NovelToon NovelToon

Princess In The Novel

Kehidupan ku

Seorang gadis kecil dalam kamarnya sedang mengambil sebuah buku kecil dari laci meja. Gadis itu membuka lembaran pertama buku itu.

...Diarly My Life...

Aku Sanaya Oktavia Pradifta, anak perempuan dari Arion Stefen Pradifta. Aku mempunyai seorang mama tiri yang bernama Della Aurora Pradifta, dia mempunyai anak perempuan yang bernama Kanaya Flora Pradifta yang berarti adik tiriku.

Hidupku persis seperti dongeng putri Cinderella, gadis kecil yang disiksa oleh mama tiri dan adik tirinya. Tapi hidupku sedikit berbeda, aku memang gadis kecil yang disiksa oleh mama tiri dan adik tiriku. Bedanya adalah tidak ada papa yang akan menyelamatkan ku dari hinaan dan siksaan mereka. Tidak ada papa yang akan menyelamatkan ku atau membela ku saat melihat anaknya disiksa oleh istrinya, papa menatap ku tidak peduli tanpa berniat menolong ku. Papa menatap ku seolah aku bukanlah anaknya.

Papa menikah dengan mama tiriku saat mama kandung ku meninggal. Tepatnya saat usiaku 7 tahun, saat itu adalah hari-hari terpuruk dalam hidupku. Orang yang paling aku sayangi dalam hidup ini meninggalkan ku selamanya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tanpa ada mama dihidupku. Sejak kecil papa selalu membenciku, dia tidak pernah menganggap aku anaknya bahkan tidak pernah menganggap aku ada.

Saat itu akhirnya aku tahu alasan mengapa papa dan mama selalu bertengkar dan kenapa papa selalu membenciku. Alasannya adalah karena aku bukanlah anak kandungnya, aku adalah anak dari selingkuh mama. Sakit, itulah yang aku rasakan. Ternyata alasan mengapa papa, kakek, dan nenek begitu membenciku karena aku bukanlah bagian dari keluarga mereka.

Dan penderitaan ku berlangsung panjang ketika aku tau jika papa akan menikah dengan wanita lain. Wanita itu adalah wanita ular yang licik dan jahat. Dia selalu mencoba menghasut papa agar mengusir ku dari rumah, tapi papa tidak melakukan itu karena permintaan terakhir dari mama.

Hingga mama tiriku hamil anaknya papa, papa lebih memperhatikan mama tiriku dibanding aku. Beberapa bulan kemudian akhirnya adik tiriku lahir, namanya adalah Kanaya Flora Pradifta. Aku tida pernah membenci Kanaya karena dia selalu dimanja dan disayang oleh papa hanya saja aku selalu iri padanya. Dia begitu disayang dan dimanja oleh semua orang di rumah. Aku merasa jika aku hanyalah benalu di keluarga ini.

Aku juga ingin seperti Kanaya yang sangat disayangi orang tuanya dan keluarga harmonis. Tapi aku siapa? aku hanyalah anak haram yang beruntung di tampung oleh papa, miris sekali nasibku.

Aku selalu menginginkan bahwa diriku ini adalah seorang putri kerajaan yang cantik dan pintar. Aku memiliki papa dan mama yang sangat menyayangiku. Semua penghuni kerajaan juga rakyat kerajaan begitu menghormatiku. Lalu aku hidup bahagia bersama papa dan mama. Tapi aku hanya bisa menghayal saja.

"Anak pungut bangun lo." Sanaya tersentak kaget kala mendengar teriakan dari Kanaya.

Cepat-cepat ia hapus air matanya yang jatuh saat melihat cerita hidupnya. Sebenarnya Sanaya sudah bangun dari tadi tapi ia sedikit bernostalgia dengan masa lalunya beberapa menit sebelum teriakan Kanaya mengejutkannya.

"Buruan masak gue lapar." Titahnya. Padahal Sanaya adalah kakaknya tapi Kanaya tidak pernah menghormatinya.

Ingin rasanya Sanaya berteriak

Aku ini adalah kakakmu bukan pembantu mu yang bisa kau suruh-suruh.

Tapi Sanaya tidak gila untuk berkata seperti itu, bisa mati ia ditangan mama tirinya. Dan Sanaya hanya bisa mengangguk.

"Oh iya masakin nasi goreng yang nggak pakai sayur." Lagi-lagi Sanaya hanya mengangguk malas dan berjalan kembali ke dapur.

"Eh iya minumnya teh es." Dan hanya anggukan yang Sanaya berikan.

Sanaya kembali berjalan.

"Eh tunggu dulu, teh esnya jangan manis-manis. Gue nggak suka yang terlalu manis."

Sanaya tau jika Kanaya sedang mengerjai nya, tapi ia sedang malas berdebat dengan Kanaya.

Di pintu kamar Sanaya, Kanaya hanya bisa menatap kesal pada Sanaya yang berjalan santai ke dapur. Dia pikir Sanaya akan marah padanya dan itulah yang diinginkannya. Jika Sanaya marah maka dia akan mengadu pada papanya dan Sanaya pasti akan dimarahi.

.........................

Sanaya kembali dengan membawa piring berisi nasi goreng dan menyodorkan nya pada Kanaya yang duduk di meja makan. "Nih nasi gorengnya."

"Eh gue bilang nasi goreng ya sorry maksud gue itu gue mau sup ayam." Katanya dengan raut wajah sedih dan menyesalnya.

Tentu saja Sanaya tau, ia menatap Kanaya tenang berusaha untuk sabar. "Gue capek Kanaya bikinin lo nasi goreng udah dimakan aja."

Sanaya berbalik dan pergi ke kamarnya.

Kanaya yang melihat itu berujar sinis. "Eh lo itu cuman anak pungut sok belagu lo sama gue. Gue itu anak perempuan di keluarga ini jadi lo harusnya turutin apa yang gue suruh."

Sanaya berbalik masih dengan wajah tenangnya. "Siapa yang lo bilang anak pungut? Gue juga anak papa sama kayak lo jadi jangan bertingkah seolah hanya lo anak di rumah ini."

Mendengar itu Kanaya maju dan menatap Sanaya dengan tatapan merendahkan. "Lo nggak sadar diri ya lo itu cuman anak pungut yang beruntung tinggal disini dan satu lagi itu papa gue bukan papa lo. Apa lo lula kalo lo itu cuma anak selingkuhan nyokap lo. So, gue lah satu-satunya anak di keluarga Pradifta. Dan lo itu cuman benalu di keluarga gue."

Anak selingkuhan

Benalu di keluarga ini

Kata-kata itu sangat menampar dirinya. Ia hanyalah anak yang beruntung bisa tinggal di rumah mewah ini. Dan walaupun ia hanya anak selingkuhan tapi itu bukanlah kesalahannya. Itu adalah kesalahan mamanya tapi kenapa semua kesalahan mamanya dilimpahkan padanya.

Kanaya tahu jika ucapannya sangat menampar Sanaya. Dia melihat Sanaya terdiam di tempat, melihat itu dia kembali berbicara.

"Kenapa diam? Emang bener kan? Nyokap lo itu murahan tau nggak."

"Stop lo boleh hina gue sepuas yang lo mau tapi jangan pernah lo ngehina nyokap gue. Lo bilang nyokap gue murahan? Apa kabarnya dengan nyokap lo itu. Lo kira gue nggak tau kalo nyokap lo itu sering menggoda bokap gue saat nyokap gue masih hidup." Sanaya paling tidak suka jika mamanya dihina seperti itu oleh siapapun. Baginya seburuk-buruk nya kesalahan mamanya dulu dia tetaplah

Wajah Kanaya merah padam mendengar hinaan pada mamanya. Dia mendekati Sanaya dan terdengar lah suara tamparan yang sangat keras.

PLAK

Sanaya merasakan sakit di pipi sebelah kanannya. Ia menyentuh pipinya yang merah akibat tamparan dari Kanaya. Cukup ia sudah tidak tahan dengan ini semua.

Sanaya melihat Kanaya yang tersenyum luas setelah menampar dirinya. Entah keberanian apa yang muncul dalam dirinya tanpa berpikir lagi Sanaya balas menampar Kanaya.

PLAK

Ia tidak memperdulikan Kanaya yang tampak tidak percaya dan meringis kesakitan karena tamparan nya. Hingga teriakan dari seseorang membuat Sanaya mematung di tempatnya.

"SANAYA!"

Arion berlari panik saat melihat anaknya ditampar oleh Sanaya.

Dia menatap Sanaya dengan wajah yang sudah merah padam. "Kenapa kau menampar anakku ha?"

Tubuh Sanaya menggigil ketakutan mendengar bentakan dari papanya. Ia menundukkan kepalanya tidak berani menatap Arion.

"Hikss..... papa pipi Kanaya sakit pa." Kanaya mengadu kesakitan pada papanya.

Arion membawa Kanaya dalam dekapannya dan mengelus pipi Kanaya yang merah.

"Ssss......... tenang yah sayang." Kanaya menyeringai di dalam pelukan Arion.

Dia mendongak ke atas menatap Arion dengan air mata buayanya. "Hiksss..... papa tadi Kanaya minta kak Sanaya untuk buatin Kanaya nasi goreng tapi kak Sanaya malah marah-marah dan bentak Kanaya. Kak Sanaya bilang Kanaya itu manja. Lalu Kanaya minta maaf sama kak Sanaya karena udah buat kak Sanaya repot. Hiksss...... ta...tapi kak Sanaya malah bentak Kanaya dan bilang kalo Kanaya bukan anak papa dan kak Sanaya juga bilang kalo mama itu murahan. Kanaya marah dan nggak sengaja bentak kak Sanaya dan kak Sanaya malah nampar Kanaya pa."

