Suara dentingan piano yang dibawa angin di siang itu begitu merdu terdengar, suara itu begitu merdu di telinga lexia, setelah selesai belajar dengan nona Lucia, dia membuka pintu balkonnya dan suara itu terdengar lagi.
"Suaranya merdu, dari mana asal suara ini."
Tanyanya, karena penasaran dengan suara itu
Lexia keluar dari kamarnya dan bertemu dengan daren yang juga kebetulan membuka pintu kamarnya.
"Kau mau kemana?" Tanyanya. Matanya tajam memandang lexia seakan-akan lexia telah melakukan kesalahan.
"Aku sedang bosan, cuma berjalan Sebentar." Ucapnya.
"Masuk! Kau tidak memiliki kebebasan di rumah ini, kau bisa keluar dari kamarmu jika aku bilang kau sudah pantas untuk keluar." Ucap daren tanpa memandang wajah lexia.
Mulut lexia begitu tipis segala cacian dan makian sudah bersarang di otaknya tetapi dia dengan sekuat tenaga menahannya. Mereka bertatapan saling menantang.
"Kau harus ingat lexia, kau bekerja padaku, jadi kau harus menurut setiap apa yang aku katakan, kau mengerti !" Bentaknya.
Lexia tidak mengucapkan apapun dia lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu keras-keras, membuat daren menahan amarahnya, "gadis itu membanting pintu di hadapanku?" Geramnya.
Daren masuk ke kamar lexia dan mencarinya, dia melihat lexia sedang duduk di balkon kamarnya dan menatap pemandangan yang membosankan di depannya, daren memijit-mijit keningnya mencoba menahan amarahnya.
Lexia tidak memperdulikan kedatangan Daren.
"Apa yang kau lakukan di luar sini, masuklah udaranya dingin diluar." Ucap daren menatap lexia yang tidak menggubrisnya, matanya masih menatap ke depan.
Daren yang tidak pernah di acuhkan oleh siapapun merasa jengkel kepada lexia. Dia menarik tangan lexia begitu keras sehingga tubuhnya terhempas ke depan sehingga hampir manabrak tembok. Untung daren menariknya Sebelum dia menabrak tembok dan terjatuh.
"Apa yang kau inginkan?" Geram lexia, kau memang membayarku untuk menyamar menjadi gadis bernama lovelia, tapi kau tidak boleh seenaknya menyentuhku atau menarikku semaumu." Tantang lexia maju selangkah menghadapi daren yang tinggi menjulang dihadapannya.
Senyum smirk menghiasi wajah Daren, "Aku bisa melakukan apapun kepadamu lexia." Ucap daren, dia menarik tubuh lexia hingga menyentuh tubuh bidangnya. Dia menyentuh kening dan turun hingga ke rahang lexia sampai ke bibirnya.
"Kau lupa, aku sudah membayarmu, jadi kau harus ingat untuk apa kau ada di rumah ini, segala yang aku perintahkan kau harus mengerjakannya kalau tidak kontrak akan aku batalkan dan segala fasilitas di rumah sakit untuk nenekmu akan menghilang dan kau akan kembali bergelimang dengan sampah, apa kau cukup mengerti dengan apa yang aku katakan?" Ucap Daren yang menahan wajah lexia di tangannya kemudian melepaskan dengan kasar.
Daren menghembuskan napasnya begitu keras dan segera keluar dari kamar lexia. Napas lexia memburu, dadanya naik turun karena begitu marahnya tetapi dia mencoba menahannya demi neneknya, pria itu akan betul-betul melakukan apa yang di katakannya jika dia melawannya kembali.
"Ck gadis itu benar-benar membuat sakit kepala, entah mengapa aku selalu ingin marah jika berada di dekatnya." Gumam daren menatap pintu kamar lexia dan segera masuk ke dalam lift.
~
Manhattan, 21.45.
