Princess In The Novel
Seorang gadis kecil dalam kamarnya sedang mengambil sebuah buku kecil dari laci meja. Gadis itu membuka lembaran pertama buku itu.
...Diarly My Life...
Aku Sanaya Oktavia Pradifta, anak perempuan dari Arion Stefen Pradifta. Aku mempunyai seorang mama tiri yang bernama Della Aurora Pradifta, dia mempunyai anak perempuan yang bernama Kanaya Flora Pradifta yang berarti adik tiriku.
Hidupku persis seperti dongeng putri Cinderella, gadis kecil yang disiksa oleh mama tiri dan adik tirinya. Tapi hidupku sedikit berbeda, aku memang gadis kecil yang disiksa oleh mama tiri dan adik tiriku. Bedanya adalah tidak ada papa yang akan menyelamatkan ku dari hinaan dan siksaan mereka. Tidak ada papa yang akan menyelamatkan ku atau membela ku saat melihat anaknya disiksa oleh istrinya, papa menatap ku tidak peduli tanpa berniat menolong ku. Papa menatap ku seolah aku bukanlah anaknya.
Papa menikah dengan mama tiriku saat mama kandung ku meninggal. Tepatnya saat usiaku 7 tahun, saat itu adalah hari-hari terpuruk dalam hidupku. Orang yang paling aku sayangi dalam hidup ini meninggalkan ku selamanya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa ada mama dihidupku. Sejak kecil papa selalu membenciku, dia tidak pernah menganggap aku anaknya bahkan tidak pernah menganggap aku ada.
Saat itu akhirnya aku tahu alasan mengapa papa dan mama selalu bertengkar dan kenapa papa selalu membenciku. Alasannya adalah karena aku bukanlah anak kandungnya, aku adalah anak dari selingkuh mama. Sakit, itulah yang aku rasakan. Ternyata alasan mengapa papa, kakek, dan nenek begitu membenciku karena aku bukanlah bagian dari keluarga mereka.
Dan penderitaan ku berlangsung panjang ketika aku tau jika papa akan menikah dengan wanita lain. Wanita itu adalah wanita ular yang licik dan jahat. Dia selalu mencoba menghasut papa agar mengusir ku dari rumah, tapi papa tidak melakukan itu karena permintaan terakhir dari mama.
Hingga mama tiriku hamil anaknya papa, papa lebih memperhatikan mama tiriku dibanding aku. Beberapa bulan kemudian akhirnya adik tiriku lahir, namanya adalah Kanaya Flora Pradifta. Aku tida pernah membenci Kanaya karena dia selalu dimanja dan disayang oleh papa hanya saja aku selalu iri padanya. Dia begitu disayang dan dimanja oleh semua orang di rumah. Aku merasa jika aku hanyalah benalu di keluarga ini.
Aku juga ingin seperti Kanaya yang sangat disayangi orang tuanya dan keluarga harmonis. Tapi aku siapa? aku hanyalah anak haram yang beruntung di tampung oleh papa, miris sekali nasibku.
Aku selalu menginginkan bahwa diriku ini adalah seorang putri kerajaan yang cantik dan pintar. Aku memiliki papa dan mama yang sangat menyayangiku. Semua penghuni kerajaan juga rakyat kerajaan begitu menghormatiku. Lalu aku hidup bahagia bersama papa dan mama. Tapi aku hanya bisa menghayal saja.
"Anak pungut bangun lo." Sanaya tersentak kaget kala mendengar teriakan dari Kanaya.
Cepat-cepat ia hapus air matanya yang jatuh saat melihat cerita hidupnya. Sebenarnya Sanaya sudah bangun dari tadi tapi ia sedikit bernostalgia dengan masa lalunya beberapa menit sebelum teriakan Kanaya mengejutkannya.
"Buruan masak gue lapar." Titahnya. Padahal Sanaya adalah kakaknya tapi Kanaya tidak pernah menghormatinya.
