Boss Idaman Hati
Pernah menyukai seseorang selama bertahun-tahun, tapi tak berbalas membuat hati seorang gadis tomboy nan cantik seolah mati rasa. Jangankan untuk mengungkapkan, untuk berbicara dengan lelaki itu saja Andira tidak mampu. Padahal dulu, hampir setiap hari mereka bertemu. Ada saja alasan yang mengharuskan Dira bertemu dengan Rafkha, seniornya dikampus tiga tingkat diatasnya.
Terlebih mereka juga berada dalam ikatan organisasi yang sama. Jarak temu mereka sangat sering sekali meski tidak terjadi percakapan apapun saat itu, tapi bagi Dira, bisa melihat Rafkha setiap hari saja sudah menjadi suatu anugerah untuknya.
Rafkha yang nyatanya memiliki seorang kekasih membuat Dira patah hati menahun, mengharuskan wanita itu untuk memutuskan pergi menjauh. Dira melanjutkan pendidikan magisternya ke kota Jogjakarta. Berharap dapat menemukan tambatan hatinya disana, seseorang yang dapat mengubah hidupnya dan membangunkannya dari keterpurukan akan cinta yang bertepuk sebelah tangan selama ini.
“Melamun mulu lo akhir-akhir ini? Kenapa? Pacar lo nggak nelpon?” Fatya, sahabat Dira sejak masa kuliah, menyadarkan lamunannya ditengah teriknya matahari siang ini. “Minum dulu, Ra!” kemudian menyodorkan sebotol minuman teh dengan varian rasa apel ke tangan sahabatnya itu.
“Udah tiga hari, Adam nggak hubungin gue, gila nggak tuh? masih hidup nggak ya dia?” Ucap Dira sambil menyeka keningnya yang berkeringat, jelas saja karena saat ini mereka sedang duduk ditaman depan pelataran gedung kantor mereka. Adam adalah pacar Dira, mereka sudah menjalin kasih selama hampir dua tahun. Namun karena Dira harus kembali ke Ibu Kota, mereka terpisahkan oleh jarak. Adam di Jogja dan kini Dira di Jakarta.
“Udah tinggalin Ra, palingan dia udah ada yang lain. Pacaran LDR an tuh bullshiit banget tau nggak? Seneng enggak, nyesek iya,” Fatya terus saja berkicau, sementara Dira masih merenungi nasib sambil menatap layar ponselnya. Tanpa menjawab ocehan Tya.
“Coba deh lo pikir, Ra! Didalam gedung ini tuh ada berapa cowok yang mengharapkan cinta dari lo? Salah satunya tuh Pak Bian, yang nggak ada bosannya ngirimin lo bunga setiap hari rab—“ kicauan Fatya terhenti kala tangan kanan Dira membungkam mulutnya secara paksa. Dira melirik ke kiri dan kanan mengingat ada orang lain disekitar mereka.
“Bisa diam nggak lo? Gue bisa dicibirin sama cewek-cewek dikantor ini kalo mereka tau Pak Bian ngejar-ngejar gue.” Dira berbisik pelan di telinga Fatya.
Bagi sebagian orang, lebih baik dicintai daripada mencintai. Tapi nyatanya itu tidak berlaku bagi Dira. Karena menurutnya tidak adil jika hanya menerima cinta dari orang lain tanpa bisa membalasnya. Lebih baik, tidak usah. Ya, meski saat ini hubungannya dengan Adam seperti itu. hanya sebatas status saja. saling mengisi hari-hari mereka selama dua tahun belakangan ini, tanpa tahu dan mengerti dengan perasaan mereka sendiri.
Kenyataannya Adam tidak menghubunginya selama tiga hari, tidak menjadi masalah besar bagi Dira. Justru yang ia khawatirkan apakah lelaki itu masih hidup atau tidak?
“Gue bukan lagi mikirin Adam, Fat!” Dira kembali mengusap keningnya yang berpeluh. Memang dua wanita ini bodoh sekali, sudah tahu sedang panas terik malah duduk ditaman. Meski mereka berteduh dibawah pohon yang rindang, tapi sengatan sinar matahari tetap membakar mereka siang ini.
“Terus, mikirin siapa?” Fatya menatap Dira dengan tatapan kepo, penuh Tanya.
Flash Back
Andira tengah kebingungan mencari selembar kertas yang beberapa jam lalu ia dapatkan dari Orion, salah satu senionya dikampus yang galaknya minta ampun. Ditengah teriknya matahari, ia harus rela berputar-putar ditengah lapangan yang luasnya ratusan meter, menyusuri taman fakultas juga ia lakukan untuk mendapatkan selembar kertas kecil bertuliskan nama seorang senior yang wajib ia cari tahu.
Gadis itu bolak-balik merogoh saku almamaternya, saku jeansnya juga tidak ia temukan. Hari ini adalah hari terakhir para mahasiswa baru menjalani ospek. Dan tugas terberat mereka adalah mencari tahu sosok senior yang namanya dituliskan didalam selembar kertas tersebut.
