Club malam sudah menjadi tempat untuk mencari uang bagi Emine. Dengan berpakain seperti preman, Emine mengintai mangsa yang siap untuk di sergap. Sasarannya hanyalah lelaki tua hidung belang yang lemah. Itu bisa memudahkan aksi Emine untuk mendapatkan uang.
Emine membuang permen lolipop yang hanya tersisa stiknya. Dengan senyum sumringah, Emine mengikuti seorang lelaki tua yang baru saja keluar dari klub bersama wanita penghibur yang terlihat cukup muda. Tua dan muda tidak masalah, yang penting isi dompetnya tebal, itulah prinsip dari wanita-wanita berpakaian minim disini.
" Permisi kakek tua,,, " Emine membuka suara ketika keadaan sudah mulai aman dan sepi. Lelaki tua dan perempuan itu menoleh ke belakang dan menatap Emine dengan rasa penasaran.
" Siapa kau?" Kakek tua itu mengerutkan dahinya melihat gadis cantik dengan berpenampilan amburadul.
" Sayang sekali,,, Di usia mu yang hampir punah, seharusnya kau menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat!! Bukannya bermain-main di tempat kotor seperti ini!" Emine berbicara dengan menunjukan senyum meremehkan dan terlihat mengesalkan.
" Aku tidak punya urusan denganmu." Kakek tua mengabaikan Emine dan terus berjalan sambil memegang pinggang wanitanya.
" Haiii kakek tua,,, kau tidak bisa pergi semudah itu!!"
Kakek tua yang tadinya pergi beberapa langkah, kini berhenti dan membalikan badan karena rasa pensaran dengan gadis yang berdiri di belakangnya. " Apa yang kau inginkan?"
" Berikan aku uang!! Aku sangat lapar,, berikan aku beberapa saja!! Tidak usah banyak-banyak!!"
" Lihatlah gadis tidak tau malu ini!!" mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Kau baru saja menghinaku tapi sekarang kau melakukan hal yang lebih buruk. Apa kau ingin merampok ku hah?"
" Aku tidak merampok, lagi pula setidaknya kau melakukan hal baik jika memberi ku uang"
" Tidak semudah itu!! Aku akan memberi mu uang, tapi kau harus melawan ku!! Minimal kau harus bisa memukul ku walau hanya 1 kali"
Mendengar perkataan Kakek tua, Emine tertawa geli. Bagaimana bisa ia menyakiti kakek tua yang hanya sekali pukulan langsung rontok. " Baiklah,,, tapi jika kau terluka jangan salahkan aku!!"
Kakek tua hanya tersenyum mendengarnya.
" Sayang kau minggir dulu!! Aku harus memanaskan ototku,,, muachhh,,,"
Emine merasa sangat jijik melihat kakek ini mencium wanitanya. Sungguh membuat mual. Emine melayangkan sebuah pukulan sebagai pembuka babak. Ilmu bela diri Emine cukup bisa diandalkan.
" Syutttt,,,,plank,,,bakkk,,, ting,,, tang,,, plok,,, syut,,, aghhh,, gedebrakkk,,, " Kira kira begitulah bunyi pertarungan antara seorang gadis dan kakek tua.
" Plankkk,,,, Aghhhh,,, " Emine meringis kesakitan ketika kakek tua menyentil dahinya. Setiap pukulan bisa di tangkis dengan mudahnya oleh kakek tua. Bahkan Emine menerima beberapa pukulan kecil di kepalanya. Jika kakek itu ingin, bisa saja ia memukul Emine dengan sungguh-sungguh tapi ia seperti tidak ingin melukai Emine.
Nafas Emine sudah memburu-buru, jantungnya berdetak cepat, keringat mengucur deras, lelah sudah Emine. Sedangkan kakek tua di sebrang sana,tertawa terbahak bahak melihat kondisi Emine yang kuwalahan.
" Siapa nama mu? " Kakek tua menghampiri Emine dan mendekatinya.
" Emine"
" Sepertinya kau gadis yang penuh tekad. Dimana rumah mu?"
" Aku tinggal di panti asuhan"
" Wahhh pantas saja,,, Ini ambil lah!! " Kakek tua memberikan sejumlah uang yang cukup untuk hidup seminggu.
" Kenapa kau memberi ku uang dengan cuma-cuma?"
" Aku hanya ingin menghargai perjuangan mu yang sia-sia itu. Oh ya,,, aku ingin menawarkan pekerjaan yang cocok untuk mu!! Jika berminat hubungi aku!!" Kakek tua memberikan nomor ponselnya dengan senyum yang penuh maksud.
Emine yang melihat senyum itu pun fikirannya mulai melayang-layang. " Cihhh,,,, Aku tidak sudi menjadi wanitamu,,, dasar kakek tua mesum. Menjijikan cihhh,,,," Teriakan jengkel Emine yang nyaring di telinga.
" Aku lebih tidak sudi dengan gadis berandal seperti mu. Pikirkan baik-baik!! Pekerjaan ini cocok untuk mu" kakek tua membalas perkataan Emine sambil terus berjalan dan mengedipkan salah satu matanya dengan centil.