Ingin rasanya Sanaya berteriak
Aku ini adalah kakakmu bukan pembantu mu yang bisa kau suruh-suruh.
Tapi Sanaya tidak gila untuk berkata seperti itu, bisa mati ia ditangan mama tirinya. Dan Sanaya hanya bisa mengangguk.
"Oh iya masakin nasi goreng yang nggak pakai sayur." Lagi-lagi Sanaya hanya mengangguk malas dan berjalan kembali ke dapur.
"Eh iya minumnya teh es." Dan hanya anggukan yang Sanaya berikan.
Sanaya kembali berjalan.
"Eh tunggu dulu, teh esnya jangan manis-manis. Gue nggak suka yang terlalu manis."
Sanaya tau jika Kanaya sedang mengerjai nya, tapi ia sedang malas berdebat dengan Kanaya.
Di pintu kamar Sanaya, Kanaya hanya bisa menatap kesal pada Sanaya yang berjalan santai ke dapur. Dia pikir Sanaya akan marah padanya dan itulah yang diinginkannya. Jika Sanaya marah maka dia akan mengadu pada papanya dan Sanaya pasti akan dimarahi.
.........................
Sanaya kembali dengan membawa piring berisi nasi goreng dan menyodorkan nya pada Kanaya yang duduk di meja makan. "Nih nasi gorengnya."
"Eh gue bilang nasi goreng ya sorry maksud gue itu gue mau sup ayam." Katanya dengan raut wajah sedih dan menyesalnya.
Tentu saja Sanaya tau, ia menatap Kanaya tenang berusaha untuk sabar. "Gue capek Kanaya bikinin lo nasi goreng udah dimakan aja."
Sanaya berbalik dan pergi ke kamarnya.
Kanaya yang melihat itu berujar sinis. "Eh lo itu cuman anak pungut sok belagu lo sama gue. Gue itu anak perempuan di keluarga ini jadi lo harusnya turutin apa yang gue suruh."
Sanaya berbalik masih dengan wajah tenangnya. "Siapa yang lo bilang anak pungut? Gue juga anak papa sama kayak lo jadi jangan bertingkah seolah hanya lo anak di rumah ini."
Mendengar itu Kanaya maju dan menatap Sanaya dengan tatapan merendahkan. "Lo nggak sadar diri ya lo itu cuman anak pungut yang beruntung tinggal disini dan satu lagi itu papa gue bukan papa lo. Apa lo lula kalo lo itu cuma anak selingkuhan nyokap lo. So, gue lah satu-satunya anak di keluarga Pradifta. Dan lo itu cuman benalu di keluarga gue."
Anak selingkuhan
Benalu di keluarga ini
Kata-kata itu sangat menampar dirinya. Ia hanyalah anak yang beruntung bisa tinggal di rumah mewah ini. Dan walaupun ia hanya anak selingkuhan tapi itu bukanlah kesalahannya. Itu adalah kesalahan mamanya tapi kenapa semua kesalahan mamanya dilimpahkan padanya.
Kanaya tahu jika ucapannya sangat menampar Sanaya. Dia melihat Sanaya terdiam di tempat, melihat itu dia kembali berbicara.
"Kenapa diam? Emang bener kan? Nyokap lo itu murahan tau nggak."
"Stop lo boleh hina gue sepuas yang lo mau tapi jangan pernah lo ngehina nyokap gue. Lo bilang nyokap gue murahan? Apa kabarnya dengan nyokap lo itu. Lo kira gue nggak tau kalo nyokap lo itu sering menggoda bokap gue saat nyokap gue masih hidup." Sanaya paling tidak suka jika mamanya dihina seperti itu oleh siapapun. Baginya seburuk-buruk nya kesalahan mamanya dulu dia tetaplah
Wajah Kanaya merah padam mendengar hinaan pada mamanya. Dia mendekati Sanaya dan terdengar lah suara tamparan yang sangat keras.
