Drrtt ... drrtt ...
Ponsel Risa bergetar cukup lama, saat ini Risa sedang mandi sehingga dia tidak mengetahui kalau ponselnya sedang ada panggilan.
Setelah sepuluh menit Risa selesai mandi lalu dilanjutkan dengan sholat subuh. Saat melipat mukena, Risa mendengar ponselnya berdering. Dia segera membuka ponselnya dan ternyata Adit sedang melakukan panggilan padanya.
Adit : "Assalamualaikum Risa"
Risa : "Waalaikumsalam kak Adit"
Adit : "Pagi Sa, sudah bangun ya?"
Risa : "Alhamdulillah sudah kak, sudah mandi dan sholat subuh juga"
Adit : "Wah, kamu memang gadis yang rajin ya"
Risa : "Biasa saja sih kak, karena memang sudah terbiasa dari kecil. Kak Adit sudah sholat?"
Adit : "Belum, sebentar lagi. Tadi baru bangun terus telpon kamu"
Risa : "Oh, ya sudah sekarang kak Adit sholat subuh dulu saja, nanti keburu habis waktunya"
Adit : "Siaaappp"
Risa : "Hahaha... ada-ada saja kak Adit"
Adit : "Seneng deh dengar kamu tertawa begitu. Pasti kelihatan makin cantik"
Risa : "Hadeeuuhhh ... pagi-pagi sudah gombal nih!"
Adit : "Aku tutup dulu ya telponnya. Mau sholat dulu ya"
Risa : "Iya kak, silahkan"
Adit : "Assalamualaikum"
Risa : "Waalaikumsalam"
Setelah mendapat telpon dari Adit, nampak senyum Risa tersungging di bibirnya.
Risa melanjutkan aktivitasnya, menyiapkan sarapan pagi di dapur membantu ibunya. Dia memeluk ibunya saat sedang menyiapkan makanan di atas meja makan.
"Eh, tumben Neng senyum-senyum sendiri sambil peluk ibu? Aya naon si Neng ini?" tanya Bu Yana pada anak gadisnya.
"Tidak ada apa-apa Bu. Masa memeluk saja tidak boleh sih?" ucap Risa sambil mengerutkan mulutnya.
"Idih, ambekan nih anak ibu. Nggak biasa-biasa nya aja. Ya sudah, panggil bapak suruh sarapan dulu atuh Neng," ucap Bu Yana.
"Siap ibu komandan !" jawab Risa sambil melakukan gerakan hormat seperti pasukan.
Bu Yana hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Risa pagi ini. Tak terasa anak gadisnya sudah mulai dewasa, tapi Bu Yana belum pernah melihat Risa mengenalkan teman laki-laki padanya selama ini.
Tak lama kemudian Risa masuk sambil menggandeng tangan bapaknya dan mempersilahkan bapaknya duduk di meja makan.
"Lapor, target sudah diciduk dan diamankan. Laporan selesai !" ucap Risa di depan ibunya layaknya seorang anak buah yang melapor pada komandannya. Maklum Risa dulu selama sekolah dan kuliah selalu aktif menjadi pasukan paskibra.
Pak Budi dan Bu Yana cuma melihat tingkah anaknya ini dengan bengong tidak mengerti. Berkali-kali Bu Yana memijit keningnya yang tidak merasa sakit itu.
"Neng, kamu salah obat ya?" tanya pak Budi pada anaknya.
"Ih si Bapak, kok ngomongnya begitu?" tanya Bu Yana pada suaminya.
"Obat apa sih pak, Risa mah sehat-sehat saja kok !" kata Risa protes.
"Itu tingkah kamu ada-ada saja Neng. Ayo kita sarapan, nanti nak Sally keburu menjemput kamu !" perintah pak Budi.
"Iya bapak, nih Risa juga mau makan kok," ucap Risa sambil mengambil piring dan nasi.
Setiap hari keakraban di keluarga ini selalu diperlihatkan, mereka bertiga sudah seperti orang tua dengan anak tapi berasa teman. Risa selalu bercerita tentang apa saja pada kedua orang tuanya.
"Bapak kok belum libur?" tanya Risa pada bapaknya sambil menunggu kedatangan Sally.
"Belum, nih bapak lagi sibuk untuk penerimaan raport semester, mungkin dua minggu lagi bapak libur karena sekolah juga akan libur," kata pak Budi.
Risa memang bangga mempunyai bapak yang berprofesi sebagai guru, beliau memang layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru bukanlah sebagai pekerja, tapi guru sebagai profesi. Yang dimana profesi itu sangat mulia kedudukannya. Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, karena tugas dari guru ialah mentransferkan ilmu pengetahuan yang mereka punya kepada murid-muridnya. Bukan hanya itu, tugas dari guru juga membagi pengalaman-pengalamannya yang berharga, maupun penanaman nilai budaya, moral, dan agama. Guru juga bertugas sebagai motivator.
