Dira merebahkan dirinya, di atas ranjang empuk beralaskan sprei abu-abu. Ia patut bersyukur, setidaknya untuk malam ini ia tidak harus tidur di mushola kantor atau diruang istirahat yang hanya beralaskan karpet.
Dira menatap langit-langit pada sebuah kamar di apartemen yang lumayan mewah, yang akan ia tempati setidaknya sampai dua hari ke depan.
Berulang kali Dira menepuk-nepuk pipinya agar tersadar ini mimpi atau nyata? tapi ketika merasakan perih dan sakit ternyata ini adalah nyata.
Ting.
Sebuah pesan masuk diponsel yang ia letakkan di atas dada, menyadarkannya.
Adam
Ra, sorry udah lama nggak hubungi kamu, kita udahan ya. Jujur, aku udah ada pengganti kamu. Aku harap, kita akan menemukan kebahagiaan kita masing-masing. Thanks untuk dua tahun ini Ra.
Gadis itu baru saja di putusin oleh pacarnya, anehnya tak ada perasaan sedih atau sakit hati. Justru ia tersenyum lega, pacaran jarak jauh memang sulit. Apalagi sebenarnya mereka juga tidak saling cinta, hanya sekedar mengisi kekosongan saja.
“Lega, i feel freeeeee,” teriak Dira. Ya, ia merasa bebas saat ini, selain bebas dari Adam, ia juga bebas dari kekangan tante Sophie yang sering mengatur Dira semaunya.
Gadis itu juga tak menyangka bahwa Rafkha, lelaki pujaannya kembali menolongnya disaat ia sedang kesulitan, sama seperti tujuh tahun silam.
Jangan kepedean Ra, dia itu emang baik. Dia nolongin lo bukan berarti dia suka sama lo.
Dira mengubah posisinya, telungkup sambil menatap layar ponsel. Sedang memikirkan kejadian-kejadian tak terduga yang ia alami hari ini. Mulai dari melihat Rafkha disamperin oleh seorang perempuan cantik, seketika saat itu hatinya hancur berkeping-keping, di tambah lagi di usir dari rumah oleh Tantenya. Tapi, semua berubah ketika ia bertemu Rafkha suasana hatinya berubah seratus delapan puluh derajat.
Lelaki itu menemukannya dalam keadaan yang sedikit memalukan, menangis, dan menampilkan wajah sembab. Mengajaknya makan, hingga menolongnya hingga ia bisa sampai disini. Apalagi sampai bertukar nomor ponsel, sungguh nasib tidak ada yang tahu.
“Makin cinta sama kamu, Bang.” gumam Dira.
Satu jam yang lalu.
“Kebetulan, apartemen orang tuaku, lagi kosong. kamu disini aja dulu, walaupun nggak mewah ya paling nggak... lebih layak daripada ruang istirahat di gedung perusahaan.”
Rafkha membawa Dira ke lantai sepuluh di sebuah gedung hunian yang tergolong mewah milik orang tuanya.
“Ta... tapi Bang, beneran nggak apa-apa?”
“Nggak, udah lama kosong juga sih, jadi aku nggak tau apa ada penghuni lain didalam sebelum kamu.”
“Hantu maksudnya?”
Mengabaikan pertanyaan Dira, Rafkha menekan tombol kode pengaman pintu, dan terbuka. Mencari saklar lampu dan menyalakannya.
“Kayak gini, kamu bilang nggak mewah, Bang?” Dira menyembulkan sedikit kepalanya untuk melihat ke dalam.
“Masuk!”
Dira melangkah pelan, menyeret kopernya. “Aku janji sampe hari minggu aja, paling nggak, besok aku nyari kos-kosan.”
“He’m. Besok mau langsung nyari?”
“Iya, aku juga udah nyari di internet, cuma belum nemu yang pas,” Pandangn mata Dira masih menyapu seisi ruangan apartemen itu. Mulai dari ruang keluarga hingga dapur. Was-was dengan penghuni lain yang tadi di maksud Rafkha.
“Emang kamu nyari yang gimana?”
Rafkha berjalan menuju kamar utama apartemen itu, membuka pintu.
“Yang pastinya sesuai sama budget aku, dan dekat sama kantor juga, Bang.”
Jujur Dira berucap, ya memang itu ‘kan yang ia cari. Gajinya yang tak terlalu besar, apalagi pengeluarannya akan bertambah dengan harus membayar hunian yang layak untuk ia tempati.
“Mau aku temenin besok?” lelaki itu menawarkan.
“Ehm, nggak usah. Aku bisa sama—“
“Sama pacar kamu, yang satu divisi kamu itu?”
Dira belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Rafkha langsung mengambil kesimpulan hingga Dira berkerut kening, apalagi nada bicara lelaki itu terdengar agak, tidak ramah ditelinga.
“Oh... Faiz maksudnya? dia bukan pacar aku.”
Oke, bukan pacarnya.
“Tapi besok perginya sama dia?”
gue lagi di interogasi nih? Dira membatin.
“Sendiri aja.”
Memangnya kenapa kok nanya-nanya? mau temenin? Dira hanya mampu berucap dalam hati.
“Oke, aku tinggal ya? silahkan istirahat.”
Dira mengangguk pelan, “Aku janji sampe minggu aja disini, setelah itu aku pergi. Makasih ya Bang.”
“Sampe seminggu ke depan juga nggak apa-apa, ntar aku tinggal minta tagihannya aja sama kamu.”
“Pasti mahal.”
“Enggak, khusus buat kamu aku kasih diskon, tapi... ada syaratnya.”
“Apa?” Dira berjalan mengikuti langkah Rafkha, menuju pintu utama.
“Kalau kamu bisa nemuin hantu di apartemen ini,” canda Rafkha.
Sontak membuat Dira merinding dan menoleh ke belakang. “Serius disini ada hantunya?” tanya Dira sekali lagi sebelum Rafkha benar-benar meninggalkannya.
“Kalau ada, nanti kamu hubungi aku aja,” modus lelaki itu sambil memberikan ponselnya pada Dira.
“Coba call aku,” lanjutnya.
Dira paham, langsung meraih dan mengetik nomor ponselnya disana kemudian melakukan panggilan sesuai yang dikatakan Rafkha.
“Oke, jangan lupa hubungi aku kalau kamu nemu hantunya.”
Dira mengangguk, “Ehm iya,” tapi sungguh ia sangat berharap bertemu hantu malam ini di apartemen itu, supaya ada alasan untuk bisa menghubungi Rafkha.
“Makasih sekali lagi, hati-hati, Bang.” Dira melambaikan tangannya dan berdiri diambang pintu.
“Udah sana masuk, aku dengar di lorong ini juga ada hantunya.”
Dira tersenyum, kemudian masuk kedalam dengan perasaan yang berbunga-bunga.
🌸🌸🌸
Maaf baru up, super sibuk. Gak ada waktu buat ngetik. Jangan lupa like dan komennya. Vote juga ya makasih banyak. Hehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
aq kirim kopi pagi thor penyemangat aktivitas hari ini ☕️🫖☕️
2023-08-08
0
Sunarti
mw minta nomor HP aja pake modus segala
2023-04-23
0
Memyr 67
baru tau ada sate padang campur sate jawa. biasanya sih, nggak ditulis sate jawa digerobaknya, tapi sate ayam, atau sate madura
2023-02-26
0