Saat semuanya sudah meninggalkan ruangan meeting, Dira membereskan barang-barangnya yang masih tergeletak di atas meja. Tiba-tiba ia tersentak kaget saat merasakan sentuhan telapak tangan seseorang dikeningnya, “Ka-kamu Faiz!” hentak Dira.
“Kamu nggak sakit, suhu tubuh kamu normal, why? Ada masalah? Atau mungkin... kamu nyesal udah nolak Pak Bian kemarin?” Dira menghela napas kasar, uh lelaki dihadapannya ini mengapa cerewet sekali?
“Aku nggak apa-apa Faiz, kurang tidur kayaknya,” alasan Dira. “Ya udah yuk kita balik keruangan!” ajak Dira.
“Jangan lupa Ra, kamu ditunggu sama Bos baru kita diruangannya!” Faiz membantu Dira membawa beberapa berkas miliknya.
“Oh iya, kamu tolong bawain berkasnya ke ruangan ya, letakin di meja aku saja. Aku mau ke toilet sebentar.”
“Siap tuan Putri!” Faiz ini sedikit lebay memang, tapi kebaikan hatinya tidak perlu diragukan. Entah apa yang membuat Dira tidak bisa menerima cintanya. Hatinya benar-benar tertutup.
Dira memutar kran dan menampung air yang mengalir dengan kedua tangannya, kemudian ia basuh wajahnya perlahan. Tak lupa ia membuka kacamatanya. Berkali-kali Dira basuh agar dirinya sadar sesadar sadarnya.
Gue nggak bisa terus kayak gini. Nggak bisa, move on Dira. Dipertemukan kembali bukan berarti lo punya kesempatan bisa sama dia, bukan!
Selesai, Dira menyeka wajahnya dengan tissue dan kembali memakai kacamatanya. Keluar dari toilet dan berjalan perlahan menuju ruangan Rafkha Narendra Akbar.
Mengambil napas dalam, sebelum mengetuk pintu.
“Masuk!” terdengar suara dari dalam. Dira menolak pintu kaca itu, menyembulkan sedikit kepalanya kedalam ruangan.
“Masuk aja, jangan kayak maling gitu.” Ucap lelaki itu. Melangkah masuk dan berdiri tepat didepan Rafkha hanya ada meja berukuran besar dan lebar sebagai pemisah mereka.
“Duduk!”
Dira menurut, ia menarik kursi yang ada disampingnya untuk ia duduki.
“Saya mau liat gambar tadi,” sambil menadahkan tangan, bermaksud untuk meminta flash disk milik Dira. Wanita itupun merogoh saku blazernya. “Ini... Pak.” Menyodorkan benda kecil itu kepada Rafkha.
Lelaki itu pun mulai memasangkan flashdisk milik Dira ke dalam laptopnya. Lelaki itu terlihat fokus mencari. “Dimana foldernya? Ini flashdisk pribadi? Bukan khusus data kantor ya?” Dira terlihat gelagapan untuk menjawab. Benar, dia sangat ceroboh beberapa hari yang lalu sejak pikirannya mulai kacau. Ia salah memasukkan data, harusnya tidak di flashdisk yang ini.
“Ada di folder...” sejenak ia berpikir.
“Sini kamu!” titah Rafkha, tangan kirinya mengarah untuk memberi petunjuk agar Dira berdiri tepat disampingnya untuk mencari folder dan file penting itu. Tapi saat itu otak Dira masih bisa berjalan dengan baik,
“Kita putar aja laptoptnya Pak.” Dira punya ide lain tanpa harus ia berdekatan dengan lelaki itu. Dira tidak sekuat itu, tidak mampu. Bisa-bisa ia pingsan nanti jika harus sedekat itu jaraknya dengan Rafkha.
“Silahkan!” jawab Rafkha. Setelah mendapat persetujuan, barulah Dira memberanikan diri untuk memutar laptop itu ke arahnya. Tak butuh waktu lama, Dira langsung menemukan file yang dimaksud. “Ini Pak,” kembali mengarahkan layar laptop itu kepada Rafkha.
“Kamu boleh keluar sekarang,” mata Rafkha masih terfokus pada laptop.
“Baik Pak, saya permisi,” sejenak, Dira bernapas lega. Dentuman jantungnya pun mulai stabil, ia bangun dari duduknya berbalik dan hendak melangkah keluar.
Rafkha mengalihkan pandangannya pada Dira yang tengah berdiri dan berjalan membelakanginya. Ia tatap dari atas hingga bawah tanpa ada yang tertinggal. Dira memiliki bentuk tubuh yang cukup sempurna, dada yang ranum dan bagian belakang yang lumayan padat berisi, sehingga rok span yang ia kenakan saat ini jelas mencetak lekuk indah mahakarya Tuhan yang berhasil membuat banyak laki-laki menggilainya.
Mikir apa gue? Astaghfirullah. Saat menatap Dira seperti itu, gejolaknya sebagai laki-laki normal pun mulai berpikir liar. Rafkha pun langsung tersadar.
Sebelum benar-benar keluar, Dira mengintip sedikit kedalam ruangan itu hingga tatapan mereka bertemu, ketahuan ****** gue. Dira serba salah dan saat ini benar-benar ingin melarikan diri.
“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” karena kalimat tanya itu, Dira menghentikan langkah. Tidak tahu harus menjawab apa, ternyata Rafkha benar-benar tidak mengingatnya sama sekali. Ada rasa sesak didadanya.
“Sepertinya enggak Pak, kita nggak pernah bertemu sebelumnya. Permisi,” Dira benar-benar melangkah berjalan lurus meninggalkan ruangannya dengan perasaan yang berkecamuk.
Mungkin Rafkha terlalu banyak bertemu dengan orang-orang baru, hingga benar-benar melupakannya, apalagi ia tak punya peranan penting. Memang, dulu mereka tidak memiliki hubungan khusus, akrab juga tidak. Tapi kan mereka sering berkomunikasi, apa segitu lemahnya ingatan Rafkha? Pikir Dira.
🌸🌸🌸
Kalian, pada penasaran ya Dira ini sebenarnya anak siapa? hihi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Ninik Rahayu
kalo gk salah Dira ini anak nya Robi & Ranti... 🙂
2024-10-30
0
Cicih Sophiana
terserah othor aja deh anak siapa...
yg penting buat aq ceritanya aq suka👍🙏
2023-08-08
0
Sunarti
masih blm mengingat
2023-04-22
0