Risa merasa seperti sekarang ini juga berkat dari didikan bapaknya sejak dia kecil. Pak Budi mendidik anaknya menjadi anak yang cerdas dan mandiri. Sampai sekarang pun Risa tidak ingin merepotkan orang tuanya dalam membiayai kuliahnya hingga lulus.
Tin ... tin ...
Bunyi klakson mobil Sally sudah terdengar. Risa berpamitan pada kedua orang tuanya untuk berangkat kerja.
"Pak, Bu, kami berangkat dulu ya. Assalamualaikum," ucap Risa dan Sally.
"Waalaikumsalam, hati-hati kalian di jalan ya !" pesan pak Budi.
Mobil Sally sudah berjalan menuju jalan raya. Hari ini mereka berdua sudah siap dengan segala aktivitasnya.
"Sal, kamu tahu tidak?" tanya Risa memandang wajah sahabatnya itu.
"Belum, kan kamu belum cerita," jawab Sally sambil terus memandang lurus ke jalan raya.
"Mau dengar cerita aku nggak?" tanya Risa lagi.
"Mau cerita apa sih?" tanya Sally balik.
"Semalam aku tuh susah tidur Sal, mata sudah aku pejamkan tapi masih saja tidak bisa tidur," cerita Risa.
"Terus?" tanya Sally lagi.
"Tadi pagi kenapa ya aku serasa gemetaran, jantung juga rasanya berdegup kencang?" lanjut Risa bercerita.
"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan sampai-sampai kamu merasa seperti itu? Apakah semalam dan tadi pagi kamu baru saja melakukan aktivitas olahraga?" tanya Sally penasaran.
"Tidak, aku tidak sedang berolahraga saat itu," ucap Risa mengoreksi kata-kata Sally.
"Lalu apa sudah kamu lakukan?" Sally semakin dibuat penasaran.
"Semalam kak Adit kirim pesan ke aku, mengucapkan selamat malam dan selamat tidur. Terus tadi pagi dia telpon aku mengucapkan selamat pagi ..." jawab Risa malu-malu dan pipinya berubah menjadi merah muda.
Sally melihat perubahan ekspresi wajah Risa menjadi tertawa, "Hahaha ... ya ampun Risa ..."
"Kenapa malah tertawa, ada yang lucu?" tanya Risa penasaran.
"Iya, kamu yang lucu !" jawab Sally sambil masih tertawa.
"Memang kenapa?" Risa memandang Sally minta jawaban.
"Apa baru kali ini kamu dapat pesan ataupun telpon dari seorang laki-laki Sa?" tanya Sally.
"Nggak juga sih Sal, kalau bapak lagi telpon aku, aku nggak merasa seperti ini," jawab Risa polos.
"Ya iyalah Sa, itu kan bapakmu. Maksudku dari laki-laki lain yang single begitu?" Sally semakin ingin tertawa saja melihat tingkah Risa.
"Hmmm ... Saat aku kuliah dulu, banyak tuh anak-anak yang nelpon aku tapi aku tidak merasakan apa-apa, biasa saja Sal," kata Risa sambil mengingat-ingat lagi.
"Oh, aku tahu ..." ucap Sally.
"Tahu apa Sal?" tanya Risa.
"Kamu pasti sedang falling on love ya?" tebak Sally.
"Ah, mana mungkin? Maksudmu aku jatuh cinta pada kak Adit?" tanya Risa sambil mengerutkan keningnya.
"Mungkin saja," jawab Sally singkat.
"Aku kan baru saja kenal sama dia, mana mungkin bisa jatuh cinta. Apalagi bukannya dia sudah punya kekasih?" kata Risa meyakinkan sahabatnya itu.
"Mana aku tahu dia punya kekasih atau belum, tapi yang pasti setiap dia mengirim pesan atau telpon kamu merasa deg-degan kan?" ucap Sally heran kalau sahabatnya ini ternyata baru kali ini merasa jatuh cinta.
"Iya Sal," jawab Risa singkat.
"Nah itu tandanya kamu sedang jatuh cinta Risa, hahaha ..." Sally kembali tertawa membuat Risa menjadi bertanya-tanya sendiri apakah benar ini yang namanya jatuh cinta.
Tak terasa Sally sudah mengarahkan setir mobil untuk parkir di depan kafe. Mereka berdua turun dari mobil dan segera membuka pintu kafe dan menunggu Icha dan Aisyah datang.
##################
Hai, hai, hai ... bagaimana kalian suka dengan cerita Risa?
Jangan lupa beri like, vote yang banyak ya, rate bintang 5 dan jadikan sebagai favorit kalian 🤗🙏
Happy reading all 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
💗💗💓💓💖💖 seperti itu hati mu Sa
2023-11-04
1
Har Tini
cie...cie....risa yg berdebar.....hati ku berdebar...😍😍😍😍
2021-09-27
1
✈전Arynn
like
2020-10-25
1