Tidak itu tidak benar. Sanaya ingin menjelaskan yang sebenarnya tapi sebelum itu Arion sudah maju dan

PLAK

Menampar pipi kanannya dengan keras. Sanaya syok dan menangis kesakitan saat rasa sakit itu menjalar di pipinya. Ini pertama kalinya papanya menampar dirinya dengan keras dan itu membuat hatinya sakit.

"Hiksss...... papa itu tidak seperti yang Kanaya bilang pa, Kanaya bohong pa."

"Cukup, saya muak melihat air mata buayanya. Saya lebih percaya dengan anak saya sendiri daripada kamu. Dasar anak tidak tau diuntung, saya membiarkan kamu tinggal disini bukan untuk menyakiti anak saya."

Sakit rasanya mendengar kalimat pedas itu keluar dari mulut papanya. Walaupun Arion bukan papa kandungnya tapi ia sudah menganggap Arion papanya sendiri.

Ditengah kekacauan itu Della datang dan terkejut melihat anaknya yang menangis.

"Astaga Kanaya apa yang terjadi dengan kami sayang?" Dia mendekati Kanaya dan terkejut melihat bekas merah dipipi Kanaya. Dia menatap marah pada Sanaya yang masih menangis tersedu-sedu. Dia yakin jika Sanaya lah yang membuat anaknya menangis. "Kamu apakan anak saya sampai Kanaya menangis begitu." Della mencengkram tangan Sanaya membuat Sanaya meringis kesakitan.

Kanaya kembali mengadu pada mamanya. "Kak Sanaya nampar Kanaya mah."

Della semakin marah saat tau anaknya menangis gara-gara ditampar oleh Sanaya. Dia pun semakin kuat mencengkram tangan Sanaya. "Dasar anak tidak tau diuntung, beraninya kamu nampar anak saya. Tidak ibu tidak anak sama saja."

"Jangan menghina mamaku." Sanaya tanpa sengaja membentak mama tirinya tepat diwaja Della.

"Sanaya kurang ajar sekali kamu membentak mama tiri kamu." Arion sudah benar-benar marah pada Sanaya yang ternyata juga kurang ajar.

"Kamu berani bentak saya. Dasar anak tidak tau diuntung." Della tersenyum sinis dan mendorong Sanaya kuat.

BRUK

Sanaya terjatuh ke lantai dengan kepala yang membentur sisi lemari. Membuat darah mengalir dari pelipisnya.

"Hikss........... sakit." Ucapnya lirih.

Sanaya menatap tiga orang di depannya dengan sendu, tidak ada yang mau menolongnya. Rasa sakit di hatinya lebih menyakitkan daripada ras sakit di kepalanya.

Della tersenyum puas melihat Sanaya yang terduduk di lantai dengan keadaan yang memprihatinkan. Dia merubah ekspresinya menjadi sedih dan mendekati Arion yang masih memeluk Kanaya.

"Mas aku udah bilang kan sama kamu kalau Sanaya itu tidak sepolos dan sebaik yang kamu kira. Dia pura-pura menjadi orang yang tersiksa dan teraniaya di rumah ini padahal itu hanya cara liciknya supaya menarik simpati kamu."

Ekting yang bagus sekali. Tidak ibu tidak anak sama-sama memiliki ekting yang bagus untuk menyalahkan Sanaya. Mereka berdua cocoknya menjadi pemain film karena ekting bagus itu bukannya malah menjadi mama tiri dan adik tiri Sanaya.

Kanaya kembali memanas-manasi situasi agar Sanaya diusir dari rumah ini. "Papa sebenarnya kak Sanaya sering memukul dan menyiksa Kanaya karena kak Sanaya iri dengan Kanaya. Kanaya ingin mengadu pada papa tapi kak Sanaya mengancam Kanaya untuk tutup mulut."

Seperti yang sudah diperkirakan Arion tentu saja langsung percaya oleh kata-kata Kanaya. "Apa? Kenapa kamu nggak cerita sama papa."

Kanaya memainkan ektingnya dengan menampilkan raut wajah teraniayanya. "Kanaya takut pa, Kanaya takut."

Della tersenyum licik. "Tuh kamu dengar sendiri kan mas. Apa kamu masih mau mengizinkan anak itu tinggal di rumah ini dan menyakiti Kanaya? Aku nggak mau anak kita terus-terusan disakiti sama anak itu."

Sanaya ingin menyela perkataan Della tapi percuma saja. Yang ada ia hanya akan mendapatkan rasa sakit lebih dari yang ia rasakan sekarang. Ia hanya bisa berharap pada papanya agar tidak mendengarkan ucapan dua orang itu dan tidak mengusirnya.

Arion diam dan itu membuat Della semakin memojokkan Sanaya. "Mas jika Sanaya itu anak kandung kamu dengan mantan istri kamu aku pasti akan menyayanginya sama seperti Kanaya. Tapi aku tidak bisa karena Sanaya bukan anak kandung kamu, dia itu cuman anak selingkuhan mantan istri kamu mas. Apa kamu nggak sakit lihat wajah anak itu yang sama dengan wajah selingkuhan mantan istri kamu itu. Kalau aku jadi kamu aku nggak akan biarkan anak itu tinggal apalagi menyakiti anak aku."

Sepertinya apa yang diharapkan oleh Sanaya tidak akan terwujud karena Arion sudah terhasut oleh kata-kata Della. Arion juga sakit setiap kali melihat wajah Sanaya. Akhirnya dia mengangguk setuju.

"Sanaya saya tidak peduli lagi dengan permintaan terakhir ibu kamu itu. Saya sudah melihat dan mendengar dengan mata kepala saya sendiri bagaimana kamu memperlakukan Kanaya. Mulai detik ini kamu angkat kaki dari rumah ini. Saya tidak mau melihat muka kamu lagi di rumah ini."

Hancur sudah harapan Sanaya, ia menangis meratapi nasibnya dan mengutuk takdirnya yang begitu kejam padanya. Dia terlalu berharap pada Arion seharusnya dia sadar diri. Dia itu cuman anak haram yang tidak diinginkan.

Della tertawa jahat dalam hatinya mendengar keputusan suaminya. Akhirnya gadis kecil ini keluar dari rumahnya.

Dia mendekati Sanaya dan menarik tangannya dengan paksa. Sanaya menangis memohon pada mama tirinya untuk melepaskan cengkraman nya. Tapi Della tidak peduli, dia menarik tangan Sanaya sampai di depan rumah dan menghentakkan tangannya dari Sanaya membuat Sanaya jatuh lagi ke lantai.

Tawa jahat Della terdengar jelas ditelinga Sanaya. Tidak ada Arion disini jadi dia bisa menunjukkan sisi iblisnya pada gadis kecil ini.

"Aku sudah lama menanti hari ini. Hari dimana kamu gadis kecil akan keluar dari rumah ini. Kau itu sama saja dengan ibumu sama-sama menghalangi kebahagiaan ku dan anakku. Sekarang tidak ada lagi benalu di keluarga ku."

Sanaya diam dan melihat Della yang sudah menutup pintu rumah. Ia berdiri dan keluar dari rumah besar itu. Ia berjalan tanpa tau kemana tempat yang hendak dituju.

..........................

Sanaya berjalan gontai di jalan yang tidak ia ketahui namanya. Tatapannya kosong, tidak ada ekspresi di wajahnya. Dirinya tidak menangis lagi, ia lelah menangis setiap hari tanpa ada siapapun yang peduli atau menghiburnya.

Ia tidak tau harus kemana. Ia tidak memiliki keluarga atau teman dalam hidupnya. Jadi yang ja lakukan hanya mengikuti kemana langkah kaki membawanya. Hingga tiba-tiba semua orang di sekitarnya berteriak kencang memanggilnya.

Saat ia melihat ke arah yang ditunjukkan orang-orang matanya membulat kaget saat mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya. Belum sempat ia menghindar mobil itu lebih dulu menabraknya.

"Aaaaaaaaaaaaaa."

BRAK

Tubuh Sanaya tergeletak kaku dengan darah yang keluar di kepala dan lengannya. Ia merasakan seperti ada tong besar yang menghantam kepalanya. Semua tubuh sakit tidak bisa bergerak. Rasanya sangat sakit. Ia menahan matanya agar tidak tertutup. Semua orang mengerubunginya dan berteriak histeris.

Apakah ini saatnya aku mati?

Kenapa sebelum aku meninggal, aku tidak bisa merasakan kebahagiaan walau hanya sesaat.

Aku mohon Tuhan jika ini memang akhir dari hidupku. Aku ingin merasakan kebahagiaan.

Aku ingin memiliki keluarga yang menyayangi dan mencintai ku setulus hati. Hanya itu permintaan terakhir ku.

Sanaya tersenyum pahit. Ia tau jika permintaannya tidak akan terkabul. Tapi, ia hanya ingin mengutarakan permohonannya untuk yang terakhir kali.

Selamat tinggal papa. Selamat tinggal dunia. Mama Sanaya akan menyusul mama. Tunggu Sanaya ma.

Sanaya tersenyum dan akhirnya kegelapan merenggut kesadarannya.

.

.

.

.

.

Sabtu, 3 Oktober 2020

Hai semua👋

Ini cerita pertama aku semoga kalian suka sama cerita ini😙🤗

2. Terjebak Di Dunia Novel

Di sebuah kamar yang besar terlihat seorang anak kecil yang tertidur di atas kasur putih. Tiga wanita paruh baya dengan pakaian pelayan mengerumuni anak kecil itu yang tampak pulas tidur di kasur itu.

