Ruangan berukuran besar itu kini menjadi kamar tidurnya, tempat tidur berukuran king size dengan jumbai di atasnya berwarna putih memberikan kesan feminim layaknya seperti kamar tidur seorang tuan putri, perabotan mewah dan mahal melengkapi ruangannya yang begitu luas.
Lexia membuka sebuah pintu dari dalam kamarnya dan sekali lagi dia dikejutkan dengan ruangan berisi pakaian dress serta gaun-gaun yang tergantung rapi di lengkapi dengan tas-tas di dalam kaca yang berwarna-warni yang berderet-deret, lexia menelan ludahnya seketika menatap segala macam aksesoris di atas sebuah meja yang tertutupi oleh kaca yang mengkilap.
"Wow....hanya suara itu saja yang lexia mampu ucapkan.
Lexia memutuskan menutup ruangan itu sebelum kepalanya membisikkan sesuatu yang membuatnya akan berbuat seperti seorang pencuri. "beginilah kehidupan mereka sangat berbeda sekali dengan kehidupanku yang di kelilingi oleh lautan sampah." ucapnya.
Sebuah ketukan terdengar dari luar kamarnya.
"Masuk". Ucap lexia dengan cepat ia duduk di salah satu sofa berwarna coklat. Seorang pelayan masuk dan berbicara kepada lexia.
"Nona, pesan tuan daren yang harus anda kerjakan hari ini." ucap sang pelayan dengan sedikit menunduk. Lexia menatapnya dan berpikir, bagaimana dia bisa mendapatkan pekerjaan di rumah besar ini? mungkin menjadi seorang pelayan tidaklah begitu sulit di bandingkan harus berpura-pura menjadi seorang nona besar di rumah ini.
Lexia kembali menatap kertas yang diberikan pelayan itu lalu mulutnya sedikit menganga, "Apa ini?" dengus lexia.
mengapa pria tua itu ingin aku berpenampilan seperti yang ada di kertas ini?"
Lexia membaca sekali lagi dan matanya masih membelalak tidak percaya, "Ok, bisakah aku berbicara dengan si tua..maksudku paman daren?" Tanyanya kepada sang pelayan.
"Tuan Daren memerintahkan kepada anda untuk mengikuti semua yang terdapat di catatan ini, nona." ucap pelayan itu lagi.
"Ck, baiklah aku akan mengikuti yang diinginkannya."
"Kalau begitu ikuti saya nona." ucap pelayan yang sedikit lebih tua dari lexia itu. Lexia mengikutinya sampai di sebuah ruangan besar, beberapa orang sudah menunggu di sana, tempat itu di penuhi dengan segala macam kebutuhan make up dan peralatan kecantikan yang lexia sama sekali tidak mengerti.
"Silahkan duduk di sini nona." Kata pelayan itu. Lexia menuruti keinginannya dan langsung saja duduk di depan cermin sambil menatap dirinya, wajah yang dulunya kusam dan dipenuhi kotoran yang menghitam di wajahnya, tetapi kini terlihat begitu berbeda, lexia tampak seperti seorang gadis yang dilahirkan dari keluarga terpandang yang memiliki segalanya.
Walaupun begitu lexia tentu saja tidak melupakan daratan, dia tahu siapa dirinya bagaimana kehidupannya yang sebenarnya, sehingga dia hanya menatap dirinya tanpa terpesona ataupun terkesan toh kalau dia sudah menyelesaikan penyamarannya ini dia akan berkutat kembali dengan sampah-sampah yang menumpuk nantinya bersama edo dan teman-temannya.
Mereka mulai bekerja, rambut Andria yang tadinya berwarna coklat karamel kini berubah menjadi coklat kehitaman, mata yang tadinya berwarna safir tajam kini berubah menjadi hijau cerah, polesan make up yang minimalis dengan beberapa perawatan kulit yang membosankan membuat Andria terlihat putih bersih dengan kecantikan yang begitu mengagumkan. Kini dia mengenakan gaun berwarna hitam sebatas lutut dengan rambut yang tergerai begitu cantik.