PLAK
Sanaya merasakan sakit di pipi sebelah kanannya. Ia menyentuh pipinya yang merah akibat tamparan dari Kanaya. Cukup ia sudah tidak tahan dengan ini semua.
Sanaya melihat Kanaya yang tersenyum luas setelah menampar dirinya. Entah keberanian apa yang muncul dalam dirinya tanpa berpikir lagi Sanaya balas menampar Kanaya.
PLAK
Ia tidak memperdulikan Kanaya yang tampak tidak percaya dan meringis kesakitan karena tamparan nya. Hingga teriakan dari seseorang membuat Sanaya mematung di tempatnya.
"SANAYA!"
Arion berlari panik saat melihat anaknya ditampar oleh Sanaya.
Dia menatap Sanaya dengan wajah yang sudah merah padam. "Kenapa kau menampar anakku ha?"
Tubuh Sanaya menggigil ketakutan mendengar bentakan dari papanya. Ia menundukkan kepalanya tidak berani menatap Arion.
"Hikss..... papa pipi Kanaya sakit pa." Kanaya mengadu kesakitan pada papanya.
Arion membawa Kanaya dalam dekapannya dan mengelus pipi Kanaya yang merah.
"Ssss......... tenang yah sayang." Kanaya menyeringai di dalam pelukan Arion.
Dia mendongak ke atas menatap Arion dengan air mata buayanya. "Hiksss..... papa tadi Kanaya minta kak Sanaya untuk buatin Kanaya nasi goreng tapi kak Sanaya malah marah-marah dan bentak Kanaya. Kak Sanaya bilang Kanaya itu manja. Lalu Kanaya minta maaf sama kak Sanaya karena udah buat kak Sanaya repot. Hiksss...... ta...tapi kak Sanaya malah bentak Kanaya dan bilang kalo Kanaya bukan anak papa dan kak Sanaya juga bilang kalo mama itu murahan. Kanaya marah dan nggak sengaja bentak kak Sanaya dan kak Sanaya malah nampar Kanaya pa."
Tidak itu tidak benar. Sanaya ingin menjelaskan yang sebenarnya tapi sebelum itu Arion sudah maju dan
PLAK
Menampar pipi kanannya dengan keras. Sanaya syok dan menangis kesakitan saat rasa sakit itu menjalar di pipinya. Ini pertama kalinya papanya menampar dirinya dengan keras dan itu membuat hatinya sakit.
"Hiksss...... papa itu tidak seperti yang Kanaya bilang pa, Kanaya bohong pa."
"Cukup, saya muak melihat air mata buayanya. Saya lebih percaya dengan anak saya sendiri daripada kamu. Dasar anak tidak tau diuntung, saya membiarkan kamu tinggal disini bukan untuk menyakiti anak saya."
Sakit rasanya mendengar kalimat pedas itu keluar dari mulut papanya. Walaupun Arion bukan papa kandungnya tapi ia sudah menganggap Arion papanya sendiri.
Ditengah kekacauan itu Della datang dan terkejut melihat anaknya yang menangis.
"Astaga Kanaya apa yang terjadi dengan kami sayang?" Dia mendekati Kanaya dan terkejut melihat bekas merah dipipi Kanaya. Dia menatap marah pada Sanaya yang masih menangis tersedu-sedu. Dia yakin jika Sanaya lah yang membuat anaknya menangis. "Kamu apakan anak saya sampai Kanaya menangis begitu." Della mencengkram tangan Sanaya membuat Sanaya meringis kesakitan.
Kanaya kembali mengadu pada mamanya. "Kak Sanaya nampar Kanaya mah."
Della semakin marah saat tau anaknya menangis gara-gara ditampar oleh Sanaya. Dia pun semakin kuat mencengkram tangan Sanaya. "Dasar anak tidak tau diuntung, beraninya kamu nampar anak saya. Tidak ibu tidak anak sama saja."
