Para petinggi yang tersohor itu sudah menunggu di ruang tunggu di salah satu ruangan yang besar dan mewah, kedatangan mereka karena ingin bertemu dengan Juan Robert, salah satu orang yang paling berpengaruh di dalamnya, dia berjalan diiringi oleh orang-orangnya, dan membukakan pintu untuknya.
Seorang pria yang menghisap cerutu karena begitu bosan menunggu kedatangan tuan Robert, dia akhirnya berdiri dengan segan dan segera mematikan cerutunya dan menyambut kedatangannya.
"Senang bertemu dengan anda tuan Robert." Ungkapnya.
Tuan Juan duduk di salah satu kursi lalu menatap mereka satu persatu.
"Bukan saat yang tepat untuk kalian menyambutku, aku memiliki pertemuan penting dengan cucuku."
"Maafkan kami tuan Robert tapi yang akan kami sampaikan juga sangat mendesak." Ucap pria tua itu. Sebuah senyuman berbahaya terukir di garis wajah tuan Robert.
"10 menit." Ucapnya sambil memandang mereka.
~
"Jadi, kau lovely?" Tanyanya.
Lexia mengerling daren yang duduk tidak jauh darinya.
"Ya, aku lovelia." Lexia menatap langsung mata hijau gelap yang balas memandangnya.
Dia tersenyum tipis lalu menautkan jari-jarinya di atas meja.
"Tidak seperti yang aku dengar, atau mungkin aku yang salah dengar tentangmu, menurut kakakku putrinya yang manis adalah seorang gadis lembut dan pemalu." Ucapnya.
Dia memiringkan kepalanya lalu menatap lexia, "dan kau tidak seperti yang aku bayangkan selama ini."
Ingin sekali lexia mengeluarkan lidahnya kepada pria dihadapannya ini dan segera pergi dari sana, tetapi itu tidak mungkin karena pria membosankan itu ada di sana menatap kami dengan sorot mata berbahaya.
"Kalau begitu ayahku tidak menceritakan keseluruhan tentang diriku, paman." Senyum lexia. Wajah pria dihadapannya balas tersenyum.
"Ya aku pamanmu, tapi kau bisa memanggilku Alvin, terdengar akrab bukan? Dan lagi aku lebih muda beberapa tahun dari pamanmu yang duduk jauh di sana." Sambil menunjuk Daren yang sedang menyesap minumannya.
Lexia mengangkat bahunya, rupanya lexia lebih tertarik dengan hidangan yang ada di depan matanya di bandingkan percakapannya dengan pria bernama Alvin itu.
Tanpa ragu lexia mengambil makanan yang ada di hadapannya, lalu mulai mengiris daging di atas piringnya dan mulai makan makanannya.
"Mm lezat." Ucap lexia.
Senyum terukir di wajah Alvin, "benarkah?" Dia juga mulai mengambil makanan dan mereka berdua makan dengan lahap, langkah kaki terdengar menghampiri lexia, Daren mengangkat satu alisnya dan memandang lexia, 'gadis ini tidak mendengarkan kata-kataku' ucap daren pelan.
Alvin menyadari kedatangan daren yang dia tahu juga paman dari lovelia.
"Kenapa anda tidak bergabung dengan kami tuan daren?" Tanyanya.
"Tidak, terima kasih aku datang kemari hanya mengantar lovely untuk bertemu dengan kakeknya." Daren memegang kursi yang di duduki lexia, jarinya menyentuh punggung lexia seperti memperingatkannya.
Lexia mengerlingnya dan kemudian kembali makan dengan sangat anggun dan sopan, 'sial!' umpat lexia meskipun dengan suara paling kecil.
"Apakah tuan Robert akan lama?" Tanyanya.
"Tidak, mungkin 10 sampai 15 menit, kalau dia tidak bisa bersama lovely hari ini mungkin dia akan memintanya untuk menginap, ayah sangat ingin bertemu lovely, dia selalu membicarakannya ketika di napoli." Ucap Alvin.
Daren duduk di samping lexia mengamatinya, "kau sungguh lahap lovely sayang." Seringai Daren meskipun hanya lexia yang menyadari nada sindiran di kata-katanya.
"Menunggu membuatku lapar paman, kau tahu kan usia sepertiku sedang dalam masa pertumbuhan."
Ujar lexia tidak perduli dengan wajah sangar yang kini membingkai wajah daren, dia tidak suka jika lexia melawannya apalagi di saat seperti ini.
"Biarkan dia makan, lagi pula lovely terlihat lahap memakannya, gadis seusianya sangat sulit untuk makan karena diet atau apapun itu." Ujar Alvin tersenyum melihat senyuman di mata lexia yang setuju dengan kata-katanya.
