Daren menatap jam di pergelangan tangannya, sudah 10 menit lexia di kamar mandi dan belum kembali.
"Daren? Suara seorang wanita memanggil daren dari belakang punggungnya, dia berbalik dan menatap wanita yang dulunya menjadi tunangan daren.
"Carol?" Ucapnya.
"Sedang apa kau di sini? Kau bersama siapa?" Ucap wanita itu dengan jawaban menuntut.
Daren menatapnya tajam. "Apa yang kulakukan di sini bukan lagi urusanmu Carol jadi sebaiknya kau pergi saja."
"Jangan katakan kau di sini bersama seorang wanita? Tentu saja aku peduli daren." Ucapnya heran.
"Kau gila."
Ucap Daren menatapnya heran. "Sebaiknya kau pergi, kau terlihat mabuk, pergilah sebelum aku memanggil keamanan." Wajah Carol sedikit terkejut tetapi dia masih bisa menguasai dirinya kembali.
"Suatu saat, kau akan memintaku kembali daren honey, aku pergi." Ucapnya sambil tersenyum menggoda.
"Sial !"
~
Mata safir lexia yang tajam menatap wajah William yang tersenyum mengejek dia sengaja mempermainkan lexia.
"Ayo lexia, aku ingin lihat bagaimana kau menyingkirkanku." Ucapnya.
"Baik ! Kau ingin tahu?", Lexia berjalan mendekati William, tangannya yang panjang menelusuri tubuh William menggoda hingga sampai ke bibirnya, dia mengusap bibirnya dan mendekatkan wajahnya hingga tidak ada jarak di antara mereka.
"Kau ingin tahu?" Bisik lexia menempelkan tubuhnya kepada William, terdengar geraman darinya dan kaki lexia yang bebas menendang keras ************ William dan mendorongnya ke samping.
"Begini caraku menyingkirkanmu bodoh, kau betul-betul brengsek!" Lexia dengan cepat membuka pintu itu dan berjalan dengan terburu-buru. Dia mengambil napas panjang untuk meredakan kemarahannya.
"Ada apa?" Ucap Daren menatap lexia yang berjalan terburu-buru.
"Tidak ada, aku hanya ingin cepat pulang, sekarang." Ucapnya.
"Ok, ambil tasmu kita pulang." Daren berjalan di hadapan lexia dan segera keluar dari restaurant itu. Suara ponselnya membuat Daren Berhenti Sebentar.
"Aku sedang di luar Evan, ada apa?" Tanyanya.
"Siapa Edo?" Ucap Daren.
"Baik, kau urus pemuda itu, aku akan segera ke sana." Ucapnya.
"Ada apa?" Tanya lexia yang akhirnya bisa menjangkau daren yang berjalan cepat di depannya.
"Aku harus segera pergi, kau bisa pergi lebih dahulu di antar oleh supir langsung ke mansion, ingat itu!" Ucap daren menyipitkan matanya seakan tidak mempercayai lexia.
"Luther akan membawamu kembali ke mansion."
"Apa? Maksudmu William luther?" Tanyanya.
"Ya, ada masalah." Tanyanya, "kau tahu dia bodyguardmu jika aku tidak ada, dia akan melindungimu." Ucapnya.
Lexia tidak memiliki pilihan lain, dia berjalan ke mobil Limousine yang ada di parkiran sementara itu daren membawa mobil Audinya, dia akhirnya berangkat, lexia dengan ragu masuk ke dalam mobil dan senyum merekah di wajah William membuat lexia merinding, untung saja ada supir yang mengendarai mobil itu, bukan hanya lexia seorang diri di sana bersama William.
"Kita akan kembali ke mansion." Ucap lexia kepada supir di hadapannya.
"Sepertinya kau salah dengar nona, tuan daren ingin agar anda ikut denganku ke suatu tempat."
"Apa? Jangan bercanda, aku tidak mau." Ucap lexia dengan marah.
"Bawa kami ke tempat ini." Dia menunjukkan alamat peta di mobil dan mobil itu segera meluncur dan pergi entah kemana.
"Aku akan menelepon daren dan mengatakan hal ini padanya." Ancamnya.
William pura-pura tidak mendengarkan segala ocehan lexia yang menatapnya sambil melotot.
"Kalau begitu kita kembali ke mansion sesuai permintaan nona lovely." Ucap William tiba-tiba, dia mengerling supir di sebelahnya, Sepertinya dia mencurigai William.
Setelah beberapa menit mobil itu akhirnya tiba di mansion, lexia segera membuka pintu mobil dan beranjak dari sana, beberapa penjaga berdiri di sana sehingga William tidak berani macam-macam kepada lexia.
