Sudah 2 hari pria yang bekerja di bagian kasus kriminal itu bermimpi dari tidur panjangnya. Ketika ia sadar, matanya mencoba memfokuskan pandangan yang kabur.
" Ahhhhh,,,," Meringis kesakitan memegangi kepala yang sudah di perban. Saat pandangannya mulai membaik, dilihatnya seorang wanita tertidur dengan menggunakan punggung tangan sebagai bantal di sampingnya.
" Kau sudah sadar." Wanita itu terbangun karena merasakan pergerakan di tempat tidur yang hanya berukuran 1x2 meter.
" Apa yang kau lakukan disini?" tatapan tidak suka terlihat di mata Okan.
" Biar ku bantu." Serin nama wanita itu, ingin membantu Okan yang ingin bersandar di kepala ranjang.
" Tidak usah!!" Namun tangan Serin ditepisnya, hingga membuat Serin menarik tangannya kembali dengan perasaan sedih dan canggung.
" Kau sudah 2 hari tidak sadarkan diri, jadi aku datang untuk merawat mu." Jawabnya untuk pertanyan Okan. Serin mencoba untuk terlihat baik-baik saja meski ia tahu pria yang ia cintai begitu membencinya.
" Pergilah!! Aku tidak butuh bantuan mu." Okan tidak perduli dengan ucapannya yang membuat wanita yang sudah merawatnya mungkin sedang menahan sakit hati.
" Biarkan aku disini untuk sementara!! Kau masih sangat lemah. Luka mu belum sembuh." Walaupun di usir secara terang-terangan, Serin tetap tidak perduli karena sudah terbiasa akan sikap Okan yang sering melukai hatinya. Meski sebenarnya keduanya sama-sama terluka.
" Apa jika kau ada disini, luka ini bisa sembuh?" Okan menatap Serin dengan sorot mata penuh akan kekecewaan. Serin bisa mengerti bahwa luka yang Okan maksud adalah luka yang pernah Serin goreskan di hati, mata, dan ingatan.
" Aku tidak yakin bisa menyembuhkannya, tapi aku ingin mencoba membuatnya lebih baik agar lukanya tidak terlalu sakit." Ujar wanita itu mencoba meyakinkan.
" Semakin lama kau disini, maka luka ini akan semakin memburuk. Aku mohon pergilah!!" Sekali lagi Okan mengusir Serin namun pandangannya ia lempar ke arah jendela. Okan tidak sanggup menatap wajah wanita yang dulu pernah mengisi hatinya.
" Maafkan aku!!! Maaf, aku tidak tau bahwa kehadiranku hanya memperburuk lukamu. Aku pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik!!!" Serin pergi setelah mendengar ucapan Okan yang seperti memberi hantaman keras di hati. Di usapnya air mata dengan kasar ketika sudah berada di luar kamar.
" Nona Serin, kau kenapa?" 2 orang polisi yang sedang duduk mengobrol, datang menghampiri Serin yang baru saja keluar.
" Tidak apa-apa. Okan sudah siuman, pergilah panggilkan dokter untuknya!!" kedua polisi itu langsung menyebar membagi diri meninggalkan Serin. Yang satu pergi memanggil dokter dan yang satu langsung masuk ke kamar menemui Okan.
" Hanya karena kau adalah ketua, apa kau bisa memutuskan apa yang akan dilakukan?" Salah satu rekan Okan langsung mengomel kepada Okan yang kini menatapnya malas.
" Sangat berbahaya melakukan pengejaran sendiri. Seharusnya kau memberi tahu kami!!" Pria yang berstatus sebagai anggota itu tidak perlu berbicara formal karena mereka sudah seperti saudara.
" Berhentilah berbicara!! Kepalaku semakin sakit mendengar ocehan mu!! Rasanya mau pecah." Keluh Okan.
" Aku seperti ini karena menghawatirkan mu bodoh. Aishhh,,,," Umpatnya semakin kesal.
" Tapi, " duduk di samping Okan dengan wajah yang serius ." ada yang aneh. Kami tidak bisa menemukan orang yang sudah menghubungi ambulan. Nomor yang digunakan untuk menghubungi pihak rumah sakit tidak bisa dilacak, sepertinya itu nomor ilegal. Menurutmu siapa lagi orang yang ada di tempat kejadian selain kau dan penjahat itu?" Tanyanya dengan wajah penasaran.