Daren baru saja keluar dari parkiran dari halaman mansion, dengan mengendarai Audi berwarna hitamnya dia menembus angin malam, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh seolah ingin membelah malam, dia bisa menghilangkan segala penat dan pikiran buruknya dengan mengemudi sekencang-kencangnya, selain memikirkan masalah lexia, dia juga memikirkan tentang Carol yang kemarin siang datang dan masuk begitu saja di dalam kamarnya, seolah-olah tidak pernah terjadi masalah diantara mereka.
"Sial ! Mengapa dia datang lagi setelah memutuskan pertunangan dengan seenaknya?" Umpat daren.
Siang itu Carol masuk begitu saja ke kamar daren, dia melepaskan satu persatu pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi dan memeluk Daren. Tentu saja Daren begitu terkejut, akhirnya dengan mudahnya dia terhanyut dalam dekapan Carol dan setelah itu wanita itu pergi begitu saja Seakan-akan daren tempatnya untuk melepaskan hasratnya meskipun Daren tetap menolaknya.
"Sial!" Umpatnya.
Angin kencang meniup kasar rambutnya di malam itu, meskipun telah membuat tubuhnya melepaskan hasratnya di tubuh Carol tapi pikirannya masih kepada lexia.
Dia memutar balik mobil Audinya dan kembali ke mansion setelah beberapa jam berputar-putar kota Manhattan. Dengan menutup pintu mobilnya keras dia masuk ke dalam mansion dan masuk ke dalam lift dan menekan angka 5 setelah lift berbunyi dengan berdentang dia keluar dari dalam lift dan Berhenti Sebentar dan menatap pintu kamar lexia.
"Apakah gadis itu sudah tidur?" Ucapnya.
Dia melangkah pelan ke kamar lexia dan ingin membukanya tetapi pintu kamar itu terkunci, membuat daren berdecak dan begitu jengkel.
"Gadis itu menguncinya?" Ucap Daren terdengar marah, "dia betul-betul tidak mengindahkan perkataanku." Tetapi dia tidak jadi membuka pintu itu, siang tadi kata-katanya terdengar keterlaluan dan daren sadari itu. Akhirnya dia membiarkan lexia kali ini dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
~
Lexia yang melihat engsel pintunya bergoyang tetap mengacuhkannya, dia terus berlatih berjalan dan duduk serta mulai berlatih bagaimana menggunakan pisau dan garpu, dia terus berlatih agar dia bisa keluar dari kamar membosankan ini dan dia sangat benci jika di remehkan oleh Daren.
"Dasar pria penjahat." Umpat lexia kesal.
"Aku akan bertahan sekeras mungkin, dan aku tidak rela jika di Sentuh oleh pria itu lagi, dasar pria arogan." Gumam lexia yang kembali berlatih.
Tidurnya begitu nyenyak kali ini, lexia terbaring di tempat tidurnya bukan lagi di sofa atau di sembarang tempat, dia mengenakan hot pant dan baju dalam berwarna putih, seseorang melangkah mendekatinya, memandangnya yang sedang tertidur, dia bergerak di dalam kegelapan, dia memegang kaki lexia, kemudian tangannya menjamah wajah cantik lexia yang tertidur dan menyapu bibir mungilnya yang pedas ketika berbicara.
Dia tersenyum miring dan puas, sinar matanya berkilat mendambakan bibir itu di dalam mulutnya, jantungnya berdegup kencang, senyum merekah dari wajah bengisnya dan kecupan kecil melayang di hidung lexia. "Suatu saat kau akan berada di pelukanku." Ucapnya perlahan. Kamar itu begitu gelap hanya cahaya dari luar yang menerangi kamar gelap lexia, pria itu akhirnya pergi dan kembali menutup kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Sita Redjeki
apa william
2023-01-21
0
Anti@
Daren atau Will🤔🤔
2021-08-12
0
Retno Dwi
kan ada kunci cadangan ya kan hehhehe
2021-01-22
0