"Tuan putriiiii."
"Tuan putri ada dimana?"
"Tuan putriiiiii."
Mira berteriak mencari keberadaan Roselie. Wajahnya terlihat khawatir dan keringat bercucuran di kepalanya. Dia sudah mencari Roselie sejak 2 jam yang lalu tapi masih belum menemukan Roselie.
Sesosok anak kecil tampak tertidur di bawah pohon yang besar. Mira yang seperti merasa familiar dengan sosok anak kecil itu segera berlari kesana takut jika sosok itu akan hilang. Mira sudah sampai dan melihat wajah anak kecil itu tertutupi rambutnya yang panjang. Mira menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah anak kecil itu dan seketika dia terkejut dan lega setelah tau jika anak kecil ini memang Roselie.
"Tuan putri, ternyata itu memang benar tuan putri." Ucapnya lega.
Mira menggoncangkan bahu Roselie untuk membangunkannya. Tapi Roselie belum bangun juga. Dengan pelan dia menepuk pipi Roselie berharap cara ini dapat membangunkannya.
"Tuan putriiiii."
"Tuan putri bangunlah."
"Tuan putriiiii."
Dalam tidurnya samar-samar Roselie mendengar suara wanita yang di kenalinya. Suara itu membuat Roselie akhirnya bangun dari tidur nyenyaknya.
"Eghhhhhh"
Mira tersenyum sumringah. "Tuan putri sudah bangun? Syukurlah."
Roselie membuka matanya dan merasa sedikit silau dengan cahaya matahari yang masuk ke retina matanya. Ia melihat sekitar dengan heran.
Bukankah tadi aku ada di hutan yang menyeramkan itu? Tapi kenapa aku malah ada disini?
Pelukan dari Mira membuat Roselie sadar dari lamunannya. Ia merasakan Mira memeluknya dengan sayang dan penuh penyesalan. Mira melepaskan pelukannya dan tangannya menggenggam tangan mungil milik Roselie.
"Tuan putri saya kira tuan putri tersesat di hutan ini dan sedang menangis karena tidak tau jalan pulang. Bahkan saya pikir tuan putri masuk ke hutan terlarang itu tapi syukurlah tuan putri ternyata tertidur disini. Maafkan saya tuan putri karena saya selalu lalai menjaga taun putri." Ucap Mira lirih dan juga menyesal.
Seumur hidup Roselie tidak pernah merasakan rasanya dipeluk, diperhatikan, dan dijaga setulus hati oleh siapapun. Tapi hari ini ia merasakan ketulusan Mira untuk melindunginya dan itu membuat hatinya menghangat.
Mata Roselie berkaca-kaca menatap Mira. Dan yang ditatap gelagapan melihat air mata Roselie yang turun. "Astaga tuan putri kenapa menangis? Apa tuan putri terluka? Jangan menangis tuan putri."
Roselie memeluk tubuh Mira dan menangis dipelukan Mira. Untuk pertama kalinya Roselie ingin seseorang mendengar isi hatinya dan juga memperdulikan dirinya. "Hikssss...... Mira terimakasih. Roselie....... hikssss....... Roselie tidak pernah merasakan pelukan dari seseorang ataupun merasa dilindungi tapi berkat Mira Roselie bisa merasakan itu semua yang seharusnya Roselie dapatkan dari keluarga Roselie." Ucap Roselie dengan nada lirih.
Hati Mira terenyuh mendengar perkataan Roselie, ternyata Roselie menyimpan semua rasa sakitnya seorang diri. Dan Mira sebagai orang yang mengasuh Roselie tidak tau akan hal itu. Mira pikir dengan memberi alasan pada Roselie setiap ia bertanya tentang keluarganya itu bisa membuat Roselie mengerti tapi ternyata itu malah membuat Roselie sedih.
Takdir begitu kejam pada tuan putri. Kenapa di usia yang masih kecil begini tuan putri harus merasakan rasanya dibenci oleh keluarganya sendiri.
Dengan perlahan Mira melepaskan pelukannya pada Roselie. "Tuan putri jangan sedih saya yakin tuan putri pasti akan bertemu dan bisa bersama keluarga tuan putri lagi."
Roselie tersenyum dan mengangguk walau dalam hatinya ia sudah tau jika itu hal yang mustahil karena sampai kapanpun raja Edward dan para pangeran tidak akan pernah bisa menyayanginya.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu
Bukannya aku tadi tersesat dan masuk ke hutan fairly? Eh aku kan tadi bersama Pia dan bunga kristal itu, aku sudah mengambilnya.
Ingatan tentang dirinya yang tersesat di hutan fairly, bertemu dengan Pia si kupu-kupu menyebalkan, air kolam yang membeku, rasa sakitnya saat ia berhasil mengambil bunga kristal itu, Pia yang berubah menjadi peri yang cantik, dan terakhir ia yang pingsan dan mendengar Pia mengatakan jika ia adalah ratu fairly yang baru, semuanya berputar-putar di kepalanya.