Okan memutar memori di otaknya.
" Saat kejadian itu terjadi, seorang wanita datang menyelamatkan ku." Perlahan mengingat lalu menceritakannya kembali.
" Benarkah?"
" Ya,,,, Aku masih ingat meski kepalaku sudah terasa sangat berat. Dia tiba-tiba datang dengan menembakan peluru ke atas lalu mengancam pembunuh itu yang ingin menusukku. Dan akhirnya penjahat itu kabur karena wanita itu mengancamnya dengan pistol. Tapi ada yang lebih aneh, dia berbicara kepada seseorang padahal hanya ada kami berdua saat itu."
" Dia membawa pistol? Apa dia juga orang jahat?"
" Sepertinya bukan, bahkan dia menghawatirkanku saat seseorang yang dia ajak bicara menyuruhnya pergi."
" Wahh,,, ini bisa menjadi petunjuk. Katakan bagaimana wajah wanita itu!! Aku akan segera mencarinya."
" Aku tidak tau. Dia memakai kaca mata dan masker di wajahnya. Penampilannya juga sangat aneh, dia memakai pakaian serba hitam." Tuturnya melengkapi cerita.
" Itu sudah pasti dia adalah penjahat. Bukankah sebagian besar pembunuh,pencuri dan yang lainnya menggunakan pakaian serba hitam?"
" Bukankah polisi yang sedang melakukan pengintaian di malam hari juga menggunakan pakaian hitam?" Tanya Okan yang berhasil membuat temannya ragu.
" Apa maksudmu dia adalah polisi wanita?"
" Bukan itu maksudku. Kita tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah penjahat hanya karena penampilannya!! Aku juga tidak tau siapa dia. Yang jelas dia adalah seorang wanita." Ujarnya menyimpulkan. " Apa kau sudah memeriksa cctv yang ada di sana?"
" Sudah. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada satu pun kamera disana." Beranjak dari kursi menuju sofa. " Sekarang sudah tidak ada lagi petunjuk, Astaga aku ingin sekali menangkap pembunuh itu dan beristirahat untuk sementara waktu." Dengan wajah penuh keletihan, Murat yang sedari tadi berbincang dengan Okan berharap mendapat petunjuk tentang kasus yang ia tangani, sekarang duduk di sofa, menyandarkan punggungnya yang terasa pegal, melipat kedua tangan diatas perut lalu menutup mata.
Dengan wajah yang begitu penasaran, Okan mencoba mengingat lagi kejadian itu. Namun pikirannya hanya tertuju pada wanita yang menyelamatkannya.
" Suaranya, sperti aku pernah mendengar. Tapi dimana? Siapa wanita itu?"
" Berhentilah memikirkannya!!! Tadi aku melihat Serin menangis, kau apakan dia?" Murat yang belum benar-benar tertidur, bisa mendengar Okan yang berbicara sendiri.
" Dia menangis?" Okan melempar pandangannya kearah pria yang menyebut nama wanita yang 20 menit lalu telah ia usir.
" Kenapa? Apa sekarang kau mulai menghawatirkannya?" Murat membuka matanya kembali membalas pandangan Okan yang nampaknya memikirkan sikapnya yang terlalu keterlaluan. " Maafkan saja dia!! Lupakan semua kesalahannya di masa lalu!! Manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Aku tau kau masih mencintainya."
" Aku tidak bisa melupakan semua itu dengan mudah. Meski aku menginginkannya, tetap saja tidak bisa." Dengan tatapan kosong ke arah jendela Okan membalas ucapan Murat.
" Terserah kau saja!! Sebagai kawan yang baik, aku hanya bisa memberi mu saran." Kembali lagi menyandarkan punggungnya dan tertidur.
*
*
*
Fifan merasa cemas dengan uang sekolah cansu yang tak bisa ia bayar. Pagi ini ia pergi kesekolah Cansu untuk membicarakannya. Belakangan ini Dicle hanya memberi sedikit uang dengan alasan di tempat ia bekerja sekarang sedang mengalami kerugian.
" Nyonya Fifan maaf membuat mu menunggu lama." Wanita yang menyandang sebagai kepala sekolah disini baru saja selesai rapat. " Ada apa Nyonya kemari?"
" Saya kemari ingin membicarakan masalah uang sekolah Cansu." Berbicara sedikit ragu.
