Cuaca cerah di luar sana terlihat begitu menyilaukan mata siapa saja, tetapi bagi lexia begitu mendung dan berkabut, jadwal hari ini membuat lexia sedikit tidak bersemangat, pasalnya nona Lucia akan datang lagi untuk mengajarkan kepada lexia bagaimana berjalan seperti seorang putri dari keluarga kelas atas serta bertutur kata yang sopan dan tentu saja terdidik.
Hal itu tentu saja membuatnya frustasi, lexia yang selalu bicara kasar dan ala kadarnya, dia menganggap dirinya berbicara sopan hanya jika volume suaranya di kecilkan dibandingkan dengan lawan bicaranya.
Dia menjatuhkan bokongnya di sofa yang empuk sembari menggoyangkan kakinya menunggu kedatangan nona Lucia, hari ini lexia mengenakan dress di atas lutut dengan warna pastel cerah sehingga kulitnya tampak bersih dan bersinar cerah.
Langkah kaki seseorang yang membuka pintu kamarnya membuat lexia berbalik dan menatapnya, dia adalah daren yang selalu datang mengecek keadaan lexia di kamarnya.
"Bagus, hari ini kau tahu jadwalmu bukan?" Ucap daren yang melangkah dan duduk dihadapan lexia.
"Tentu aku tahu." Ujar lexia tanpa menatap wajahnya.
Daren berdecak mendengar jawaban dari lexia, sinar matanya seakan ikut menggeram melihat tingkah lexia yang duduk dengan melebarkan kakinya dan bersandar pada sofa empuk di belakangnya.
Mata daren menjelajahi kaki lexia yang terbuka. "Apakah perlu aku yang menutup kakimu itu lexia, selama ini kau tidak belajar apapun."
Lexia segera merapatkan kakinya dan memperbaiki posisi duduknya, meskipun mulutnya gatal untuk membalas perkataan pria dihadapannya ini tetapi sebagai orang yang bekerja dengannya dia tahu saat dimana dia harus tutup mulut.
"Sepertinya nona Lucia sudah datang, kau harus ingat pelajaran yang diberikan padamu." Suara daren sedikit keras agar lexia mengingat posisinya.
"Kau mengerti lexia?"
"Ok, aku mengerti." Tatapan matanya tajam menatap Daren.
"Bagus, aku akan mengujimu ketika nyonya Lucia telah selesai."
Dia bangkit dari tempat duduknya, dan mengerling lexia yang tidak merespon ketika dia akan keluar dari kamarnya, dia masih duduk seolah-olah dia sendirian di dalam kamarnya.
Daren kembali dan berdiri dihadapannya, "berdiri." Perintahnya.
Lexia yang tidak tahu apa yang diinginkan daren mengikuti keinginannya, dia berdiri hingga wajahnya hampir menyentuh tubuh Daren yang berdiri kokoh di depannya.
Dia menarik wajah lexia dan memaksanya untuk menatapnya.
"Kau seharusnya menyambutku baik ketika aku datang maupun aku pergi, jangan mencoba mengabaikanku, ingat aku sudah membayarmu." Ucap daren masih menatap wajah cantik lexia yang menatapnya dengan tajam, bibir itu seperti hendak berbicara tetapi di tahannya sehingga terlihat begitu tipis.
Wangi dari tubuh lexia seketika membuat daren segera melepaskan wajah lexia, dia menepis tangannya dan tanpa berkata-kata dia keluar dari kamar dan mendengarkan umpatan terakhir dari mulut lexia ketika dia menutup pintu.
~
Pesawat yang menuju ke manhattan sudah mendarat, pria itu turun dari pesawat dengan di temani bodyguardnya yang berbaris rapi menunggu kedatangannya.
Juan Robert mengedarkan pandangannya ketika kakinya menapaki aspal, sebuah payung sudah menaunginya diikuti oleh seorang pria yang mengenakan sunglasses berjalan mendampinginya, dia juga mengikuti ayahnya yang berjalan di hadapannya.
"Bagaimana perjalanan anda tuan?" Tanya salah satu pria berjas yang berjalan di sampingnya sambil tersenyum senang akan kehadirannya.
"Good." Ucapnya singkat.
Langkah pria tua itu diiringi oleh orang-orangnya yang selalu menemaninya. "Bagaimana tuan? Apakah anda ingin menuju kediaman Burchard sekarang?" Ucap pria yang berjalan di sampingnya.
"Tidak sekarang, kita akan ke mansionku."
"Baik tuan."
~
Lexia memandang bibir tipis yang mengucap kalimat yang sama berulang kali.
