Ruangan itu terdapat di bar lounge, tidak begitu jauh dari ruang makan di kediaman Robert, mereka duduk berdua saling berhadapan dengan meja pantry panjang berwarna maron dengan bartender yang menghidangkan minuman untuk mereka berdua.
"Bagaimana keadaanmu daren, sudah beberapa lama kita tidak berjumpa, semenjak kau memutuskan bertunanganmu dengan Carol." Ucap nency.
Daren tersenyum tipis, "ya, itu sudah lama sekali dan aku tidak bersama dengan Carol lagi, kami memutuskan pertunangan kami." Ucap daren lalu menyesap minumannya.
"Benarkah? Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan Carol di club dia mengatakan hubungan kalian baik-baik saja." Ucap nency menaikkan alisnya.
"Jangan terlalu lunak padanya daren, sebenarnya aku tahu bagaimana Carol denganmu, aku...bukan bermaksud ikut campur urusanmu dengannya tapi, dia dengan seenaknya datang dan pergi semaunya, aku tidak bisa....
"Cukup!" Matanya tajam menatap nency. "Sebaiknya aku pergi lovely sudah lama menungguku." kata daren sambil berdiri, nancy menatap daren, dia ingin menahan kepergiannya.
"Daren, aku...em tidak bisakah kau melupakan Carol, kau harus bertahan, daren aku...kau mengetahui dengan jelas bagaimana perasaanku kepadamu." nency menatapnya dengan pancaran mata berbinar, sudah begitu lama nency mendambakan daren dalam hidupnya.
Dia mendekati daren dan mengusap dadanya yang bidang, sentuhannya sudah sampai hingga ke perut daren tetapi dengan cepat daren memegang tangan nency dan menjaga jarak kepadanya.
"Kau dan Carol tidak jauh berbeda nency, kau tahu maksudku bukan? Jadi aku anggap tidak pernah mendengar apa yang barusan kau katakan padaku." Daren melepaskan tangan nency dan segera meninggalkannya.
~
"Sudah lebih baikan Sekarang?" Tanyanya.
Alvin dengan telaten mengompres kaki lexia dan mengangkat kakinya lebih tinggi.
"Em ya, sudah lebih baik." Ucap lexia sedikit jengah dengan tindakan pria ini, dia terlalu khawatir dengan sakit kecil seperti ini.
"Kau sangat cantik lovely, meskipun aku sama sekali tidak melihat kemiripan di antara kau dan kakakku, atau mungkin kau lebih mirip ibumu." Ucapnya sambil mengangkat bahunya.
Lovely tanpa sadar mendengus. "Dan kau sama sekali tidak mirip dengan kakek Juan, mungkin kemiripanmu lebih banyak di wajah keriputnya." kata lexia sinis.
Tiba-tiba Alvin tertawa keras membuat lexia terkejut. 'Mengapa dia tertawa?'
"Kau lucu lovely", ucapnya sambil kembali tertawa mendengar kata-kata lexia.
"Aku tidak tahu kau memiliki selera humor lovely, menurut kakakku kau putrinya yang lembut sabar dan pendiam."
Lexia memutar matanya terang-terangan di hadapan Alvin yang menahan tawanya. "Selera humorku tidak begitu buruk dibandingkan dengan paman daren, kerutan di alisnya tidak akan menghilang mungkin saja ketika dia masuk ke dalam toilet kerutannya lebih nampak."
Alvin tertawa keras, lexia menatapnya heran, 'tidak ada yang lucu, aku sama sekali tidak mencoba melucu'. Gumam lexia yang menatapnya.
"Berhenti bergumam lovely aku bisa mendengar semua ucapanmu." Ujarnya.
"Oh ya, kalau begitu lupakan apa yang kuucapkan jangan sampai paman Daren mendengarnya, dia suka marah-marah." Ucap lexia mengangkat alisnya.
"Benarkah? Kalau begitu aku berbeda dengannya, aku memiliki selera humor yang tinggi tidak sama seperti dirinya." alvin tersenyum memandang lexia.
"Kau masih bisa memiliki selera humor dengan kakek juan yang berada di sampingmu setiap waktu? kau pasti bercanda, harusnya kau lebih mirip paman daren, berkerut setiap saat." Lexia menirukan wajah daren ketika sedang marah.