"Ugh ingin sekali aku memukul wajah pria itu." Ucap lexia yang akhirnya tiba di depan lift dan memencet angka 5, bunyi lift berdentang, lexia melangkah masuk ke dalam lift dan seseorang menahan agar lift tidak menutup.
William masuk ke dalam lift membuat lexia terlonjak, "terima kasih tendangan manismu tadi lexia sayang, ingatkan aku untuk membalas kebaikan kecilmu tadi." Ucapnya.
"Jangan mendekatiku, seharusnya daren memilih orang yang tepat menjadi bodyguardku, bukan pria mesum sepertimu." Ucap lexia.
"Aku suka mulut pedasmu, tapi itu tidak menyurutkan semangatku untuk lebih dekat denganmu."
Lift akhirnya terbuka dan lexia segera keluar dari dalam lift. William hanya menatap kepergiannya, dia tahu di setiap sudut terpasang cctv, dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan.
"Gara-gara kau lexia rencanaku menjadi melenceng, tapi itu bukan masalah, bukankah hal ini menjadi keberuntunganku, selain menghancurkan keluarga Burchard, aku juga bisa memilikimu lexia." Senyum licik merekah di wajah William.
~
Suara pintu yang dikunci membuat lexia merasa aman, dia mundur dan akhirnya duduk di sofa empuknya, "Sial ! Baru kali ini aku merasa tidak aman dan merasa takut seperti ini, dia pria aneh, mesum dan...siapa sebenarnya pria itu? Dia pasti memiliki tujuan untuk masuk di keluarga Burchard, apakah aku harus memperingati Daren?" Ucap lexia.
~
Daren tiba di suatu tempat yang di tunjukkan oleh Evan, seorang pemuda sedang berbicara kepada dokter, setelah mendapatkan penjelasan dari dokter diapun pergi sambil tertunduk.
"Siapa pria bernama Edo itu?" Tanya daren kepada Evan di dalam mobilnya.
"Dia teman lexia, Sepertinya dia mengelilingi setiap rumah sakit dan menanyakan nama kenzo." Ucap Evan.
"Dia hebat juga berhasil menemukan tempat nenek lexia di rawat." Ucap Daren memperhatikannya berjalan sambil menendang sesuatu lalu naik ke dalam mobil bututnya.
"Lupakan, dia tidak penting lagi, sekarang kita kembali ke mansion."
"Baik sir."
~
Malam itu lexia tidur dengan begitu gelisah, dia tidak dapat memejamkan matanya, suara mobil dari kejauhan dapat dia dengarkan.
'Jam berapa ini, apakah daren baru pulang sekarang', gumam lexia di tempat tidurnya yang gelap, mata safirnya masih terbuka, matanya tajam memandang cahaya yang masuk dari jendelanya yang berwarna orange sehingga terpantul ke segala arah.
Sedikit demi sedikit kedua mata lexia mulai memberat, dia menguap dan merasakan buaian mimpi sedang memanggilnya hingga akhirnya ia memejamkan matanya.
Sensasi aneh di rasakan dari tubuhnya, geli dan panas terasa begitu jelas di tubuh lexia. kecupan-kecupan ringan mendarat di perutnya membuat lexia bergoyang, tiba-tiba mata lexia terbuka dan tubuhnya terasa berat.
Dia mendorong keras sosok yang menjulang di atasnya, dia mengambil selimut dan menutupi dadanya yang terbuka.
"Si..siapa kau!" Ucap lexia didalam kegelapan, dia berbicara dengan suara tercekat, napasnya memburu karena dia begitu terkejut, tangannya meraba-raba ingin mencari tombol lampu tidurnya agar kamarnya lebih terang dan dapat melihat penyusup yang masuk di dalam kamarnya.
"Kau bangun? Ck..aku sedikit lagi meninggalkan beberapa tanda di tubuhmu sebelum aku pergi." Ucapnya. Sedikit cahaya akhirnya menerangi kamar lexia, dia menatap tajam wajah pria di hadapannya, bermata biru dan berambut hitam.
"Kau..kau William?!"
"Bagus sayang, kau harus mengingat namaku, jadi bukan hanya nama daren yang membekas di kepala cantikmu itu." Ucapnya.
"Apa yang kau lakukan padaku?" Ucap lexia dengan setengah teriak.
"Sudah kubilang aku hanya akan memberimu tanda di beberapa tempat di tubuhmu." Dia tersenyum miring menatap lexia yang marah.
"Tanda?" Akhirnya lexia sadar tanda kemerahan yang berbekas di tubuhnya setiap kali dia menatap dirinya di cermin ada di beberapa tempat Karena ulah pria brengsek ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Anti@
hehh Will rupanya ya
2021-08-13
0
Jamilah Bee
tidur kok Kya org mati
2020-11-05
0
Tionar Linda
ada dendam Wiliam trhdp Daren x..
2020-07-12
1