"Perhatikan setiap langkahmu, kau harus berjalan pelan dengan kaki yang tidak terbuka lebar, ingat ! Dengan kaki yang tidak terbuka lebar!" Ucapnya lagi dengan nada seperti seorang penyanyi.
Lexia berdiri di hadapan nona Lucia dia berjalan pelan seperti kakinya sedang diikat oleh tali sehingga kelihatan aneh.
"No, no bukan seperti itu, lakukan seperti ini." Dia kemudian berdiri dan menggerakkan tubuhnya dengan anggun.
Lexia bersusah payah mengikutinya, kakinya mencoba berjalan perlahan tangannya tidak begitu banyak bergerak, sedikit keringat jatuh dikeningnya.
Setelah dua jam bagai sehari bagi lexia akhirnya pelajaran mereka selesai untuk hari ini, lexia membanting tubuhnya di sofa yang empuk dan merentangkan kedua tangannya, dia begitu lelah, apalagi matanya belum terbiasa menggunakan soft lens, dia merasa tidak nyaman, meskipun begitu lexia yang kuat terus bertahan, dia tidak mau menyerah begitu saja.
Tanpa terasa lexia tertidur hingga hampir melewatkan makan siangnya, seseorang membangunkan lexia dengan suaranya yang berat.
Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia mendapati lexia tertidur sambil merentangkan kedua tangannya, dia terlihat sangat rentan untuk di serang, matanya menjelajahi setiap lekuk tubuh lexia dan berhenti di bagian depan dada lexia yang hampir menyembul keluar. Kaki jenjang lexia yang bersinar membuat pria itu lagi-lagi membangunkan sisi liar di dalam kepalanya.
"Sial!" Umpatnya.
Suara seseorang membuat lexia mengucek matanya dan terbangun, dia melihat daren yang duduk tidak jauh dari tempatnya berbaring.
Daren menyandarkan tangannya di kepalanya sambil menatap lexia yang meregangkan tubuhnya.
"Kau di sini?" ucap lexia cuek, dia mengangkat kedua kakinya di atas sofa lalu melipatnya, tetapi mata daren yang tajam membuatnya menurunkan kedua kakinya dan menutupnya rapat.
"Bagaimana pelajaranmu?" Tanyanya.
"Ya, cukup bagus dan panjang." Ungkapnya.
"Apa maksudnya panjang?" Tanya daren.
"Waktunya yang begitu panjang." Ujar lexia.
Lexia mengacak-acak rambutnya dia merasa gerah dengan rambut panjangnya sehingga dia terlihat begitu liar cantik dan sensual.
Daren berdecak, "Berhentilah mengacak rambutmu, ganti pakaianmu kita akan makan siang." Ucapnya, daren kemudian membuka pintu kamar dan menutupnya.
'Apa yang harus aku lakukan pada gadis itu?' gumamnya, Daren melangkah dan menekan tombol lift dihadapannya, dia tidak menyadari kehadiran lexia di sampingnya.
"kita akan kemana?" tanya lexia, Suara lexia membuat daren tersadar, dia mengerling lexia yang mengenakan dress panjang yang santai tetapi begitu modis.
"Kita akan makan di bawah." ucapnya.
Lexia mengerlingnya dan wajahnya seperti tidak mengerti.
"Ada apa?" tanya daren.
"Mengapa aku harus mengganti pakaianku jika kita hanya makan di ruang makan?" tanyanya.
"Karena aku yang menyuruhmu, jadi lakukan apa yang kukatakan." ucap daren tanpa memandang lexia di dalam lift. Hidung lexia mengekerut mendengarnya, 'ck, pria arogan tukang perintah.' gumam lexia. Daren yang mendengar gumaman lexia lalu tersenyum miring.
"ya lexia dan kau harus mengikuti perintahku, kau mengerti!" ucap daren, kali ini wajahnya hanya beberapa senti dari wajah lexia, napas segar yang dihembuskan lexia ke wajahnya membuat daren hampir saja menyerang lexia sekarang juga di lift itu, dengan pikiran liar yang selama ini selalu berputar di kepalanya membuat pertahanan daren hampir saja runtuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Anti@
tahan Daren...tahan🤣
2021-08-12
0
Retno Dwi
lama2 daren gak.kuat pasti
2021-01-22
0
Besse Sulfiani
Aku sangat menyukai novelmu thor.
Saya penyuka karakter cuek, tegas, n berani. Paling gk suka novel karaktr cweknya lembekb dan mudah ditindas
2020-08-13
4