"Jangan menghina mamaku." Sanaya tanpa sengaja membentak mama tirinya tepat diwaja Della.
"Sanaya kurang ajar sekali kamu membentak mama tiri kamu." Arion sudah benar-benar marah pada Sanaya yang ternyata juga kurang ajar.
"Kamu berani bentak saya. Dasar anak tidak tau diuntung." Della tersenyum sinis dan mendorong Sanaya kuat.
BRUK
Sanaya terjatuh ke lantai dengan kepala yang membentur sisi lemari. Membuat darah mengalir dari pelipisnya.
"Hikss........... sakit." Ucapnya lirih.
Sanaya menatap tiga orang di depannya dengan sendu, tidak ada yang mau menolongnya. Rasa sakit di hatinya lebih menyakitkan daripada ras sakit di kepalanya.
Della tersenyum puas melihat Sanaya yang terduduk di lantai dengan keadaan yang memprihatinkan. Dia merubah ekspresinya menjadi sedih dan mendekati Arion yang masih memeluk Kanaya.
"Mas aku udah bilang kan sama kamu kalau Sanaya itu tidak sepolos dan sebaik yang kamu kira. Dia pura-pura menjadi orang yang tersiksa dan teraniaya di rumah ini padahal itu hanya cara liciknya supaya menarik simpati kamu."
Ekting yang bagus sekali. Tidak ibu tidak anak sama-sama memiliki ekting yang bagus untuk menyalahkan Sanaya. Mereka berdua cocoknya menjadi pemain film karena ekting bagus itu bukannya malah menjadi mama tiri dan adik tiri Sanaya.
Kanaya kembali memanas-manasi situasi agar Sanaya diusir dari rumah ini. "Papa sebenarnya kak Sanaya sering memukul dan menyiksa Kanaya karena kak Sanaya iri dengan Kanaya. Kanaya ingin mengadu pada papa tapi kak Sanaya mengancam Kanaya untuk tutup mulut."
Seperti yang sudah diperkirakan Arion tentu saja langsung percaya oleh kata-kata Kanaya. "Apa? Kenapa kamu nggak cerita sama papa."
Kanaya memainkan ektingnya dengan menampilkan raut wajah teraniayanya. "Kanaya takut pa, Kanaya takut."
Della tersenyum licik. "Tuh kamu dengar sendiri kan mas. Apa kamu masih mau mengizinkan anak itu tinggal di rumah ini dan menyakiti Kanaya? Aku nggak mau anak kita terus-terusan disakiti sama anak itu."
Sanaya ingin menyela perkataan Della tapi percuma saja. Yang ada ia hanya akan mendapatkan rasa sakit lebih dari yang ia rasakan sekarang. Ia hanya bisa berharap pada papanya agar tidak mendengarkan ucapan dua orang itu dan tidak mengusirnya.
Arion diam dan itu membuat Della semakin memojokkan Sanaya. "Mas jika Sanaya itu anak kandung kamu dengan mantan istri kamu aku pasti akan menyayanginya sama seperti Kanaya. Tapi aku tidak bisa karena Sanaya bukan anak kandung kamu, dia itu cuman anak selingkuhan mantan istri kamu mas. Apa kamu nggak sakit lihat wajah anak itu yang sama dengan wajah selingkuhan mantan istri kamu itu. Kalau aku jadi kamu aku nggak akan biarkan anak itu tinggal apalagi menyakiti anak aku."
Sepertinya apa yang diharapkan oleh Sanaya tidak akan terwujud karena Arion sudah terhasut oleh kata-kata Della. Arion juga sakit setiap kali melihat wajah Sanaya. Akhirnya dia mengangguk setuju.
"Sanaya saya tidak peduli lagi dengan permintaan terakhir ibu kamu itu. Saya sudah melihat dan mendengar dengan mata kepala saya sendiri bagaimana kamu memperlakukan Kanaya. Mulai detik ini kamu angkat kaki dari rumah ini. Saya tidak mau melihat muka kamu lagi di rumah ini."