"Kau nanti sakit perut lovely sayang." Ucap Daren sambil memicingkan matanya menatap lexia.
Pria ini tidak pernah membuatku tenang, pikir lexia sambil meliriknya. Tanpa memperdulikan ucapan daren lexia terus melahap makanannya.
Setelah makan, Lexia berdiri ingin mencari toilet karena dia merasa perutnya sedikit gembung, apalagi gaun yang dikenakannya terasa begitu sempit di pinggangnya.
Seorang pelayan mengantar lexia menuju ke toilet, dengan cepat lexia masuk ke dalam dan menatap dirinya di depan cermin, suara ketukan terdengar di luar pintu toilet. "Lovely kau di dalam?" Tanya daren dengan mengetuk beberapa kali.
"Sebentar lagi aku keluar." Kenapa dia tidak bisa menunggu? Lexia menghentakkan kakinya ke lantai tetapi lantai yang dipijaknya begitu licin hingga ia terjatuh.
"Ouch, sial!" Umpat lexia.
"kau tidak apa-apa?" Daren kembali mengetuk pintu toilet.
Lexia menyadari gaun yang di kenakannya robek sampai ke pahanya hingga kulit mulusnya dapat terlihat jelas.
"Aku...aku terjatuh." Ucap lexia pelan dia mencoba berdiri tetapi kakinya sakit sehingga dia duduk begitu saja di lantai dan berpegangan pada westafel kamar mandi.
Daren melirik ke kiri dan kanan ketika dia yakin tidak ada seorangpun yang akan datang dia akhirnya membuka pintu toilet dan melihat lexia duduk dengan gaunnya robek sampai hampir ke pinggang.
Daren melipat kedua tangannya dan memandangnya, "kau gadis pembuat masalah lexia." Dia berjalan lalu menghampiri lexia.
"Kenapa kau tidak berdiri?" Tanyanya.
"Ka...kakiku terkilir." Lexia tidak mau menatap matanya, daren bernapas keras terlihat jelas dia begitu marah.
Tanpa berkata-kata daren mengangkat lexia dan mendudukkannya di dekat westafel, matanya menyala melihat robekan panjang di gaunnya, dia menatap lexia sambil menyipitkan matanya.
"Ba... bagaimana sekarang? Ucap lexia.
"Ck, kau memang pembuat masalah." Tunggu di sini aku akan memanggil pelayan.
Matanya mengerling melihat warna kemerahan di paha lexia. Dia menyibak robekan panjangnya dan menatap lekat-lekat memar di pahanya.
"Apa yang kau lihat?" Ucap lexia mencoba menutup pahanya dengan gaunnya, tetapi tangan daren menyibaknya, dia menarik tangan lexia yang mencoba menutupi pahanya.
"Tunggu di sini, aku akan mencari pelayan." Bentak daren. dia meninggalkan lexia yang duduk di atas westafel dia membuka pintu toilet lalu menutupnya.
"Kenapa dia begitu marah sih, aku kan tidak sengaja jatuh." Ucap lexia sambil memegang roknya yang telah sobek mengenaskan.
Langkah kaki dari beberapa orang terdengar lalu seseorang membuka pintu kamar mandi, seorang pelayan wanita datang membawa baju ganti untuknya.
"Gunakan ini nona." Ucapnya. Lexia memegang gaun yang tidak terlalu berbeda dengan gaun yang di kenakannya tadi tetapi warnanya berbeda dan sedikit pendek, pelayan itu meninggalkannya kemudian Daren kembali masuk ke kamar mandi dan melihat Lexia masih duduk di atas sana.
"Apa yang kau lakukan, turun dan segera ganti bajumu." Ucapnya sambil bersedekap.
Mata tajam lexia menatapnya. "Kau keluar dulu." Ucap lexia kasar dia melipat kedua tangannya.
Daren menaikkan satu alisnya, "Tapi kenapa kau masih duduk di sana?" Ucapnya.
"Setelah kau keluar aku akan turun." Ucap lexia, kakinya masih sakit dan tidak ingin dilihat oleh daren, tetapi tentu saja daren mengetahuinya, dia melangkah mendekati lexia lalu menggendongnya, lexia berpegang erat pada leher daren, dia benci sekali jika pria ini menyentuhnya.
"Oke, sekarang turunkan aku." Ucapnya marah. Mereka saling bertatapan dan menghapus jarak di antara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
🌹Milea 🖤
udah mulai bucin nih daren sikap overprotektif nya smkin hri mkin brtmbah wkwkwk😂
2020-08-14
1
Tionar Linda
Daren jth cinta ..
2020-07-12
1
Avdev Chan
ahayyy...lanjut Thor...
2020-06-29
0