Seorang pelayan yang paling muda disana menangisi anak kecil itu. "Hiksss...... Tuan putri maafkan saya tuan putri, hikss ini salah saya kalau saja saya tau tuan putri alergi dengan ikan saya pasti tidak akan memasakkan ikan goreng itu untuk putri."

Pelayan yang lebih tua dari mereka menggeleng tidak setuju. "Tidak ini bukan salah mu Lala ini salah saya seharusnya saya tau jika yang mulia ratu sangat alergi dengan ikan pasti tuan putri juga begitu karena tuan putri anak yang mulia ratu."

Seorang pelayan yang lebih tinggi dari mereka menggeleng tidak setuju. "Ini salah saya bukan salah kalian berdua. Jika saja saya tidak membereskan kamar tuan putri pasti saya akan mencegah tuan putri makan masakan itu dan semua ini tidak akan terjadi."

Begitu lah seterusnya mereka saling menyalahkan satu sama lain atas kelalaian mereka menjaga tuan putri. Hingga mereka tidak sadar jika orang yang mereka tangisi mulai membuka matanya.

..........................

Sanaya membuka matanya dan hal yang pertama yang ia lihat adalah tiga wanita paruh baya dengan pakaian yang aneh menurutnya sedang menangis. Sanaya menatap sekelilingnya, ia berada di kamar yang cukup besar tapi ini sedikit aneh karena kamar ini seperti kamar yang ada di dongeng kerajaan.

Sanaya langsung pusing saat memikirkan ia ada dimana. Hingga suara histeris dari tiga wanita di depannya membuat ia tambah pusing.

"Tuan putri!"

Lala pelayan yang paling muda itu bertanya setelah syok melihat tuan putri yang bangun." Tuan putri anda baik-baik saja?"

Sanaya diam.

Mereka siapa? Dan aku ada dimana? Kenapa dia memanggilku tuan putri?

"Tuan putri apa putri merasa sakit? Atau tuan putri haus? Apa perut tuan putri masih sakit?" Fara, pelayan yang paling tua itu bertanya saking bahagianya melihat putri Roselie bangun.

Sanaya bingung sendiri, ada apa dengan mereka semua? Saat Sanaya ingin bangun untuk bersandar di kasur, tiba-tiba ia terkejut saat melihat tubuhnya yang menciut.

MENCIUT?

Tunggu dulu. Bukankah dirinya telah mati tapi kenapa ia masih hidup. Ia dengan cepat menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.

Matanya terbelalak kaget melihat tubuhnya yang menjadi kecil.

"Aaaaaaaaa"

"Tuan putri" Para pelayan berseru kaget melihat putri Roselie menjerit ketakutan.

Ha, bagaimana bisa? Bukankah aku sudah mati di tabrak mobil? Tapi kenapa aku masih hidup dan bagaimana bisa tubuhku menciut? Dan mereka siapa serta dimana aku? Kenapa tempat ini terlihat berbeda?

Sanaya berusaha mengatur deru napasnya yang kian memburu. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tiga wanita di depannya. "Bisakah kalian meninggalkan ku sendiri. Ku mohon" Para pelayan dengan cepat menganggukkan kepalanya mendengar perintah sang putri.

"Baik tuan putri kami bertiga mohon undur diri. Semoga tuan putri segera sembuh." Mereka bertiga membungkukkan badan dan menunduk patuh ke arah Sanaya.

Sanaya yang melihat itu dibuat terkejut lagi. Sebenarnya mereka kenapa? Pikirnya.

KLIK

Melihat pintu kamar yang sudah tertutup Sanaya langsung bernapas lega. Ia melihat sekali lagi pada tubuh kecil ini berharap penglihatannya salah. Tapi memang benar tubuhnya menciut alias menjadi kecil.

Sanaya mencoba untuk turun dari kasur dengan tubuh kecilnya. Sedikit susah tapi akhirnya ia bisa turun. Dengan cepat ia melihat sekitar kamar dan melihat sebuah cermin besar di dinding.

Sanaya mendekati cermin itu dan melihat wajah, rambut dan tubuhnya sangat berbeda. Sanaya tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. "Ba... Bagaimana bisa rambutku berwarna gold indah dan wajahku seperti orang barat. Enggak ini nggak mungkin. Kenapa aku pake gaun ini dan wajahku berbeda."

Dia tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Hingga sebuah pertanyaan singgah di otaknya, "Jiwaku nggak mungkin berpindah ke tubuh anak kecil ini kan?"

"Tapi aku seperti tidak asing dengan wajah ini. Yah aku pernah melihat wajah ini tapi dimana?"

Sanaya memperhatikan wajah ini dengan saksama. Lalu seketika cemberut, "Aku tidak ingat. Tapi aku sangat yakin pernah melihat wajah ini. Tapi dimana aku melihatnya?"

"Apa benar jika jiwaku berpindah ke tubuh anak kecil ini, seperti yang ada di cerita yang pernah aku baca. Tapi, jika itu salah kenapa tubuhku berbeda. Bahkan ini sama sekali bukan tubuh asli ku."

Memikirkan itu membuat Sanaya lagi-lagi bingung dan khawatir. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya setelah kecelakaan itu.

"Baiklah aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku tapi saat ini aku harus bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Ah iya mereka tadi memanggilku tuan putri kan? Kemungkinan mereka tidak tau apa yang terjadi. Jadi aku harus bersikap seperti putri kerajaan. Dan sambil berpura-pura aku juga akan mencari informasi dimana aku sekarang serta informasi bagaimana aku bisa ada ditubuh anak kecil yang cantik ini."

"Tapi aku kan nggak tau siapa nama anak kecil ini. Aisss sudahlah nanti aku pikirkan lagi."

Sanaya sudah bertekad dengan keputusan yang ia ambil. Hanya itu satu-satunya cara agar ia bisa bertahan di tempat yang dirinya tidak tau.

Sanaya beranjak pergi ke kasurnya kerena merasa lelah dengan kenyataan yang baru diterimanya. Matanya tertutup sempurna dan dengan segera ia terbawa ke alam mimpi.

Saat Sanaya tertidur pulas, sesosok bayangan putih mendekat ke arahnya. Sosok putih itu duduk diatas kasur dan merubah posisi Sanaya menjadi baring di pangkuannya.

Akhirnya kamu kembali my princess.

..........................

"Eegghhhh" Sanaya terbangun saat merasakan wajahnya terkena sinar matahari.

Sanaya melihat ke arah jendela dan melihat salah satu pelayan berjalan ke arahnya dan tersenyum. Pelayan itu membungkukkan tubuhnya dan menundukkan kepalanya, "Selamat pagi tuan putri." Sapa pelayan yang bernama Lala.

Sanaya mengangguk berusaha bersikap seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa.

Lala masih membungkukkan kepalanya dihadapan Sanaya. "Maaf tuan putri maafkan saya. Saya tau saya bersalah karena telah lalai menjaga tuan putri. Saya mohon maaf, jika tuan putri ingin menghukum saya silahkan tuan putri saya bersedia menerima hukuman tuan putri."

Sanaya mengernyitkan dahi bingung. Sanaya rasa pelayan itu tidak punya salah dengannya. Lagipula ia baru bertemu dengan pelayan itu. "Berdiri lah."

"Tidak tuan putri, saya tidak akan berdiri sebelum tuan putri memaafkan saya." Ucap Lala masih bersikukuh.

"Tapi kan kamu tidak salah apa-apa."

Lala mendongakkan kepala menatap sang putri. Kenapa tuan putri berkata seperti itu? Pikirnya.

"Tapi tuan putri karena saya memasakkan tuan putri ikan goreng tuan putri jadi sakit begini. Maaf tuan putri saya tidak tau jika tuan putri alergi dengan ikan."

Oh jadi anak kecil ini alergi ikan

Sanaya tau satu hal tentang anak kecil ini, ternyata anak kecil ini alergi terhadap ikan. Tapi Sanaya kan sangat suka ikan. Ikan adalah makanan favoritnya dan sekarang ia pasti tidak bisa merasakan masakan kesukaannya itu.

Sanaya menatap pelayan itu, pelayan itu masih saja membungkukan badannya. Ia jadi tidak tega. "Tidak masalah, aku bisa memakluminya lagipula kamu kan tidak tau jika aku alergi ikan." Ucapnya tersenyum manis.

Lala segera berdiri kembali dengan senyum lebarnya. "Terimakasih tuan putri. Tuan putri memang berhati mulia dan baik sekali sama seperti yang mulia ratu. Yang mulia raja, pangeran mahkota dan Pangeran kedua pasti senang melihat sikap nona yang baik seperti ini."

Sanaya mematung di tempatnya.

"Tuan putri mari saya bantu tuan putri untuk berganti pakaian. Sudah waktunya tuan putri sarapan."

Sanaya terbangun dari lamunannya. Ia menggeleng pelan, ia sudah besar tidak perlu dibantu untuk berganti pakaian.

"Tapi tuan putri ini sudah kewajiban saya. Mari saya bantu."

Sanaya tersenyum lembut dan menggeleng pelan. Walaupun ia berada di tubuh anak kecil ini tapi ia sudah terbiasa mengganti pakaian sendiri waktu kecil.

Lala terdiam dan akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah kalau itu keinginan tuan putri kalau begitu saya permisi." Lagi-lagi pelayan itu membungkuk dan keluar dari kamar.

Sanaya terdiam di tempatnya. Perkataan pelayan itu masih terekam jelas di otaknya.