"Mereka semua menatap dengan kagum melihat kecantikan yang terlihat di wajah lexia, meskipun umurnya baru beranjak 18 tahun, tapi tubuhnya terlihat sangat dewasa dengan lekukan tubuh yang indah dengan dada yang menonjol sempurna.
Lexia berdiri sambil melipat kedua tangannya, sedikit jengah dengan mata-mata yang tidak mengalihkan pandangannya darinya, dia tidak begitu suka dengan gaun yang di kenakannya karena dia tahu payudaranya yang berukuran lebih besar membuatnya terlihat lebih menonjol dari biasanya.
"Apakah sudah selesai? apa aku harus pergi?" tanyanya.
Salah satu pelayan menghampirinya lalu kembali menyampaikan pesan tuan Daren padanya.
"Tuan Daren berpesan agar anda segera menuju ke ruang lounge nona dia menunggu anda di sana." ucapnya.
"Ok." Lexia berjalan dan diantar lagi oleh pelayan yang berjalan anggun di hadapannya, meskipun lexia berpenampilan cantik dan menawan tapi gerakan dalam berjalannya bukan seperti seorang nona besar, dia berjalan seperti cara lexia melangkahkan kakinya dengan berjalan lebar dan tidak terarah.
Daren yang menunggunya lalu menatap lexia dan dia kembali berdecak, lalu menyandarkan kepalanya di tangannya, dia duduk di sofa itu sambil memperhatikan lexia yang berjalan ke arahnya.
Pelayan yang mengantar lexia akhirnya pergi.
"Ck, perhatikan caramu berjalan lexia, apa kau tidak memperhatikan bagaimana nona Lucia mengajarimu?" ucapnya, dia berdiri dan menatap lexia yang memandangnya. Mata safirnya kini ditutupi dengan soft lens berwarna hijau cerah.
"Jangan melangkahkan kakimu lebar-lebar, kau cukup berjalan seperlunya dan kakimu jangan melangkah dengan cepat-cepat, itu adalah hal dasar Lex, kau mengerti." ucap daren.
Kini mata lexia berpindah padanya dengan heran menatap daren.
"Ada apa?" tanya daren.
"Jangan memanggilku Lex, aku tidak suka dipanggil dengan singkatan namaku." ucap lexia sambil mendudukkan dirinya di sofa lalu melipat kedua tangannya.
"kenapa?" tanya daren.
"Karena hanya keluargaku yang memanggilku seperti itu dan kau bukan." ucapnya tajam.
Daren melengkungkan bibirnya, "Aku akan memanggilmu dengan sebutan apapun yang kuinginkan lexia."
Lexia menatapnya dengan tidak suka. Tiba-tiba saja Daren menarik tangan lexia hingga dia menabrak tubuhnya, hingga lexia harus berpegang pada bahu Daren jika tidak dia akan terjatuh.
"Bahkan kalau aku memanggilmu jalang kecilku pun itu terserah aku lexia, karena kau milikku sekarang, kau mengerti." ucapnya kasar. Mata tajam lexia masih menatapnya. Sementara Daren menatap bibir merah merona itu sambil menelan ludahnya, dia sekuat tenaga menahan keinginannya untuk memainkan bibir itu dibibirnya yang entah dari mana keinginan itu muncul.
Dia tahu gadis dihadapannya ini begitu cantik tapi dia tidak memujinya, dia hanya memberikan kritik atau menegur kelakuan lexia yang tidak sempurna, sesekali melirik lekukan tubuh sempurna lexia yang menggodanya, gadis dihadapannya membuat bayangan paling liar di pikiran Daren muncul begitu saja.
"Sial !" Umpat Daren, sebelum dia pergi matanya masih berlama-lama di belahan dada lexia yang sedikit menyembul keluar, membuat daren kembali mengumpat dan secepatnya pergi dari hadapan lexia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
tak apa jatuh cinta yang penting bukan muhrim😎
2022-03-27
0
Anti@
Daren kepanasan tuh😂😂
2021-08-12
0
Riri
tersiksa sendiri paman daren xixixx
2021-04-12
1