Ditengah hujan yang deras, kilat petir menyambar membuat silau mata yang memandangnya. hujan yang tiba-tiba turun membangunkan aroma tanah yang telah lama tak tersentuh oleh uapan air laut. Suara percikan air yang mendarat di tanah, pepohonan dan atap rumah yang terbuat dari seng itu semakin membuat suasana panti asuhan semakin mencengkam.
" Berikan kami makanan yang layak!! kami bukan anjing, kami bukan kucing jalanan ataupun tikus kecil yang menjijikan" Suara risih anak-anak panti asuhan yang memenuhi ruangan mengalahkan suara gemuruh hujan.
" Sialan,,, cepat bubarkan mereka!! suruh mereka masuk ke kamarnya!! kepalaku sudah hampir pecah" Perintah Alev kepada kedua perempuan yang merupakan asisten pribadi dan sekertarisnya.
" Maaf Nyonya,,, kami sudah mencoba membubarkan mereka, tapi setelah kami bubarkan, mereka akan berkumpul kembai dan seterusnya seperti itu" Sekertaris Alev berbicara dengan menundukan kepala yang menandakan bahwa mereka sudah kuwalahan menghadapi anak-anak.
" Brakkkk,,,,,," Berdiri dengan memukul meja kerja. Alev mengambil sebuah tongkat golf yang selalu diletakannya di samping lemari tempat penyimpanan berkas-berkas. Wajahnya sekarang sudah mirip iblis dengan amarah yang menggebu-gebu siap menghantarkan semua orang-orang di luar ruangannya menuju neraka.
" Nyonya apa yang akan kau lakukan?" Sekertaris Alev mencoba menghentikan nyonyanya yang nampaknya akan mengamuki anak-anak dengan tongkat golf.
" Minggir!!" Menghempaskan badan sekertarisnya hingga mundur kebelakang.
" Tempyankkk,,," Satu pukulan tongkat golf diarahkan tepat pada vas bunga yang membuat suara anak-anak terhenti.
Tanpa berfikir panjang, Alev melayangkan pukulan ke berbagai arah, mengamuk seperti kerangsukan dan hampir mengenai anak-anak.
" Apa kalian ingin mati hah? dasar kalian anak-anak tidak tau diri. Berani-beraninya kalian membrontak dan membuat kepalaku hampir pecah dengan suara bising kalian. Sekarang kemarilah!! akan ku pecahkan kepala kalian satu per satu." Itulaha yang dikatakan Alev sembari menari-nari dengan tongkat golfnya dengan arah yang tidak jelas.
Amukan Alev yang seperti singa kelaparan itu sukses membuat semua peserta demo ketakutan setengah mati. Seketika mereka semua langsung berhamburan dan menghilang dari tempat itu. Tapi sepertinya ada yang tertinggal dari salah satu anggota mereka.
" Maafkan aku nyonya,,maafkan aku " Suara gadis dengan tubuh gemetar, peluh yang bercucuran ketika Alev mendekatinya.
" Siapa dalang dari semua ini? apakah gadis itu lagi? " Alev kini ikut menyetarakan tubuhnya dengan gadis yang berjongkok di pojok ruangan dan menatap gadis itu dengan bola mata maju ¹/4 cm.
" Kami hanya mengikuti saran dari kakak Emine nyonya,,, aku mohon jangan hukum aku!!"
" Lalu dimana Emine sekarang?"
" Aku tidak tau nyonya "
" Cepat cari Emine dan segera bawa keruangan ku!!" Alev membalikan badannya lalu pergi keruangan setelah memberi perintah kepada 2 orang yang selalu setia dibelakangnya.
*
*
Setelah mempengaruhi semua anak-anak panti asuhan untuk melakukan protes, Emine malah duduk santai di dekat jendela di sebuah gudang. Gudang itu terletak di lantai paling atas yang kini membuat matanya bisa menatap luas lampu-lampu kota yang menyala menghiasi kota Istanbul. Gudang adalah salah satu tempat favorit Emine untuk menyendiri. Dari sana Emine bisa menerka-nerka letak rumah kecilnya yang dulu merupakan tempat untuk Emine berlindung.
" Kreooottt,,," Suara pintu tua yang dibuka secara perlahan. Refleks pandangan Emine menuju ke arah sumber suara. 2 orang wanita menggunakan rok yang memperlihatkan bentuk tubuh dengan riasan tebal diwajahnya sudah berada di ambang pintu.