Hancur sudah harapan Sanaya, ia menangis meratapi nasibnya dan mengutuk takdirnya yang begitu kejam padanya. Dia terlalu berharap pada Arion seharusnya dia sadar diri. Dia itu cuman anak haram yang tidak diinginkan.
Della tertawa jahat dalam hatinya mendengar keputusan suaminya. Akhirnya gadis kecil ini keluar dari rumahnya.
Dia mendekati Sanaya dan menarik tangannya dengan paksa. Sanaya menangis memohon pada mama tirinya untuk melepaskan cengkraman nya. Tapi Della tidak peduli, dia menarik tangan Sanaya sampai di depan rumah dan menghentakkan tangannya dari Sanaya membuat Sanaya jatuh lagi ke lantai.
Tawa jahat Della terdengar jelas ditelinga Sanaya. Tidak ada Arion disini jadi dia bisa menunjukkan sisi iblisnya pada gadis kecil ini.
"Aku sudah lama menanti hari ini. Hari dimana kamu gadis kecil akan keluar dari rumah ini. Kau itu sama saja dengan ibumu sama-sama menghalangi kebahagiaan ku dan anakku. Sekarang tidak ada lagi benalu di keluarga ku."
Sanaya diam dan melihat Della yang sudah menutup pintu rumah. Ia berdiri dan keluar dari rumah besar itu. Ia berjalan tanpa tau kemana tempat yang hendak dituju.
..........................
Sanaya berjalan gontai di jalan yang tidak ia ketahui namanya. Tatapannya kosong, tidak ada ekspresi di wajahnya. Dirinya tidak menangis lagi, ia lelah menangis setiap hari tanpa ada siapapun yang peduli atau menghiburnya.
Ia tidak tau harus kemana. Ia tidak memiliki keluarga atau teman dalam hidupnya. Jadi yang ja lakukan hanya mengikuti kemana langkah kaki membawanya. Hingga tiba-tiba semua orang di sekitarnya berteriak kencang memanggilnya.
Saat ia melihat ke arah yang ditunjukkan orang-orang matanya membulat kaget saat mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Belum sempat ia menghindar mobil itu lebih dulu menabraknya.
"Aaaaaaaaaaaaaa."
BRAK
Tubuh Sanaya tergeletak kaku dengan darah yang keluar di kepala dan lengannya. Ia merasakan seperti ada tong besar yang menghantam kepalanya. Semua tubuh sakit tidak bisa bergerak. Rasanya sangat sakit. Ia menahan matanya agar tidak tertutup. Semua orang mengerubunginya dan berteriak histeris.
Apakah ini saatnya aku mati?
Kenapa sebelum aku meninggal, aku tidak bisa merasakan kebahagiaan walau hanya sesaat.
Aku mohon Tuhan jika ini memang akhir dari hidupku. Aku ingin merasakan kebahagiaan.
Aku ingin memiliki keluarga yang menyayangi dan mencintai ku setulus hati. Hanya itu permintaan terakhir ku.
Sanaya tersenyum pahit. Ia tau jika permintaannya tidak akan terkabul. Tapi, ia hanya ingin mengutarakan permohonannya untuk yang terakhir kali.
Selamat tinggal papa. Selamat tinggal dunia. Mama Sanaya akan menyusul mama. Tunggu Sanaya ma.
Sanaya tersenyum dan akhirnya kegelapan merenggut kesadarannya.
.
.
.
.
.
Sabtu, 3 Oktober 2020
Hai semua👋
Ini cerita pertama aku semoga kalian suka sama cerita ini😙🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
sahabat pena
part awal byk taburan bawang bombay😭😭😭😭😭
2024-07-30
0
Hikam Sairi
baca
2024-05-24
0
Narimah Ahmad
mula aje aku udah nangis ni sedih bangat 😭😭😭
2023-06-03
0