... kost kek dari pada di bawelin mulu sama tantenya...
2023-08-08
0
Sunarti
itu judulnya novelnya apa ya klo Rafkha anak Panji
2023-04-22
0
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-01-03
0