“Apa gue karang sendiri aja ya nama senior yang gue dapat tadi? Duh begoo banget sih, bisa-bisanya ilang.” Dira bergumam sambil terus menyusuri koridor yang ia lewati tadi, siapa tahu ada disini. Pikirnya. Dengan kepala yang ia tundukkan kebawah. Besar harapannya agar kertas itu ia temukan, tapi sepertinya usahanya sia-sia.
Bruggh
Tak sengaja Dira menabrak seseorang, “Maaf… maaf Bang, Kak.” Ucap Dira gelagapan tanpa berani mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang yang ia tabrak. Tapi dapat Dira pastikan bahwa mahluk dihadapannya adalah seorang cowok, ditandai dengan sepatu sneakers dan celana jeans yang dikenakan.
“Nggak apa-apa, lain kali hati-hati, nyari apa sih? Duit jatuh?” suara cowok itu terdengar sangat teduh, dapat meneduhkan hati Dira yang sedang panas saat ini, Dira mengangkat kepalanya secara perlahan, memberanikan diri untuk melihat wajah sosok yang ada dihadapannya.
Manis! Satu kata yang terlintas didalam pikiran gadis itu. “Lagi nyari kertas kecil, segini, Bang.” Dira menggambarkan seberapa besar bentuk kertas itu, membentuk lekukan diudara. Lelaki dihadapannya mengangguk, “Oh, pasti tugas terakhir ospek buat nyari tau nama senior yang tertulis dikertas itu?” Tanya lelaki tampan, kemeja biru muda membalut indah pada tubuh tinggi dan tegapnya.
“Iya, iya benar.” Dira menjawab tanpa kedip, memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki dihadapannya. Pikirannya pun mulai liar membayangkan yang indah-indah. ya sebenarnya tidak pantas untuk gadis yang baru saja menginjak usia delapan belas tahun seperti dirinya.
“Punya pulpen dan kertas?” pertanyaan cowok itu membuat Dira bingung. Oh Tuhan tas gue kan disana, tadi gue titip sama Fatya. “Punya, sebentar Bang.” Dira membalikkan tubuhnya berniat untuk mengambil kertas dan pulpen miliknya didalam tas.
“kelamaan kalau nunggu lo ngambil, ini ada sama gue,” kalimat itu menghentikan langkah Dira. Cowok itupun membuka tas ransel miliknya dan merobek selembar kertas dari bukunya, kemudian menarik beberapa garis dengan pulpen hingga terbentuk sebuah tulisan Rafkha. Dan kemudian memberikannya kepada Dira.
Dira yang masih bingung pun hanya menerima tanpa bertanya. Cowok itu memutar tubuhnya begitu saja, tanpa berkata apapun. Wangi, kalimat kedua yang terlintas dipikiran Dira tentang lelaki itu. Lelaki itu bak malaikat penolong baginya, oke saat ini Dira hanya harus fokus mencari pemilik nama dikertas itu.
Mengingat mereka, para mahasiswa baru harus segera mendapatkan jawabannya siang ini.
Rafkha? Yang mana orangnya ya? Kenapa nggak gue tanya aja sih ke Abang tadi, Ya ampun saking nervousnya ketemu cowok cakep gue jadi begoo gini.
Flash back Off
“Oh… jadi lo masih terngiang, teringat-ingat gimana pertemuan pertama lo dengan Abang ganteng senior kampus kita itu? Udah lah Ra, life must go on. Hidup kita harus berjalan, liat ke depan bukan ke belakang, oke?”
“Halah… sok Inggris lo kalo ngomong, tapi Fat… dua hari yang lalu gue kayaknya ngeliat dia deh, makanya gue jadi ingat lagi.” Jelas Dira, ia ingat betul kejadian dua hari lalu saat ia sedang duduk di halte bus untuk menunggu taksi, ia pun sebenarnya sempat tak percaya dengan apa yang ia lihat. Rafkha, cowok itu sedang mengemudikan mobilnya dan melintas dihadapannya.
“Halusinasi lo aja kali, setau gue, Abang ganteng kan lagi diluar negeri, Singapura ya kalo nggak salah?” Dira mengangguk, benar memang kabar terakhir yang mereka dengar tentang pujaan hati si Dira ini, cowok itu sedang berada diluar negeri, bekerja disebuah perusahaan terbesar disana.
“Ya gue harap sih, gue beneran cuma ngehalu ya Fat,” ucapnya datar, tapi sungguh kalimat itu bertolak belakang dengan isi hatinya. Sungguh Dira menginginkan apa yang ia lihat dua hari yang lalu itu benar dan nyata.
🌸🌸🌸
Jangan lupa like dan komennya ya, serita Abang Rafkha. Squelnya Cinta Setelah Pernikahan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Ninik Rahayu
mampir lagi... setelah nengok papa Panji & mama Riska... sekarang nengok si ganteng Rafka... 😍
2024-10-30
0
Fia Azril
baca lagi
2024-01-18
0
Cicih Sophiana
orang baru hadir thor...
2023-08-06
0