Matanya menatap tajam gedung-gedung besar pencakar langit tertinggi dari jarak yang jauh, pancaran matanya bersinar dan berbinar, keinginan kuat dari lexia untuk mendapatkan hidup yang lebih baik bersama neneknya membuatnya harus bertahan.
Kehidupannya yang dikelilingi sampah-sampah membuat lexia hidup dengan bekerja keras.
Dia sedang berjongkok di gang sempit tertutup oleh kain kumal, jika seseorang tidak melihatnya dengan seksama mereka akan mengira dia hanyalah seonggok pakaian kotor yang bertumpuk.
Setelah kakek Jecky di makamkan, lexia sering menyendiri di sudut taman kota Manhattan dan menikmati sekelilingnya, keindahan taman yang dikelilingi sungai yang tenang membuat lexia merasakan sedikit kenyamanan. tetapi gangguan juga datang dari beberapa orang yang tidak menyukai kehadirannya yang tampak seperti seorang gelandangan. Dia pernah di usir oleh petugas karena menimbulkan pemandangan tidak nyaman bagi orang-orang yang sedang duduk santai di sana.
Lexia berdecak, dasar pelit, mereka pikir hanya mereka yang pantas menikmati pemandangan di taman ini. Rambutnya terurai mengenaskan, bajunya yang kotak-kotak berwarna hitam telah pudar sehingga warnanya tidak jelas lagi, begitupun Jeansnya yang robek di sana sini.
Dia berjalan sepanjang trotoar, menatap etalase di setiap toko-toko dan bercita-cita akan membelinya jika dia memiliki uang kelak.
~
"Berhenti!" Ucap pria itu.
Mobil Audi berwarna hitam tengah memperhatikan seorang gadis yang menatap sepeda dari depan toko itu, 'Gadis itu'. Ucapnya.
Dia akhirnya turun dari mobilnya, lalu menghampiri gadis yang masih terpaku menatap sepeda berwarna hitam dengan keranjang di depannya.
Dia berdiri tepat di sampingnya. Setelah beberapa menit, akhirnya lexia menyadari pria yang dua kali di temuinya tengah memperhatikannya.
Dia mengerutkan keningnya, tanpa mengucapkan sepatah kata, lexia menghindarinya. "Kau menyukai sepeda itu?" tanyanya.
Lexia berbalik, lalu menatap tajam wajah pria yang sepertinya usianya terpaut jauh darinya. "Iya, kenapa? kata lexia kasar.
"Umurmu berapa?" Tanya pria itu.
"Kenapa? usiaku 17 tahun." Kata lexia menatapnya curiga.
Dia melengkungkan bibirnya, lalu berbalik ke arah lexia sambil memasukkan tangannya di kedua kantung celananya. "Kau mau bekerja padaku?" tanyanya lagi.
Lexia memiringkan wajahnya, 'Bekerja dengannya? Mungkin saja dia adalah orang yang memperdagangkan manusia'! gumam lexia tetapi pria itu tetap mendengar gumamannya.
"Kau ingin tahu apakah aku akan menjualmu atau tidak? ikut aku maka kau akan mengetahuinya." ucapnya.
"Jika kau sesuai, bukan hanya sepeda itu yang sanggup kau beli, aku akan memberikanmu imbalan yang besar." Ucapnya sambil mengulur-ulur ucapannya.
Lexia masih menimbang-nimbang tawarannya, "Ok! aku setuju." Ucap lexia, dia akhirnya mengikuti pria yang baru ketiga kalinya dia bertemu dengannya, 'Lexia akan mendapatkan keinginannya dan dapat membahagiakan nenek Rossie dia akan melakukan apa saja, bahkan pergi ke neraka sekalipun asalkan dia bisa merubah hidupnya'. Pikirnya.
~
Tempat ini tidak bisa di sebut sebuah rumah, sangat besar dan tempat itu begitu luas, lexia berada di sebuah apartemen mewah di pusat kota Manhattan, lexia hanya berdiri di depan pintu tidak ingin masuk dan mengotori lantai bersih nan mengkilap, kemewahan tempat itu betul-betul tidak pantas di sandingkan dengan keberadaan lexia di sana, wajahnya yang kucel dengan kotoran di beberapa keningnya yang menghitam, bajunya yang Kumal serta jeans pudar dan robek di beberapa tempat.
"Masuklah." Ucap pria itu dengan santainya duduk sambil menyesap minuman yang di tuangkan di hadapannya.
Dengan ragu lexia melangkahkan kakinya lalu matanya menerawang ke segala arah.
"Duduklah", Perintahnya.
"Kau yakin? kata lexia, "Aku baru saja menerobos sampah-sampah tadi pagi." Ucap lexia ragu-ragu. Seorang wanita setengah baya yang sedang membuatkan teh dengan mata membelalak dan mulut membentuk kerucut tidak setuju dengan usul tuannya.