Apakah itu semua mimpi? Yah aku kan tadi tertidur pasti tadi aku memimpikan itu semua.
Roselie bernafas lega ternyata itu semua adalah mimpi. Tapi kenapa itu semua terasa nyata?
"Tuan putri ayo kita pulang ini sudah siang dan tuan putri belum makan." Ujar Mira sambil berdiri.
Roselie tidak menjawab tapi ia ikut berdiri dan mengikuti Mira.
Tampaknya Roselie melupakan satu hal yang penting. Hari ini ia seharusnya bertemu dengan dua orang itu tapi sepertinya Roselie lupa akan hal itu.
............................
Di tempat lain.
"Akhirnya sampai." Aland sudah sampai di tempat terakhir kali mereka berjanji akan datang dan bertemu di tempat ini.
Dia datang bersama kuda miliknya di hutan ini. Aland melihat ke sekitar dan tidak ada siapapun disini. Aland akhirnya memilih untuk menunggu hingga adiknya datang.
Trakk...... Trakkk......
Itu adalah suara kaki kuda dan sepertinya kuda itu menuju kemari. Aland berbalik ke belakang melihat siapa yang datang dan ternyata itu adalah Edgar bersama kudanya.
Cih, mau apa dia kesini
Aland memicing tajam saat tau siapa yang datang. Dia bingung, untuk apa Edgar datang kesini. Dia kesini bukan untuk menemui Roselie kan? Pikirnya.
Sedangkan di depan Edgar menatap dingin pada Aland yang menatapnya datar dan penuh rasa bingung. Edgar tau jika Aland pasti bingung kenapa dia bisa datang kesini.
"Untuk apa kau datang kesini?" Setelah acara tatap tatapan mata tadi Aland membuka suaranya.
Yang ditanya hanya mengedikkan bahu acuh. "Bukan urusanmu."
"Jangan bilang kau kesini untuk menemui Roselie." Ucap Aland dengan nada datar.
"Jika itu benar kenapa?"
Aland menatap tak percaya pada Edgar. Untuk apa Edgar menemui Roselie. Kemarin yang janjian akan bertemu disini adalah Aland bukan Edgar.
"Ck, lebih baik kau pergi dari sini. Karena aku yang berjanji pada Roselie untuk menemuinya disini." Ucapnya tegas dengan menekankan kata 'berjanji' pada Edgar.
"Aku tidak peduli dan aku juga tidak akan pergi dari sini." Ujar Edgar dingin dengan menatap tajam pada Aland.
Yang ditatap bukannya takut tapi malah menatap dengan tatapan yang sama juga. Aland maju mendekati Edgar.
"Bagaimana jika aku melarang mu menemui adikku." Ucap Aland dingin dengan menekan kata 'adikku'.
Aland menyeringai. "Aku juga ingin bertemu dengan adik kecilku disini dan kau tidak berhak melarang ku."
Aland terkekeh kecil.
Adik kecil katanya?
"Bukannya kau sangat membencinya heh? Kenapa sekarang kau mengatakan Roselie adik kecilku?" Ujarnya sarkas dengan tatapan sinis.
Edgar diam dengan wajah dinginnya, tidak menjawab pertanyaan Aland.
"Kenapa diam? Atau kau sudah mulai mengakuinya adik mu?"
"Cih, seharusnya aku yang bertanya padamu. Apakah kau sudah mulai mengakuinya adik mu?"
Edgar membalikkan pertanyaan Aland tadi.
"Sejak dia lahir hingga sekarang dia adalah adik ku." Ucap Aland dingin.
"Sama dengan ku Roselie adalah adik kecilku dan aku adalah kakaknya."
Edgar dan Aland sama-sama diam tidak bersuara. Mereka tau dan sadar jika sejak pertemuan pertama mereka dengan Roselie. Mereka sudah mengakui jika Roselie adalah adik mereka.
Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan Edgar segera duduk dan bersandar di salah satu pohon. Aland juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua duduk menunggu adik mereka datang.
.........................
"Lala masakanmu saat enak Roselie suka." Ucap Roselie senang.
Saat di tempat tadi Mira dan Roselie segera pulang ke rumah untuk makan siang. Sekarang Roselie duduk di atas kursi dengan mulut yang belepotan. Roselie sangat menyukai masakan buatan Lala karena masakannya begitu lezat.
Lala yang mendapat pujian dari Roselie merasa senang. Seingatnya, dulu Roselie tidak pernah memuji masakannya dan hari ini dia mendapat pujian dari Roselie. Dia senang melihat Roselie yang begitu lahap memakan masakannya.