Alvin kembali tertawa mendengar ocehan lexia dia betul-betul terhibur bercakap dengannya. Suara tawanya membuat daren yang baru saja membuka pintu menatap heran kepada mereka berdua. Lexia menaikkan alisnya ketika daren baru saja masuk, Seketika Alvin menatap wajahnya, kerutan di alisnya masih menempel di sana, hal itu membuat Alvin tertawa kembali.
"Ada apa dengannya?" Tanyanya kepada lexia.
Lexia hanya mengangkat bahunya. "Entah, mungkin karena kau datang." Sindir lexia menatap daren dengan alisnya yang mengernyit.
"Kami harus pulang Alvin". Ucap Daren mengamati lexia dan Alvin yang terlihat semakin akrab.
"Kau bisa berdiri lovely?" Tanyanya.
"Pergelangan kakinya masih sakit dia tidak boleh terlalu banyak bergerak daren." Ucap alvin yang berdiri di sisi lexia bersiap ingin mengangkat lexia, tetapi daren lebih dahulu merentangkan kedua tangannya dan segera membopong lexia.
Lexia tidak menyukai kedekatannya dengan pria pemarah ini. "Kita akan bertemu kembali lovely." Alvin melambaikan tangannya kepada lexia.
Alvin menemani mereka hingga ke pelataran mansion, beberapa mobil sudah menunggu mereka di sana, William Luther berdiri di samping mobil Limousine dan segera membukakan pintu kepada mereka berdua, wajah datarnya menatap lexia yang di gendong oleh Daren.
"Hubungi aku jika kau bosan lovely, paman akan menjemputmu." Ucapnya.
"Okey." lexia melambaikan tangannya dari dalam mobil.
Mobil pun melaju meninggalkan pelataran mansion Juan Robert, sementara itu nampak dari kejauhan Alvin yang masih memandang kepergian mobil mereka dan akhirnya masuk ke dalam mansionnya.
Sudah beberapa menit mereka berada di dalam mobil tetapi tidak ada satupun pembicaraan dari mereka sampai akhirnya Daren tidak tahan ingin bertanya kepada lexia.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanyanya.
Lexia berbalik menatapnya, "Hanya pembicaraan tidak penting, dan itu tidak ada kaitannya denganmu."
"Perhatikan caramu berbicara lexia, jangan sampai karena ucapanmu itu bisa membahayakan nama Burchard, kau mengerti?!" Ujar daren.
Lexia tidak menjawabnya, hanya mendengus pelan mendengar kata-katanya. 'Aku mungkin sudah gila bekerja dengan pria pemarah seperti dirinya', gumaman lexia membuat daren menaikkan satu alisnya.
"Dan ubah kebiasaanmu itu, gumamanmu dapat aku dengar dengan jelas." Daren menggeleng mendengar kicauan lexia yang tidak berhenti-berhenti.
"Apa kau sudah mengenal William luther? Dia yang akan menjadi bodyguardmu, artinya dia akan selalu bersamamu lebih tepatnya memperhatikan gerak gerikmu jika kau melakukan kesalahan yang mengancam nama Burchard." Ucap Daren.
Lexia mendengus pelan, "Ya, aku tahu siapa dia, karena dia sudah memperkenalkan dirinya kemarin siang."
"Benarkah?" Matanya menatap William dari depan kemudi. "Ya tuan saya sudah memperkenalkan diri kepada nona lovelia." Ucapnya.
Lexia mengerutkan hidungnya kepada daren lalu kembali berbalik menatap jalanan kota yang mulai sepi, tapi ada sesuatu yang mengganjal dari pembicaraannya kepada pria bernama William Luther, mengapa dia menyebutkan namanya lovelia? Jelas sekali jika lexia memperkenalkan dirinya kemarin dengan nama lexia, bukan lovely bagaimana ini? Siapa saja di rumah itu yang boleh tahu kalau dia adalah lovelia dan bukan lexia?
Apakah hanya daren dan nyonya itu saja? Bagaimana ini, jika pria pemarah ini mendengar ucapan sembrono lexia kemarin habislah dia. Ck, biarlah ! Ketika tiba nanti lexia akan berbicara dengan pria bernama Luther ini dia harus merahasiakan apa yang di dengarnya kemarin dari mulut lexia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Anti@
Menanti bunga bermekaran 🥳🥳
2021-08-12
0
Ny Kapua
tdk sopan
2020-05-14
1
Sisilia Jho
senyum² terus kayak orgil jadi nya..
2020-03-13
1