Yang mulia ratu

Yang mulia raja

Pangeran mahkota

Pangeran kedua

Itu berarti keluarga dari anak kecil ini?

Dan sekarang tubuh ini di tempati oleh Sanaya. Itu berarti ia punya keluarga. Ia tersenyum senang.

"Aku punya papa, aku punya mama, aku punya dua kakak laki-laki. Jadi keinginan ku terkabul. Aku menjadi seorang putri dan memiliki keluarga. Ya Tuhan inikah saatnya aku bahagia. Jadi inilah alasan aku masih hidup dan menempati tubuh ini, agar aku bisa merasakan kebahagiaan dari sebuah keluarga."

Sanaya tersenyum bahagia. Ia akhirnya bisa merasakan yang namanya kebahagiaan dan kasih sayang.

"Tunggu dulu, aku kan sedang ada di kerajaan, itu berarti papa, mama, dan kakak ku pasti juga ada di kerajaan ini." Wajah Sanaya berbinar senang.

"Aku harus segera berpakaian. Pasti keluarga ku menunggu sarapan."

Sanaya segera mandi dan berganti pakaian yang cantik. Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Sanaya menatap dirinya didepan cermin besar itu. "Anak kecil ini sangat cantik jelita dan memiliki rambut panjang berwarna gold indah."

Tidak papa jika ia berada di tubuh anak kecil dan harus berpura-pura menjadi anak kecil yang manis didepan semua orang. Ia rela jika itu membuatnya merasakan kasih sayang dan kehangatan dari keluarganya.

Sanaya menatap bingung rangkaian bunga diatas kepalanya. "Biasanya seorang princess akan menggunakan mahkota kecil diatas kepalanya. Tapi aku tidak melihat ada mahkota kecil di kamar ini, yang ada hanyalah rangkaian bunga ini."

"Tidak papa walaupun cuman rangkaian bunga. Aku juga tidak masalah lagipula aku sudah punya keluarga itu sudah lebih dari cukup." Lanjutnya.

.....................

Para pelayan sibuk menata makanan dan minuman di atas meja. Mereka senang karena tuan putri sudah sembuh dan mau memafkan mereka atas kelalaiannya. Dan sekarang mereka semua membuat masakan kesukaan tuan putri yang tentunya tidak ada ikan.

Orang yang mereka tunggu akhirnya datang. Dengan segera mereka membungkuk hormat pada tuan putri.

"Tuan putri saya sudah memasakkan makanan kesukaan tuan putri. Mari saya antarkan." Ucap Mira.

Sanaya menggeleng pelan. "Aku bisa sendiri."

Mira mengangguk tidak protes.

Sanaya duduk dengan rapi di kursinya. Makanan di kerajaan ini tidak jauh berbeda dengan makanan di duninya dulu. Ia menatap sekeliling heran, kenapa keluarganya tidak ada di kursi makan ini.

Ah mungkin saja mereka akan datang sebentar lagi.

Sanaya mencoba berpikir positif, ia menunggu dengan sabar berharap mereka akan datang.

Para pelayan yang melihat tuan putri seperti menunggu seseorang bertanya heran. "Maaf tuan putri, sepertinya tuan putri sedang menunggu seseorang. Kalau boleh saya tau tuan putri sedang menunggu siapa?" Ucap Fara mewakili Lala dan Mira.

Sanaya tersenyum dan menjawab. "Tentu saja menunggu keluarga ku datang dan sarapan bersama. Mereka akan makan bersama kita kan?"

Lala, Mira, dan Fara terdiam di tempatnya. Mereka kasihan dengan tuan putri yang selalu berharap makan bersama keluarganya. Lala, Mira, dan Fara menatap satu sama lain. Mereka semua selalu berbohong dengan mengatakan alasan lain jika tuan putri sedang begini.

Kali ini Fara lah yang akan berbohong agar tuan putri tidak bersedih. "Tuan putri, saya lupa memberi tau jika yang mulia raja sedang ada urusan yang mendesak. Jadi tidak bisa datang." Fara mencoba mencari alasan yang di mengerti anak kecil, tapi Fara tidak tau jika tubuh tuan putri ini di tempati oleh Sanaya.

Sanaya tau jika pelayan itu berbohong, tapi kenapa pelayan itu berbohong padanya. Ia pura-pura mengangguk paham dan bertanya lagi. "Kalau begitu di mana kakak-kakak ku?"

Farah gelagapan sambil menyenggol lengan Mira. Mira yang disenggol begitu segera menjawab. "Ah itu tuan putri itu para pangeran sedang bersekolah. Mereka ikut sekolah me....memanah yah itu memanah."

Mira saja tidak tau para pangeran ikut sekolah apa, tapi ia terpaksa berbohong pada tuan putri.

Maafkan saya tuan putri

Sanaya tersenyum kecut, mereka membohonginya ia tau itu. Tapi dengan cepat ia mengangguk pelan, berpura-pura paham seperti anak kecil.

Hanya perasaannya saja atau sepertinya anak kecil ini bernasib sama dengannya. Ia berpikir seperti itu karena dari gelagat para pelayan itu mereka sepertinya menutupi sesuatu darinya. Dan sejak ia keluar dari kamarnya ternyata ini tidak seperti kerajaan. Ini lebih seperti mansion sederhana.

Dan jika diingat lagi saat ia bangun dari sakitnya ia tidak pernah melihat papa, mama, atau kakak-kakak nya menjenguk dirinya. Hanya ada tiga pelayan itu yang terus merawatnya. Bukankah ia punya keluarga tapi kenapa di setiap mansion ini tidak ada lukisan dirinya dan keluarganya.

Sanaya tidak bisa untuk tidak berpikir negatif karena semuanya memang benar.

Apa anak kecil ini bernasib sama dengan ku?

Sanaya teringat jika ia merasa familiar dengan wajah anak kecil ini dengan cepat ia bertanya pada tiga pelayan itu. "Emm bolehkan aku bertanya?"

Lala, Mira, dan Farah mengangguk. "Siapa nama kalian bertiga?" Para pelayan terkejut, bagaimana tuan putri tidak mengenal mereka.

Lala bertanya cemas, "Tuan putri kenapa bertanya seperti itu? Tuan putri masih ingat dengan kami kan?"

Sanaya mengangguk berbohong. "Tentu saja aku ingat, aku hanya ingin memastikan sesuatu saja. Kalian hanya perlu menjawab pertanyaan ku, ini perintah." Ucap sanaya lembut juga tegas.

Para pelayan mengangguk patuh. "Nama Saya adalah Lala tuan putri, dan yang lebih tua ini adalah Fara, dan terakhir yang lebih tinggi ini adalah Mira tuan putri. Kami bertiga pelayan tuan putri selama enam tahun."

Sanaya terkejut nama mereka sama seperti cerita novel yang pernah ia baca. Tapi mungkin saja itu hanya kebetulan. Ia bertanya lagi. "Siapa nama papa, mama, dan kedua kakak ku?"

Para pelayan merasa heran dengan pertanyaan tuan putri tapi tetap menjawab. "Yang mulia Raja bernama Edward Blacton Ainsley dan Yang mulia Ratu bernama Amber Calista Ainsley, yang mulia Ratu Amber sudah meninggal tuan putri. Pangeran mahkota bernama Edgar Sea Ainsley dan nama pangeran kedua adalah Aland Bert Ainsley."

Tidak, kenapa semua nama-nama itu sama dengan nama-nama di cerita novel yang pernah ia baca. Tidak mungkin kan jika..........

"Pertanyaan terakhir, siapa nama ku?"

Lala, Mira, dan Fara lagi-lagi hanya bisa diam dan menjawab. "Nama tuan putri adalah Roselie Caroline Ainsley, tuan putri adalah anak yang mulia Raja Edward dan yang mulia Ratu Amber."

Apa? Tidak.........bagaimana mungkin, aku terjebak ditubuh putri Roselie yang cengeng dan ceroboh ini.Tidak, tidak, tidakkk aku tidak mau

Lala yang melihat tuan putri sedikit aneh pun bertanya, "Tuan putri ada ap........ "

Ucapan Lala terpotong oleh suara Sanaya, "Aku ingin beristirahat, hari ini aku sangat lelah dan sedikit aneh." Lala, Mira, dan Fara mengangguk setuju. Sepertinya ini efek dari alergi tuan putri makanya tuan putri sedikit aneh tadi, pikirnya.

Sanaya berlari ke kamarnya dengan cepat. Teriakan dari pelayan-pelayan itu hanya di hiraukannya saja. Yang ada di benaknya sekarang adalah menumpahkan segala isi hatinya di kamarnya.

BRAK

Pintu kamar ditutup keras oleh Sanaya ia dengan cepat mengunci pintu kamar agar tidak ada yang masuk. Tubuhnya perlahan merosot ke lantai dan bersandar di pintu itu. Air matanya langsung turun disertai isakan.

"Hiksss..... kenapa? Kenapa? Hiksss.......kenapa aku harus mati dan hidup lagi di tubuh ini jika akhirnya aku akan sengsara. Hiksss.........tidak cukupkah aku terlahir dengan keluarga yang selalu membenciku, aku dibenci papaku, hiksss....... dihina dan disiksa oleh mama tiri dan adik tiriku. Hingga aku mati tanpa merasakan kasih sayang dari keluarga hiksss....... bahkan aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan cinta dari teman-teman ku mereka semua hanya menatap ku dan mengejek nasibku yang sial. Apa itu semua tidak cukup. Kenapa takdir seolah mempermainkan ku dengan membuat aku hidup di tubuh seorang anak kecil yang juga dibenci oleh keluarganya bahkan sampai ia mati ia juga akan menderita."