" Disini kau rupanya Emine" salah satu dari mereka membuka suara saat melihat Emine duduk di dekat jendela. " Kau ini membuat pekerjaan kami bertambah saja. Nyonya Alev sudah menunggu mu diruangannya, jadi cepatlah turun!!" Emine segera turun dari tempatnya dan kedua wanita itu mendekati Emine lalu memegang kedua lengan Emine. Emine tau apa yang akan terjadi dan apa yang harus ia lakukan.
" Cihhh,,, lepaskan tanganku!! aku bukan tahanan." Emine menghempaskan lengannya yang membuat kedua wanita itu melepaskan pegangan mereka. " Kalian berdua sama menjijikannya dengan wanita tua itu" Emine berjalan beberapa langkah didepan kedua wanita itu yang tetap mengikutinya dari belakang sampai tiba di ruangan Alev.
" Prookk,,,Proookkk,,,Prookk,," Suara tepuk tangan berhiaskan senyum sumringah yang memuakkan hati sudah menyambut Emine.
" Bagus sekali Emine,,, bagus sekali,,!! Kau memasukan semua teman mu ke kandang singa lalu kau sendiri lari ke kandang kelinci. Jika kau takut dihukum, seharusnya kau diam dikamar mu dan tidur dengan cantik!!" Emine hanya diam tidak merespon satu pun perkataan Alev.
" Sebelum aku melanjutkan permainan ku, aku ingin bertanya padamu. Sebenarnya apa yang kau inginkan dari semua ini? mengapa kau selalu membuat onar?" Alev menatap tajam mata Emine, tapi Emine tidak pernah takut dengan tatapan itu. Ia malah menatap balas 100 kali lipat lebih tajam dari Alev.
" Agar kami diperlakukan layaknya seperti manusia" Emine menjawab dengan santai tapi penuh makna.
Mendengar ucapan Emine, Alev tertawa dengan geli. Suara tawanya sangat mirip seperti penyihir. Sungguh menyeramkan suara tawa itu.
" Emine,,Emine,, kau itu bodoh sekali. Kalian semua termasuk kau" Alev mengarhkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Emine. " Kalian semua sudah dibuang oleh orang tua kalian sendiri seperti membuang anak kucing yang tak berguna dan kau berharap untuk diperlakukan seperti ratu disini? itu membuatku geli Emine" Alev berbicara dengan nada mengejek sekaligus merendahkan.
" Menggelapkan dana pemerintah yang di sumbangkan untuk panti asuhan ini sebesar 50% setiap bulannya untuk biaya sekolah anakmu di luar negri. Aku sudah muak merahasiakan hal ini. Apakah perlu aku buang ke media agar menjadi siaran utama di berita Nyonya Alev? " Wajah Emine yang sedari tadi datar tidak menunjukan eksperi apapun kini tersenyum seperti mendapatkan 1 poin menuju kemenangan. Sedangkan orang yang ada di hadapannya yang sedari tadi tak henti-hentinya bicara dengan mulut yang begitu ringan kini bungkam dan jika diperhatikan mulai bergemetar. Matanya menatap tidak percaya, wajahnya yang cerah berubah pucat pasih. Tak lupa dengan kedua bawahannya yang sama kagetnya dengan Alev. Bagaimana tidak kaget jika mereka berdua turut ambil alih dalam penggelapan dana pemerintah.
" Plaakkkk,,," Tamparan keras mendarat di pipi kiri Emine yang membuatnya kini terpaksa menoleh ke arah kanan. Emine tidak merintih kesakitan ataupun merasa takut, ia semakin tersenyum lebar setelah menerima tamparan di wajah cantiknya.
" Kau tersenyum? Ada apa dengan otak mu Emine? " Alev tidak mengerti hal apa yang memenuhi otak gadis yang baru 2 tahun menghuni panti asuhan miliknya.
" Aku menyukai kekerasan " Jawaban yang singkat untuk membuat semua mata tertegun dengan ucapannya.
" Gadis gila ini,,, Apa semenjak kejadian itu kau menjadi gila Emine?"
Kejadian itu, Emine tersenyum. Kejadian 1 tahun lalu yang membuatnya dikelurkan dari sekolah dan tidak diterima lagi disekolah manapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangatt
2020-05-10
0
ItsKatie TheMaster
seruuu novelnya
2020-04-27
0
Bilkis😉
seru
2020-04-25
0