"Tuan putri jangan makan dengan belepotan seperti itu, itu tidak cocok dengan etika seorang putri." Nasehat Farah ketika melihat Roselie yang begitu lahap makan.
Roselie mengangguk, ia mengelap sisa nasi yang ada di ujung bibirnya dengan sapu tangan.
Roselie makan dengan nikmat. Ujung matanya melihat hari yang bersinar terik. Hari sudah sangat siang. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Astaga" Gumamnya lirih yang hanya bisa didengar olehnya.
Roselie baru ingat jika ia ada janji dengan kakak kesatria di hutan. Dan ini sudah sangat siang, Roselie sudah sangat terlambat.
Apa kakak kesatria sudah datang daritadi? Astaga jika itu benar apa yang harus aku lakukan.
"Lala, Roselie sudah kenyang." Ucapnya pada Lala yang sedang membereskan makanan di meja.
"Kalau begitu tuan putri pergilah biar saya yang membereskan makanannya."
Roselie mengangguk dan berdiri, membiarkan Lala yang membereskan. Ia ingin minta izin pada Lala tapi ia yakin tidak akan diizinkan pergi sendirian. Akhir Roselie pergi ke kamar untuk memikirkan caranya.
Dikamar Roselie sedang memikirkan cara untuk bisa keluar dari rumah dan menemui kakak kesatria. Lama ia berpikir dan akhirnya ia mendapatkan ide.
"Ah iya bagaimana jika aku pura-pura tidur lalu diam-diam kabur dari rumah."
Roselie mengangguk dan mulai melakukan aksi kaburnya dari rumah. Ia keluar dari kamar dan menghampiri Farah yang membawa buku-buku tebal. Buku-buku itu membuat wajah Farah tidak kelihatan dan hanya terlihat matanya saja.
"Farah"
"Astaga"
Farah terkejut mendengar Roselie yang memanggilnya. Hampir saja buku-buku yang di bawanya jatuh tapi untung saja dia bisa menyeimbangkan diri.
"Astaga tuan putri hampir saja buku-buku ini jatuh."
Roselie tertawa melihat wajah kesal Farah yang terlihat lucu di matanya.
"Em Farah dimana Mira?" Tanya Roselie.
"Mira ada di kebun belakang hari ini pohon jeruknya sudah berbuah lebat dan tadi saya lihat dia sedang memetiknya. Apa tuan putri mau? Jika tuan putri mau saya akan mengambilnya setelah mengantarkan buku-buku ini."
Roselie menggeleng. Bukan itu yang ia inginkan.
"Em Roselie ingin mengatakan sesuatu pada Farah?" Ucapnya pelan dengan menampilkan ekspresi lugu seperti anak kecil.
Farah tersenyum dan mengangguk. "Tuan putri ingin mengatakan apa?"
"Em, Roselie minta Farah, Mira, dan Lala tidak ke kamar Roselie ya."
Farah bingung mendengar ucapan Roselie. "Kenapa tuan putri?"
"Roselie ingin tidur siang karena beberapa hari ini Roselie kurang tidur dan Roselie tidak ingin ada yang masuk dan menganggu tidur Roselie." Roselie bicara dengan lancar tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada Farah.
"Oh begitu, tuan putri tenang saja saya pastikan tidak ada yang masuk ke kamar tuan putri dan mengganggu tidur tuan putri." Ucap Farah tersenyum lembut.
Maafkan aku Farah
"Terimakasih Farah, Roselie masuk dulu." Roselie tersenyum manis dan masuk ke kamarnya. Dan Farah kembali melanjutkan langkahnya.
"Untung aja Farah percaya."
Roselie mengumpulkan bantal yang ada di kursi dan meletakkannya di kasur. Ia menyusun semua bantal itu dan menutupinya dengan selimut. Ia tersenyum dan menutup pintu kamarnya.
Kamarnya ada di bawah begitu juga dengan kamar Farah, Mira, dan Lala jadi ia dengan mudah keluar dari jendela kamar.
HAP
Roselie turun dari jendela dan merapikan gaunnya yang sedikit kotor terkena tanah. Ia melihat ke sekitar dan tidak orang disini. Ia tersenyum dan berlari keluar dari rumah menuju hutan.
.
.
.
.
.
.
Hai semuaa....
Maaf ya baru up soalnya beberapa hari ini aku sibuk ngerjain tugas sekolah.
Jangan lupa Vote dan komen yah. Jika kalian suka sama karya kau kasih rangking 5 yah buat cerita ini😊😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Tante Cin💋💦
roselin anak nakal suka berbohong ke farah🤭
2021-05-23
1
Friska~Time travel lovers
bagus lanjut Thor
2021-02-02
1
Siska_wulandary💕💞
bagus ceritanya
2020-12-20
6