Sanaya tidak tahan dengan takdir yang seolah mempermainkan dirinya. Kenapa ia dihidupkan kembali jika akhirnya berujung dengan penderitaan. Sanaya lebih baik tidak pernah lahir didunia ini. Ia tidak ingin terlahir lagi jika pada akhirnya hidupnya akan terus menderita ditangan orang-orang di sekelilingnya.

Dirinya terlalu haus akan kasih sayang dari keluarganya karena dia tidak pernah mendapatkan hal itu. Walaupun mamanya dulu pernah bersamanya selama 7 tahun tapi bukan mamanya yang merawatnya dialah yang merawat dan menjaga mamanya. Sewaktu umurnya masih bayi ia diasuh oleh seorang ibu panti asuhan yang menjadi baby sisternya karena sejak ia lahir mamanya terus sakit-sakitan. Waktu umurnya 6 tahun ia yang menjaga dan merawat mamanya di rumah sakit karena tidak ada yang mau menjenguk mamanya.

Sepulang sekolah ia akan datang ke rumah sakit dengan membawa makanan dan menyuapi mamanya. Hingga saat umurnya 7 tahun mamanya bertambah sakit dan koma. Seharusnya di umur yang segitu Sanaya mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Tapi tidak, papanya tidak pernah menjenguk mamanya ataupun memperhatikan nya. Tepat dihari ulang tahunnya yang ketujuh mamanya meninggal dunia. Jadi jangan salahkan Sanaya yang merutuki takdirnya karena takdir lah yang selalu mempermainkan nya.

Sanaya akhirnya tau jika jiwanya entah mengapa bisa ada di tubuh anak kecil ini. Berarti jika jiwanya yang menempati tubuh ini maka jiwa Roselie pasti berada di tubuh Sanaya yang di dunia. Tapi apa jiwa Roselie yang berada di tubuhnya bisa selamat dari kecelakaan maut itu. Entahlah Sanaya tidak tau.

Sanaya menghapus air matanya. Ia harus kuat untuk bisa menghindari ending tragis dari novel ini. Cukup sudah ia selalu berharap pada takdir dan orang-orang di masa lalunya. Sekarang ia hanya akan berharap pada dirinya sendiri dan merubah takdirnya di dunia novel ini.

.

.

.

.

.

.

**Minggu, 4 Oktober 2020

See u👋**

3. Edgar, Aland, dan Roselie

Roselie sekarang berada di ruangan belajarnya, ia sedang belajar etika sebagai putri kerajaan Ainsley yang sopan dan anggun. Roselie tersenyum kecut, untuk apa ia belajar semua ini jika dirinya saja tidak dianggap seorang putri kerajaan Ainsley oleh keluarga dan rakyatnya.

Ia melakukan ini dengan terpaksa karena ini adalah kewajiban bagi setiap putri kerajaan. Seorang putri kerajaan haruslah sopan, anggun, dan terampil supaya membanggakan kerajaannya. Jika tidak maka putri itu akan dipandang rendah karena tidak mengerti etika seorang putri kerajaan.

Ditengah lamunannya itu Fara menatap senang pada tuan putri yang sangat paham akan pelajarannya.  Padahal ia masih berusia 6 tahun tapi tuan putri seperti sudah terlatih melakukannya. "Tuan putri sangat hebat. Saya pikir tuan putri akan melakukan banyak kesalahan di hari pertama belajar tapi tuan putri bahkan bisa mempraktikkannya hanya dengan sekali lihat."

Roselie hanya tersenyum lembut. Tentu saja ia tahu karena ia sudah puluhan kali membaca cerita seorang putri kerajaan. Jadi ia mengerti dengan jelas pelajaran yang diberikan Fara.

Sebenarnya Roselie sudah merasa lelah sejak 1 jam yang lalu tapi ia tidak memberitahunya pada Fara. Roselie merasa jika tubuh yang ia tempati ini begitu mudah lelah. Bahkan ia hanya belajar selama 3 jam tapi hanya 2 jam dan Roselie sudah merasa lelah dan haus.

Roselie meminta Fara mengambil air dan dengan segera dituruti oleh Fara. Fara keluar dari ruangan setelah memberi penghormatan.

Roselie menghela napas panjang. Apa yang harus ia lakukan agar dirinya bisa terhindar dari ending tragis di novel ini. Ia mengingat kembali alur cerita dari novel yang pernah ia baca di kamar lama mamanya.

Novel itu berjudul " Love and Revenge" Artinya Cinta dan balas dendam. Novel ini menceritakan Aurora Florence seorang gadis cantik yang merupakan anak angkat dari keluarga duke Florence. Walaupun Aurora hanya anak angkat di keluarga itu tapi Aurora sangatlah dikagumi dan dihormati oleh semua orang di tempatnya. Aurora adalah gadis yang mempunyai sifat yang baik hati, cerdas, pemberani, dan anggun.

Dialah tokoh utama perempuan di novel ini. Dan tokoh utama laki-laki nya adalah kakaknya Roselie, Edgar Sea Ainsley dan pangeran Felix. Mereka bertemu saat pesta ulang tahun Aland Bert Ainsley. Di pesta itu Aurora lah yang menjadi pusat perhatian semua orang di sana, tentu saja dia adalah pemeran utama cerita ini.

Sedangkan Roselie Caroline Ainsley hanyalah tokoh sampingan di cerita ini. Di novel dituliskan Roselie diceritakan mempunyai kehidupan yang sangat menderita. Roselie adalah anak dari yang mulia raja Edward Blacton Ainsley dan yang mulia ratu Amber Calista Ainsley. Raja Edward dan para pangeran saat itu sangat bahagia karena ternyata ratu Amber mengandung anak perempuan yang akan menjadi putri kerajaan Ainsley. Seluruh rakyat kerajaan sangat gembira mendengar berita itu, hingga saat ratu Amber melahirkan putri Roselie sang ratu mengalami pendarahan yang sangat hebat.

Saat ratu Amber melahirkan sang raja Edward dan para pangeran tidak bisa menemani ratu yang sedang berjuang untuk melahirkan putri Roselie. Dikarenakan raja Edward sedang berperang melawan kerajaan Herodes yang pada saat itu ingin menguasai kerajaan Ainsley. Perang itu merupakan Perang terbesar yang pernah dicatat di sejarah. Beribu pasukan tempur kerajaan Ainsley gugur dan para penyihir tingkat tinggi meninggal dan mengalami luka yang cukup parah. Begitu juga dengan pasukan tempur kerajaan Herodes. Para pangeran saat itu dilarikan ke tempat persembunyian yang jauh dari istana agar jika penyusup datang mereka tidak mencelakai para pangeran.

Malam itu hanya ada beberapa pelayan dan tabib kerajaan yang menemani ratu Amber. Saat putri kerajaan Ainsley itu lahir beberapa menit setelahnya sang ratu meninggal dunia. Dan tiba-tiba para pelayan dan tabib kerajaan yang ada di kamar ratu Amber meninggal setelah beberapa menit ratu Amber meninggal. Hal itu sangat ganjil sekali.

Perang yang terjadi antara dua kerajaan itu akhirnya berakhir dengan kemenangan dari kerajaan Ainsley. Walaupun mengalami kerusakan yang cukup parah tapi kerajaan Ainsley berhasil memenangkan pertempuran besar itu. Pagi itu raja Edward kembali ke kerajaan dengan wajah yang berbinar bahagia. Raja Edward tiba di kerajaan dan mendapatkan laporan jika ratu Amber meninggal setelah melahirkan putri Roselie. Dan raja Edward juga mendengar perihal kematian aneh yang terjadi pada pelayan dan tabib kerajaan yang menemani proses melahirkan nya ratu Amber.

Raja yang mendengar itu merasa sedih dan juga marah. Raja yang awalnya senang dengan kelahiran putrinya itu menjadi benci dengan putri Roselie. Raja membenci putrinya sendiri karena menurutnya putri Roselie lah yang telah membunuh ratu Amber, wanita yang dicintainya. Para pangeran juga ikut membenci adiknya, putri Roselie karena berpikir adiknya lah yang menjadi penyebab ibu mereka meninggal. Dan mereka juga menganggap bahwa putri Roselie adalah anak yang membawa petaka bagi kerajaan karena ia lahir pada peperangan besar dua kerajaan, putri Roselie menjadi penyebab meninggalnya ratu Amber yang sangat mereka cintai, dan putri Roselie lah yang menjadi alasan para pelayan dan tabib istana meninggal dengan aneh.

Saat lahir putri Roselie diasingkan ke hutan terpencil yang jauh dari kerajaan Ainsley. Putri diasingkan bersama dengan tiga pelayan yang menemaninya. Nama putri Roselie diberikan oleh ratu Amber 2 bulan sebelum kelahirannya.

Putri Roselie sendiri adalah anak yang sangat cengeng, penakut, lemah, sombong, manja, dan ceroboh. Saat putri Roselie berumur 15 tahun ia datang ke pesta kakaknya Aland dengan bermodalkan sifat sombongnya. Putri Roselie datang dengan menunjukkan dirinya adalah putri Ainsley dan tunangan dari pangeran Felix yang harus dihormati. Sang Raja Edward dan kedua pangeran tentu saja sangat marah dan malu melihat putri Roselie yang datang ke pesta yang bahkan dirinya tidak diundang dan dengan sombongnya mengatakan pada semua orang untuk menghormatinya sebagai anak dari yang mulia raja Edward dan tunangan dari pangeran Felix.