" Iya,,, katakan saja!!"
" Begini, saya tidak bisa membayar uang sekolah dalam waktu bulan ini. Jika diperbolehkan bisa pembayarannya di undur lagi?" Sudah sering Fifan meminta keringanan dari pihak sekolah dan kali ini dengan terpaksa ia harus meminta keringanan lagi. " Saya berjanji akan segera melunasinya." Ucapnya mencoba meyakinkan.
" Maaf, saya tidak mengerti dengan apa yang Nyonya katakan. Bukankah Biaya sekolah Cansu sudah anda lunasi kemarin? Bahkan Cansu juga ikut Tur ke luar kota. Bukan hanya itu, Uang sekolah Cansu juga sudah di bayar untuk 6 bulan kedepan." Kepala Sekolah menjelaskan semuanya kepada Fifan.
" Tapi saya belum membayarnya. Nyonya tau sendiri kemarin saya tidak kesini."
" Jadi seperti ini Nyonya. Kemarin ada seorang wanita yang menelfon saya dan menanyakan semua tentang biaya sekolah Cansu. Tidak lama kemudian ia membayar semuanya lewat transfer. Saya kira itu Nyonya."
" Seorang wanita?" Fifan sangat bingung dengan semua ini. Ia mencoba mencari tau siapa yang membantunya. Tapi Fifan tidak punya kerabat atau seseorang yang kaya hingga mampu membayar uang sekolah anaknya bahkan untuk 6 bulan kedepan. " Bisa saya minta nomor ponselnya?"
" Tunggu sebentar!! Ini nomornya Nyonya." Memberikan kertas berisi nomor.
Tanpa berfikir lagi, Fifan mengambil ponselnya, memasukan angka satu persatu dengan teliti lalu menekan tombol panggilan. Wajahnya menunjukan kesiapan untuk merespon siapa pun yang mengangkat telfonny. Namun raut wajah Fifan berubah ketika yang menjawab panggilannya adalah operator.
" Nomornya tidak aktif." Kembali menurunkan ponsel dari telinganya.
" Tapi baru kemarin dia menghubungi ku dengan nomor itu." Ujarnya tanpa ragu.
" Apa semua ini Emine yang melakukannya? Jika ia, pasti dia pernah menemui Cansu." Gumam Fifan dalam hati lalu pergi dari ruangan itu. " Kalau begitu terimakasih atas informasinya Nyona. Saya pergi dulu."
Karena sekarang Fifan berada di sekolah Cansu, ia memutuskan untuk menunggu Cansu pulang. 20 menit menunggu di bawah pohon, gadis kecil dengan tas ping berbie berteriak dari tangga.
" Ibu,,,,," Cansu lari ketika melihat ibunya di bawah pohon. " Ibu kesini untuk menjemput Cansu?" Tanya gadis cantik itu dengan semangat.
" Iya sayang,,,," Tersenyum manis dengan meletakan tengannya dia atas kepala Cansu. " Cansu,,, ibu ingin bertanya, Apa kakak Emine pernah datang kesini menemui mu?"
" Tidak ibu. Kakak tidak pernah datang kesini menemui Cansu." Jawabnya dengan wajah polos.
" Kau tidak berbohong kan? Kau tidak menyembunyikan sesuatu dari ibu?"
" Cansu tidak berbohong." Mendengar suara polos Cansu membuat Fifan yakin.
" Biaklah sayang, ibu percaya padamu. Tapi, jika kakak datang menemui mu katakan pada ibu!!"
" Apa ibu merindukan kakak?" Pertanyaan dari putrinya membuat Fifan merasa sedih. Kembali lagi ia mengingat Emine yang bahkan ia tidak tau keberadaannya sekarang.
" Sayang, ayo pulang!! Ibu sudah memasakan makanan kesukaanmu." Fifan mengalihkan pembicaraan. Ia merasa tidak pantas merindukan Emine setelah ia menyakiti hati putri sulungnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Istri pertama
Beda dari yang lain, suka sama novelnya
2023-01-16
1
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
jd gk sbr...Emin ktemu dg Okan lg & saling mengenali..bayangin sj dk sneng bnget...💕💕💕💕💕
2020-11-06
1
Fitri Wulandari
ah... ternyata udah ketemu ya mereka Thor... walaupun si Emine sedikit lupa siapa yg ditolong...
2020-04-23
0