" Ahh,,, sial,, aaaa,, sial sial sial,,," Emine menghentak-hentakan kakinya, mengacak rambutnya dengan kesal. Bagaimana ia bisa di kalahkan dengan kakek tua hidung belang yang seharusnya ia rontokan tulangnya dengan sekali pukulan. Lupakan tentang pukulan, bahkan Emine tidak bisa menyentuh ujung rambutnya.
*
*
*
*
Sudah 3 hari Emine memikirkan tawaran dari kakek itu. Melihat keadaannya sekarang membuat Emine sangat mempertimbangkan tawaran tersebut. Banyak yang bilang jika ingin ada perubahan dalam hidup kita, maka kita harus berani melihat dan menginjak dunia luar.
" Hallo,,,"
" Ohoo,,,, apa kau sudah mempertimbangkan tawaran ku dengan baik?"
" Kau tau ini aku?"
" Itu tidak penting!! Sekarang katakan apa yang ingin kau katakan!! Aku tidak punya banyak waktu."
" Ehemmm,,, aku ingin menanyakan tentang pekerjaan yang kau tawarkan"
" Maaf nona, tapi aku tidak akan memberitahu mu. Aku akan memberitahu jika kau sudah menerima tawarannya"
" Haii kakek tua,,, bagaimana bisa aku mempertimbangkan jika kau tidak memberitahu pekerjaannya. Ahhhh kau sudah tak punya logika, otak mu sudah kadaluwarsa." Emine masih saja menyempatkan untuk menggrutu.
" Terserah!!!"
" Apa??" jawab Emine dengan nada kesal.
" Dengar!! Aku tidak akan memberimu kesempatan kedua. Semua terserah padamu!! Dan sekarang kau harus mengatakan keputusan mu. jika tidak kau tidak akan bisa lagi menghubungi ku setelah ini" Kali ini kakek tua berbicara dengan serius.
Emine diam sebentar. Setelah kejadian itu, Emine tidak diterima bekerja dimanapun meski itu hanya di sebuah kedai kecil. Dia juga tidak punya ijazah untuk melamar pekerjaan di kantor-kantor. Emine juga butuh waktu 2 tahun lagi untuk bisa keluar dari tempat terkutuk ini kecuali ada yang mengadopsinya dengan suka rela.
" Kenapa diam?" keadaan yang tiba-tiba membisu membuat kakek tua membuka suara.
" eeeee,,,, tidak,,tidak" jawab Emine dengan gegabah.
" baiklah jika kau tidak mau"
" Tidak,,Tidak,,, bukan itu maksud ku. Eeeee,,, aku menerima tawaran mu. Aku sudah memikirkannya."
" Wahhh,,,, itu keputusan yang tepat. Apa kau tidak akan menyesali keputusan mu ini?"
" Kita lihat saja nanti!! Apakah aku akan menyesalinya atau tidak" Emine mengambil keputusan itu bukan tanpa sebab. Jika ia tetap disini maka hidupnya akan berkutat dizona neraka. Tapi jika ia berani melangkah keluar, setidaknya ada sedikit harapan meski tidak menutup kemungkinan Emine akan terjatuh ke lubang buaya.
" Baiklah,,, tapi satu hal yang bisa aku pastikan bahwa pekerjaan ini akan membuat perubahan besar dalam hidup mu." Kakek tua berbicara dengan nada yang misterius.
" Tapi tidak gampang untuk keluar dari panti asuhan ini. Bagaimana caranya keluar dari sini?"
" Kau tidak usah memikirkan itu!! Sekarang kau kemasi seluruh barang mu dan besok pagi kita akan memulai duni baru."
" Tapi,,,, tut,,,tut,,,tut,,," Suara Emine yang terpotong oleh nada ponsel yang sudah ditutup sepihak.
"Dasar kakek tua. Menyebalkan"
" Apa kau sedang menelfon kekasihmu hingga kau bicara begitu lamanya? Kau pikir telfon itu geratis? Telfon itu digunakan hanya untuk hal-hal yang penting, bukan untuk menghubungi pacar mu Emine" Alev tiba-tiba memarahi Emine yang baru saja menutup telfon.
" Ohhh sorry,,,, but I don't care" Emine mengacuhkan sekaligus meremehkan Alev dengan kata-kata yang tidak terlalu panjang lalu pergi meninggalkannya begitu saja dengan mengibaskan rambut panjangnya ke arah wajah Alev.
Alev yang menerima perlakuan tidak sopan itu pun wajahnya langsung memerah menahan amarah. Alev selalu berdoa agar ada yang mengadopsi Emine atau semoga orang tuanya datang untuk mengambil putri yang sudah menjadi musuh bebuyutan Alev.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
trbukti ancaman Emine bs bkin Alev tak brkutik...& Alev tdk bs brbuat smena2 lg pdnya.Posisi Emine mmbuatnya sdikit bs brnafas lega...😉
2020-11-05
1
Bilkis😉
lanjut thor
2020-04-27
0
guest1053126236
yes.. next up
2020-04-13
1