Saat itu putri Roselie merasa cemburu karena Aurora lah yang menjadi pusat perhatian dipesta itu. Putri Roselie berpikir ialah yang harusnya dihormati dan menjadi pusat perhatian semua orang karena dirinya adalah putri dari raja Edward. Dengan perasaan marah dan kesal putri Roselie menghina dan mempermalukan Aurora didepan semua orang.

Raja dan kedua pangeran sangat murka melihat hal memalukan itu dilakukan putri Roselie yang pastinya kerajaan Ainsley lah yang akan menanggung malu akibat tingkah tak mengenakkan dari putri Roselie. Pangeran Felix yang juga berada dipesta itu juga marah dan malu akan kelakuan putri Roselie yang tidak pernah dianggap sebagai tunangan olehnya.

Pangeran Edgar yang saat itu langsung jatuh cinta dengan Aurora merasa sangat marah karena orang yang dicintainya dipermalukan oleh orang yang tidak pernah ia anggap sebagai adiknya. Sama halnya dengan Felix, ia juga telah mencintai Aurora telah lama tepatnya sewaktu ia berkunjung ke kediaman duke Florence. Beda dengan Aland sama sekali tidak mencintai Aurora, tapi ia juga ikut marah akan sikap memalukan dari putri Roselie.

Putri Roselie yang mengetahui bahwa tunangan nya mencintai gadis lain yaitu Aurora merasa cemburu karena orang yang ia cintai dan kakaknya juga mencintai Aurora karena diliputi rasa marah dan cemburu putri Roselie mendorong Aurora di depan semua orang serta menjelek-jelekkan yang tidak benar tentang Aurora.

Pangeran Felix yang saat itu dikuasai oleh amarah dengan tanpa bersalah dan takut membunuh tunangannya itu dengan pedangnya. Pangeran Felix memang tidak pernah mencintai putri Roselie ia melakukan itu karena dipaksa oleh ayahnya yang juga teman dari raja Edward. Raja dan kedua pangeran yang melihat putri Roselie terbunuh tidak merasa marah dengan pangeran Felix karena jika bukan pangeran Felix maka mereka lah yang akan membunuh putri Roselie. Mereka juga sudah malas untuk menyiksa dan menghina putri Roselie. Mereka bisa saja membunuh putri Roselie tapi itu lebih dulu dilakukan oleh pangeran Felix.

Dan kelanjutan ceritanya diteruskan dengan kisah cinta pangeran Felix dan Aurora. Pangeran Edgar tidak bersama Aurora diakhir cerita karena Aurora hanya mencintai pangeran Felix.

Singkatnya cerita tentang putri Roselie hanya diceritakan sedikit oleh penulis novel itu lagipula walupun putri Roselie memiliki wajah yang lebih cantik dari Aurora tapi Aurora lah yang menjadi tokoh utama novel ini.

Sampai sekarang Roselie tidak tau kenapa novel itu diberi judul Love and Revenge. Satu hal yang sampai saat ini teringat jelas di otaknya yaitu wajah penderitaan dan kesakitan putri Roselie yang nasibnya harus dibunuh oleh tunangannya.

Roselie menggeleng takut. Wajahnya berubah pucat saat kenangan tentang putri Roselie yang dibunuh di depan semua orang dan tatapan tidak peduli keluarganya terekam jelas di ingatannya.

Tidak. Aku tidak ingin bernasib sama dengan putri Roselie. Aku akan menghindari para pangeran, raja, Aurora, dan....... orang yang akan membunuh ku. Yang harus aku lakukan adalah menghindari kematian putri Roselie dan menghabiskan sisa hidup ku dengan bahagia ditempat ini bersama Lala, Mira, dan Fara yang selama ini selalu menyayangi ku dengan tulus.

Roselie mencatat semua isi novel yang masih diingatnya sampai sekarang. Ia harus mengingat dengan baik semua alur cerita ini agar suatu saat nanti ia tidak mengikuti alur cerita yang tragis ini.

Satu jam berlalu dan Roselie sudah merasa sangat lelah. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Ia perlu menyegarkan pikirannya sebentar.

Ah iya Mira bilang jika di mansion ini berada ditengah hutan dan bagian kiri hutan ini ada sebuah padang bunga yang sangat cantik.

Roselie tersenyum senang ia turun ke bawah dan menghampiri Mira yang sedang memasak makanan. "Em Mira bolehkah Roselie pergi ke padang bunga yang Mira bilang." Ucapnya dengan berbinar seperti anak kecil yang minta izin pada orang tuanya.

Mira tersenyum melihat wajah bahagia putri Roselie tapi ia tidak mungkin membiarkan putri Roselie pergi sendiri. "Tentu saja boleh tuan putri." Roselie tersenyum girang sambil melompat-lompat.

"Tapi harus ada yang menemani tuan putri. Tidak baik pergi sendirian ke sana itu sangat berbahaya." Lanjutnya.

Roselie berpikir sebentar dan mengangguk. "Baiklah kalau begitu Roselie akan pergi dengan Lala."

Setelah mengatakan itu Roselie pergi mencari Lala. Ia melihat Lala sedang mengambil sayuran. Roselie mendekatinya dan mengatakan ingin ditemani oleh Lala dan Lala mengangguk setuju.

..............................

Di tengah hutan yang lebat dua orang anak kecil sedang bertarung satu sama lain dengan lihainya. Suara dentingan pedang yang saling beradu menunjukkan jika tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Mereka bertarung tanpa memperdulikan sekitar nya.

SPASS

Hampir saja pedang itu menebas kepala anak kecil yang satunya jika pedang itu tidak berhenti tepat di kulit anak kecil yang lebih muda itu.

Anak kecil yang lebih tua itu menyingkirkan pedangnya dari leher adiknya. Yah mereka adalah kakak adik yang sedang latihan pedang. Emm tepatnya seperti bertarung sungguhan. Kedua anak kecil itu adalah Edgar dan Aland. Edgar berumur 10 tahun dan Aland berumur 9 tahun. Mereka adalah pangeran kerajaan Ainsley.

Edgar tersenyum sinis, "Dua sama." Aland mengedikkan bahu acuh. "Yah aku mengalah kali ini." Ucapnya terkesan sombong.

Edgar yang mendengar itu memberikan tatapan merendahkan. "Oh ya kau mengalah atau tidak mau mengaku kalah?"

Aland hanya bersikap acuh, "Terserah katamu saja."

Mereka berdua sebenarnya berada di hutan hanya sekedar berlatih pedang saja. Tentu saja dengan izin yang mulia raja alias papa mereka. Mungkin jika orang tua lain pasti akan melarang anaknya pergi sendiri ke hutan karena khawatir akan terjadi apa-apa pada anaknya. Tapi itu tidak berlaku pada Edward, dia mengizinkan anaknya pergi ke hutan tanpa rasa khawatir sedikit pun karena ia tau kedua anaknya bisa jaga diri.

Lagipula kedua anaknya adalah pangeran kebanggaan kerajaan Ainsley. Edgar dan Aland memang hanyalah anak kecil tapi jangan ragukan keturunan seorang raja Ainsley. Diumur yang masih kecil saja mereka sudah dilatih untuk bermain pedang.

Tiba-tiba Edgar dan Aland mendengar suara auman harimau. "Kau mendengarnya?" Ucap Edgar berbisik.

Aland mengangguk, ia juga dengar suara harimau itu dan dari suaranya Aland yakin jika harimau itu berada dekat dengan mereka dan sedang mengawasi mereka. "Bagaimana jika kita buru saja, lumayan kan jika kulit harimau itu dipajang di pintu kerajaan." Ujar Aland memberi ide.

Seringai tipis hadir di wajah datar Edgar dan Aland. Bukannya takut mereka malah ingin berburu harimau itu. Gila? Tentu saja.

Aland memutar otaknya berpikir bagaimana caranya untuk menangkap harimau itu. "Baiklah kita giring harimau itu ke arah sana dan saat harimau itu mengejar ku kau serang harimau itu sedikit dan aku akan ikut menyerang." Edgar hanya mengangguk mengikuti rencana Aland.

1

2

3

Edgar dan Aland berlari sekencang mungkin dan ternyata apa yang diperkirakan Aland benar. Harimau itu juga ikut berlari mengejar mereka saat tau mangsanya kabur.

Edgar dan Aland terus berlari cepat dengan harimau itu yang terus mengejar dari belakang. Mereka terus masuk kedalam hutan tanpa sadar jika langkah mereka membawa mereka berdua bertemu dengan seseorang.

...........................

Roselie dan Lala berjalan pulang setelah berjam-jam menemani Roselie yang terus bermain di padang bunga itu. Roselie berjalan dengan memakan buah apel merah dari pohon yang ada di padang bunga itu.

Roselie tersenyum senang saat mengingat pemandangan padang perdu itu. Padang itu memang sesuai dengan namanya karena begitu banyak bunga yang bermekaran di padang itu. Bermacam-macam bunga warna warni tumbuh subur dan mekar disana. Dan di tengah-tengah hamparan bunga itu berdiri sebuah pohon apel besar yang sudah berbuah lebat.

Lala yang melihat putri Roselie tampak sangat bahagia hari ini ikut tersenyum. Putri Roselie seharian ini tampak murung jadi ia menerima ajakan putri Roselie untuk menemaninya melihat padang bunga.

Roselie teringat sesuatu yang ingin ia tanyakan dan beralih menatap Lala di sampingnya. "Lala dari mana kau tahu jika ada padang bunga di hutan lebat ini?" Tanyanya pada Lala.