"Terserah padamu kau mau duduk atau berdiri", jelasnya.
Lexia tanpa ragu lagi duduk begitu saja, dia tidak mau berdiri mendengar penjelasan pria ini, apalagi kakinya sudah letih seharian berjalan di pagi hari menuju taman.
"Siapa namamu?" Tanya pria itu.
"Lexia Kenzo", Ucapnya jelas.
"Kau ingin bekerja denganku?" kata pria itu lagi.
Lexia menatapnya curiga, melihat wajahnya yang tersenyum membuat lexia sedikit khawatir dengan keputusannya mengikuti pria ini.
"Bekerja apa?" tanya lexia menatap tajam pria bermata coklat dihadapannya. Dia sekali lagi tersenyum, lalu menyesap minuman berwarna merah kehitaman itu, dia meneguknya dengan sekali teguk.
"Aku ingin kau menjadi seseorang." Ucapnya sambil menaikkan sudut mulutnya, "Kau sangat cocok dengannya, apalagi usiamu yang sama dengannya". Ucapnya lagi.
"Menjadi seseorang?" lexia masih bingung dengan perkataan pria ini.
"Ya, asalkan kau menyetujuinya, apapun keinginanmu akan aku penuhi, apapun itu."
Mata lexia berbinar, tangannya mengepal ini adalah tawaran yang jarang sekali di terimanya, dia sudah bersumpah akan membahagiakan neneknya, dia akan melakukan apa saja, dia juga tidak mau bergumul dengan sampah-sampah setiap harinya dan hidup sampai menua dengan sampah-sampah yang selalu mengelilingi hidupnya.
"Kau bisa memikirkannya dulu, aku memberimu...
"Aku menerimanya". Jawabnya tegas.
"Kau yakin?" tanyanya.
"Ya, aku yakin aku akan melakukan pekerjaan yang kau minta."
"Bagus, satu masalah terpecahkan." gumamnya. Dia lalu mengambil ponsel dari sakunya dan menelepon seseorang.
"Bawa orang-orangmu Ken, ada yang harus kau lakukan di sini "
"Karena kau setuju bekerja denganku, berarti kita akan melakukan kontrak kerja yang harus kita sepakati bersama, supaya masing-masing tidak ada yang dirugikan."
Lexia mengangguk dan menatapnya. Pria dihadapannya begitu santai dia mengisi kembali gelasnya lalu meminumnya sekaligus. Dengan jantung yang berdebar-debar dia menunggu pekerjaan apa yang menunggunya? pria ini mengatakan bahwa aku akan menjadi seseorang, apa maksudnya?
Suara-suara itu terdengar dari pintu apartemen itu, beberapa pria berbaju hitam masuk dan satu dari mereka membawa perlengkapan dan segala macam pakaian dalam satu tempat. Lexia memandangnya begitupun pria gemulai dengan kepala plontos memandangi lexia sambil menutup hidungnya.
Lexia memutar kedua matanya. "Apa yang harus aku lakukan sir?" tanyanya.
"Rubah penampilannya, bagaimanapun caranya kau akan merubahnya menjadi seorang nona besar." Kata pria itu sambil sedikit tertawa, dia menganggap lucu apa yang di lakukannya sekarang ini.
"Merubah anak ini?" Pria berkepala plontos itu berputar di sekeliling lexia mengamati dan menyurunya beridiri sambil menjentikkan jarinya.
"Berdirilah." Perintahnya.
Lexia berdiri mengikuti kata-katanya. "Oke cukup!" Ok, kalau penampilannya aku akan segera merubahnya, tetapi aku tidak yakin dengan tingkah lakunya". Sambil menaikkan satu alisnya.
"Tidak masalah karena lexia akan segera belajar bagaimana seharusnya dia bersikap, iya kan lexia, kalau begitu bacalah dahulu kontrak ini, kalau kau sudah yakin tanda tangani di sini". Pria itu menaruh kertas di hadapan lexia.
"Aku ingin dia segera siap Ken!" perintahnya.
"Baik tuan."
Lexia mengambil kertas itu di sana tertera beberapa poin yang harus di patuhinya ketika dia menerima pekerjaan itu, dengan jantung berdebar-debar lexia menuliskan namanya setelah membaca kontrak itu, 'Ini akan merubah jalan hidupku', pikir lexia, dan aku akan menunggu saat terburuk datang menghampiriku, dan aku akan siap menerimanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Anti@
Menarik😊
2021-08-12
0
Ida Yat
novelmu keren2 thor...
2020-08-29
2
Avdev Chan
mulai seru nih..
2020-06-29
1