Lala berpikir sebentar dan menjawab. "Emm, sebenarnya bukan saya yang pertama kali melihat padang bunga itu tapi Farah lah yang tahu duluan tuan putri. Saat itu Farah tersesat di hutan dan tanpa sengaja menemukan padang bunga itu. Singkat cerita Fara berhasil kembali ke rumah dan menceritakan tentang padang bunga itu pada saya dan juga Mira." Jelas Lala panjang lebar.

Roselie mengangguk paham, mereka berdua terus mengobrol dan tertawa bersama sepanjang jalan pulang. Hingga suara kesakitan seseorang membuat Roselie dan Lala berhenti. Roselie mencari dimana asal suara itu. Dan tanpa pikir panjang Roselie berlari meninggalkan Lala yang terkejut.

Lala terkejut melihat Roselie yang sudah berlari menjauh dengan cepat ia mengikuti Roselie.

"Tuan Putriiiiiiii"

Roselie tidak peduli pada teriakan Lala, ia tetap berlari untuk mencari asal suara itu. Roselie penasaran dengan suara itu, ia pikir tidak ada siapapun yang ada di hutan ini selain ia dan ketiga pelayannya.

Suara itu menghilang dan digantikan dengan suara pedang yang beradu. Roselie semakin mempercepat larinya. Roselie terkejut melihat pemandangan yang ia lihat. Disana dua orang anak kecil sekitar umur 9 atau 10 tahun sedang melawan harimau putih yang besar.

Kedua anak kecil itu memakai baju seperti kesatria dengan pedang yang terus menyerang harimau itu. Roselie bersembunyi di balik semak-semak. Ia tidak mungkin kesana untuk menghentikan kedua anak kecil itu yang ada dirinya yang akan dimakan oleh harimau itu tapi ia tidak mungkin kabur dari sana karena ia ingin menolong kedua anak kecil itu.

Ayo Sanaya berpikirlah, bagaimana caranya menolong kedua anak kecil itu?

Roselie membulatkan matanya kaget saat melihat salah satu anak kecil itu terkena cakaran harimau besar itu. Dan hal itu membuatnya sedih dan ingin menangis.

Ah iya harimau takut dengan api kan? Yah aku harus membuat api untuk mengusir harimau jahat itu.

Dengan cepat Roselie mencari batu, ranting kayu dan tongkat kayu yang ada di sekitarnya. Ia menggosokkan kedua batu itu dan api menyala. Roselie mengumpulkan ranting kayu menjadi satu dan api menyala dengan besar. Roselie membakar ujung tongkat kayu tersebut.

Roselie tersenyum, dengan cepat ia berlari ke arah pertempuran itu dan mendekatkan tongkat kayu itu pada harimau itu. Edgar dan Aland yang ada disana terkejut melihat aksi Roselie, mereka tidak menyangka anak kecil ini akan seberani ini.

Harimau itu menggertak marah melihat api itu. Harimau putih itu berusaha maju tapi mundur dengan cepat saat Roselie semakin mendekatkan apinya. Roselie yang melihat harimau itu mundur langsung melempar tongkat apinya ke arah harimau itu dan segera menarik tangan Aland yang di dekatnya.

"Lariiiiiii"

Roselie berlari dengan menarik tangan Aland diikuti Edgar. Mereka bertiga lari ke sembarangan arah. Sesekali Roselie melirik ke belakang memastikan kalau harimau itu tidak mengejar mereka. Dan ternyata harimau itu tidak mengejar mereka lagi.

Roselie berhenti dan mengatur deru napasnya. "Ha.... Ha.... Ha..... Akhirnya selamat." Ia tidak menyangka jika ia akan seberani itu untuk melawan harimau besar tadi.

Berbeda dengan Roselie yang terlihat sangat lelah, Edgar dan Aland hanya berdiri memandangi Roselie yang menyeka keringatnya. Mereka berdua tidak lelah, dan sebenarnya mereka bisa saja melawan harimau itu sendirian tapi tidak menyangka Roselie akan datang.

Edgar dan Aland juga tahu kalau ada seseorang yang mengintip mereka berdua. Tapi Edgar dan Aland tidak peduli. Mereka terkejut karena tidak menyangka jika yang mengintip tadi adalah seorang anak kecil berusia 6 tahun.

Roselie menatap dengan cemas pada dua orang di depannya. "Kakak baik-baik aja kan? Tidak ada yang luka kan? Eh tangan kakak kena cakar harimau jahat itu kan?" Pertanyaan beruntun itu membuat Edgar dan Aland heran. Bukannya mengkhawatirkan diri sendiri anak kecil di depannya malah mengkhawatirkan orang asing yang baru ditemuinya.

Roselie tidak peduli pertanyaan nya tidak dijawab, ia merobek gaun panjangnya dan mengikatnya di lengan Aland yang terluka agar darahnya tidak keluar banyak.

Apa yang dilakukan Roselie tidak luput dari penglihatan Edgar dan Aland, Aland merasa hatinya menghangat karena dipedulikan oleh anak kecil yang tidak ia ketahui siapa namanya. Sedangkan Edgar entah mengapa ia merasa familiar dengan wajah anak kecil ini dan entah mengapa ia merasa cemburu melihat anak kecil itu lebih memperdulikan Aland darinya.

Roselie tersenyum senang, "Sudah selesai." Aland menatap kain putih yang menutupi lukanya. Tanpa sadar ia tersenyum tipis bahkan itu terlihat bukan senyuman.

Edgar menyilangkan tangannya di dada dan menatap Roselie dengan tatapan tajam andalannya. "Siapa dirimu? Bagaimana kau bisa ada di hutan ini?" Roselie yang ditanya begitu memasang ekspresi se polos mungkin. "Perkenalkan nama ku adalah Roselie, kakak bisa panggil aku Roselie." Ujarnya tersenyum hangat.

Edgar dan Aland terkejut itu adalah nama adik mereka yang diasingkan oleh Raja Edward. Apakah Roselie adalah........... Edgar dan Aland menatap satu sama lain seperti sedang bertelepati. Mereka berdua langsung memasang wajah datarnya.

Aland segera melepas ikatan kain di tangannya dengan paksa. Lalu menatap sinis pada Roselie yang terkejut akan perbuatannya. "Kak kenapa dilepas ikatannya? Darahnya makin keluar" Ucap Roselie khawatir.

Roselie mendekat dan ingin memasangkan kain itu lagi tapi segara ditepis oleh Aland. "Jangan menyentuhku." Tekannya disetiap kata.

Aland tidak ingin lengannya disentuh oleh seseorang yang menjadi alasan meninggalnya mamanya. Ia dengan mudah mengenali nama Roselie yang merupakan adiknya begitu juga dengan Edgar.

Roselie yang tangannya ditepis tidak merasa marah ia malah menatap Aland dengan wajah polosnya. "Tadi Roselie nyentuh tangan kakak dibiarin aja kenapa sekarang tidak boleh? Tangan Roselie kotor ya kak?" Roselie menatap tangannya dan tangannya bersih tidak kotor.

Edgar sendiri merasa sedikit tidak tega dengan Roselie tapi ia segera menepis pikirannya itu dan kembali menatap tajam. "Jangan pernah memanggil kami berdua kakak, karna kami bukan kakakmu." Edgar berkata seperti itu tapi berbeda dengan hatinya yang merasa sakit saat ia berkata seperti tadi.

Sedangkan Roselie hanya menggangguk saja. Memang benar mereka berdua ini bukan kakaknya jadi ia tidak perlu memanggilnya kakak dengan lancang. "Baiklah, emm nama kalian siapa? Dan kalian siapa kok kalian bisa ada di hutan ini?"

Roselie sama sekali tidak tahu siapa kedua orang asing ini. Walaupun ia tahu keseluruhan cerita di novel ini tapi ia tidak tahu wajah dari tokoh cerita ini. Roselie hanya tahu wajah tokoh Roselie karena fotonya terdapat di belakang buku novel dan hanya foto Roselie saja yang ada padahal dia bukan tokoh utamanya.

Pertanyaan Roselie membuat Edgar dan Aland heran. Apakah Roselie tidak tahu bahwa yang orang yang di hadapannya ini adalah kakaknya. Bahkan Edgar dan Aland saja tahu jika Roselie adalah adiknya. Tentu saja Roselie tidak tahu karena ia tidak pernah melihat wajah keluarganya disebabkan dirinya yang diasingkan di hutan ini.

Wajah Roselie cemberut saat dua orang di hadapannya ini malah melamun. "Kok ngelamun sih, nama kalian siapa?"

Edgar tersadar dari lamunannya ia menatap lekat mata biru Roselie dan menjawab, "Kau tidak perlu tahu."

Roselie menggeleng, "Baiklah kalo begitu kalian ini siapa? Kok kalian menggunakan pakaian kesatria? Oh kalian seorang kesatria?" Roselie bertanya dengan mata berbinar.

Ia tidak pernah melihat seorang kesatria di dunia nya dulu ataupun disini. Jangan kan kesatria bertemu dengan pangeran saja tidak pernah. Bagaimana ia bisa bertemu dengan mereka jika ia diasingkan di hutan lebat ini.

Aland yang melihat binar kebahagiaan di mata biru Roselie tiba-tiba berkata. "Aku dan dan kakak ku adalah kesatria, kami berdua belajar disini atas perintah dari guru kami."

Kebohongan itu keluar begitu saja dari mulut Aland. Edgar yang mendengar itu ingin protes tapi didahulukan oleh teriakan dari Roselie. "Benarkah? Jadi kalian memang kesatria?" Roselie bertepuk tangan dengan wajah gembira seperti anak kecil.

Edgar yang tadinya ingin protes tidak jadi saat melihat Roselie yang tampaknya sangat senang. "Kenapa kau begitu senang hanya karena kami adalah kesatria?" Edgar tidak bisa untuk tidak bertanya pada Roselie padahal ia orang yang sangat cuek dengan siapapun.

Roselie menjawab, "Tentu saja Roselie senang, di hutan ini tidak ada siapapun yang tinggal disini selain Roselie, Farah, Mira, dan Lala. Jadi Roselie sangat senang jika ada orang lain yang masuk ke hutan ini apalagi itu adalah seorang kesatria atau pangeran."

Mendengar penjelasan dari Roselie itu membuat dua orang yang kaku dan kejam di Ainsley itu terdiam. Edgar dan Aland membuang pandangannya ke arah lain yang penting tidak berhadapan dengan manik mata biru Roselie.

Roselie tidak mengetahui itu ia kembali bercerita tanpa waspada jika dua orang di hadapannya ini adalah orang asing. "Emm, bolehkah Roselie bertanya pada kakak kesatria?" Ujarnya dengan mata berkedip lucu.

Kenapa adikku seimut ini?

Aland tidak bisa untuk tidak mencubit pipi Roselie, dia mencubit pipi Roselie gemas dengan wajahnya yang imut itu. "Boleh, Roselie ingin tanya apa?"

"Berapa lama kakak kesatria akan tinggal di hutan ini?"

"Kami berdua tidak bisa berlama-lama ada di hutan ini, sekarang juga kami akan kembali pulang."

Aland tidak tega melihat wajah sedih Roselie yang tadinya bahagia. Entah kenapa hatinya sakit melihat Roselie sedih karena dirinya akan pergi.

Roselie sedikit sedih mendengar itu, ia pikir kedua orang ini akan tinggal beberapa bulan untuk latihan disini. Jika itu benar maka setiap hari Roselie akan menghampiri kedua orang ini untuk diajak bermain. Tapi sekarang itu tidak mungkin.

Hei Sanaya kau tidak boleh sedih. Lagipula aku kan bisa bermain dengan Farah, mira, dan lala di rumah.

Roselie dengan cepat mengubah raut wajahnya, ia tersenyum seceriah mungkin di hadapan Edgar dan Aland. Semua itu diperhatikan dengan baik oleh Edgar dan Aland. Mereka memperhatikan setiap gerak gerik wajah Roselie.

"Oh begitu. Kalau gitu kakak kesatria hati-hati ya pulangnya jangan sampai dimakan harimau jahat. Dan semangat ya belajarnya biar bisa jadi seorang kesatria hebat." Ucapnya tersenyum hangat.

Aland berpikir sebentar dan berkata, "Emm besok aku akan datang kesini untuk menemui Roselie, bagaimana?"

Roselie membulatkan matanya tidak percaya dengan perkataan Aland. "Benarkah? Kakak kesatria akan datang kesini? Baiklah Roselie akan menunggu kakak kesatria disini."

Aland tanpa sadar tersenyum saat melihat Roselie kembali senang. Dan Edgar tidak berkata apapun, ia hanya melihat semua tingkah menggemaskan Roselie.

Matahari akan terbenam sebentar lagi dan Aland tahu jika sekarang ia dan Edgar harus pulang. Tapi Aland tidak akan membiarkan Roselie pulang sendirian di hutan ini. "Hari sudah mulai malam aku akan mengantarkan mu pulang."

Roselie baru ingat jika tadi ia bersama Lala, gara-gara dirinya yang penasaran dengan suara harimau tadi ia sampai berlari meninggalkan Lala di hutan. Ia tidak cemas pada Lala yang sendirian di hutan tapi ia cemas dengan dirinya sendiri. Lala sudah bertahun-tahun tinggal di hutan ini dan pastinya Lala bisa pulang ke rumah tapi bagaimana dengan dirinya. Bahkan jika Aland mau mengantarkannya pun ia juga tidak tahu arah jalan pulang.

Edgar yang melihat wajah cemas Roselie pun berpikir jangan bilang jika dia tidak tahu arah pulang

"Kau masih ingatkan jalan pulang ke rumahmu?"

Roselie yang tadinya menunduk mendongakkan kepalanya dan menggeleng. "Roselie lupa, tadi Roselie kesini sama Lala tapi Roselie meninggalkan Lala karena dengar suara harimau tadi." Matanya mulai berkaca-kaca, bagaimana ini?

Edgar langsung marah mendengar penjelasan Roselie. Seharusnya Roselie tidak perlu membahayakan nyawanya hanya karena ingin menolong dirinya dan Aland tadi. Kenapa adiknya ini begitu ceroboh. "Kenapa kau berlari meninggalkan pelayan mu itu jika kau tidak tahu arah jalan pulang. Seharusnya kau tidak perlu sampai dengan sok nya menolong kami. Kami tidak perlu bantuan mu itu. Seharusnya kau pikirkan dirimu sendiri baru orang lain. Kenapa kau begitu ceroboh?"

Percayalah orang lain pun tahu jika kemarahan Edgar ini adalah kemarahan kakak terhadap adiknya. Tapi sepertinya Roselie tidak melihat itu ia menangis karena takut dengan Edgar dan takut tidak bisa pulang.

"Hikss...... Maafkan Roselie, Roselie ceroboh. Hiksss, jadi bagaimana caranya Roselie pulang ke rumah. Farah, Mira, dan Lala pasti khawatir dengan Roselie. Hiksss."

Edgar terkejut, ia tidak bermaksud membuat adiknya menangis. Ia hanya ingin menasehati Roselie agar tidak ceroboh begini. Edgar tidak tahu entah mengapa hatinya sangat sakit mendengar tangisan adiknya.

Aland gelagapan melihat Roselie menangis, ia reflek memeluk Roselie dan mengelus punggung adiknya. "Ssss Roselie tenang ya jangan nangis. Kakak janji akan mengantarkan Roselie pulang. Berhentilah menangis."

Aland melepaskan pelukannya dan menghapus dengan lembut air mata adiknya. "Jangan menangis lagi." Roselie seperti tersihir oleh manik mata hitam Aland dan mengangguk.

Sedangkan Edgar hanya bisa menonton itu semua. Hati dan tubuhnya seolah menyuruhnya untuk menenangkan adiknya itu tapi pikirannya memaksanya untuk tidak melakukan hal itu. Dan Edgar hanya bisa diam dan menonton.

Tiba-tiba teriakan dari seseorang yang dikenal Roselie terdengar jelas di telinganya.

"Tuan putriiiiii! Tuan putriiii dimana? Tuan putriiii."

Roselie tersenyum senang saat tahu itu suara Lala. "Itu.... Itu suaranya Lala, dia pasti mencari Roselie." Dengan cepat ia pergi ke arah suara itu.

Edgar dan Aland juga ikut mengejar Roselie.

Roselie melihat Lala yang membelakangi nya, "Lalaaa, Roselie ada disini."

Lala terkejut mendengar suara Roselie dan berbalik ke belakang. Disana Roselie berdiri dengan wajah senangnya saat tahu itu memang Lala. Begitu juga dengan Lala, di segera berlari ke arah Roselie. Lala bersyukur karena akhirnya bisa menemukan Roselie disini.

Dengan cepat Lala bertanya, "Tuan putri anda baik-baik saja kan? Apa tuan putri terluka? Maaf kan saya tuan putri lagi-lagi saya lalai menjaga tuan putri."

Walaupun Lala sudah menemukan Roselie tapi di tetap khawatir jika Roselie terluka walau sedikit.

Roselie tahu jika Lala khawatir padanya, ia dengan polosnya memutar badannya hingga gaunnya juga ikut terangkat. "Lihat Roselie baik-baik saja kan. Tidak ada luka di tubuh Roselie."

Adikku kenapa sangat imut seperti itu

Lala tertawa melihat kelakuan Roselie, "Iyah tuan putri baik-baik saja, saya khawatir tuan putri kenapa napa."

Lala dan Roselie tertawa bersama entah apa yang mereka tertawakan. Roselie teringat sesuatu dan segera berbalik badan. Ia baru ingat jika tadi ia bersama dengan kakak kesatria nya tapi tidak ada siapapun disini. Roselie menggandeng tangan Lala menuju tempat mereka terakhir bersama. Tapi tidak ada.

Mungkin mereka sudah pergi saat aku lari tadi.

"Tuan putri, kenapa tuan putri membawa saya kesini?"

"Nanti Roselie ceritakan di rumah, ayo kita pulang Lala." Lala mengangguk dan mereka pun berjalan pulang ke rumah.

Dibalik semak-semak Edgar dan Aland bersembunyi menatap punggung adik mereka yang pergi menjauh. Aland tadi ingin menyusul Roselie tapi dicegah oleh Edgar. "Kenapa kau menghentikan ku tadi?" Tanya Aland dengan kesal. Gara-gara Edgar dia tidak bisa mengantar adiknya pulang. Adik? Yah Roselie adalah adiknya.

Edgar tidak menjawab pertanyaan dari Aland dan malah beranjak pergi.

.

.

.

.

.

.

Minggu, 4 Oktober 2020

Hai semua,

Aku mo kasih tau kalau part ini dan part selanjutnya aku bakal ganti nama Sanaya jadi Roselie. Itu karena aku pusing mo tulis Sanaya atau Roselie. Kalau aku tulis Sanaya tapi kan Sanaya ada di tubuh Roselie begitupun sebaliknya jadi aku putuskan buat nulis Roselie aja.

Okeee sudah paham kan?

See u

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!