Pagi ini Risa dan Sally sudah berada di kafenya. Berhubung kafe tutup sehari, Risa hanya membuka sedikit pintu kafe dan memberi tanda “TUTUP” di pintu kafe. Sekitar jam 8 nampak Adit berjalan menuju ke kafe Risa ditemani oleh Bara. Risa menyambut kedatangan Adit dan mempersilahkan untuk duduk.
“Apa benar ini dengan Risa ?” tanya Bara pada Risa.
“Iya, saya Risa,” jawab Risa.
“Perkenalkan saya Bara dan ini bos saya, Adit” ucap bara memperkenalkan diri.
“Oh, silahkan duduk. Kak Bara dan Kak Adit mau minum apa ya?” tanya Risa pada dua tamunya.
“Tidak perlu repot-repot. Kami hanya sebentar disini, karena masih banyak hal yang harus kami selesaikan. Bukankah kafe ini tutup ?” tanya Adit pada Risa.
“Benar, tapi jika anda berdua menginginkan untuk sekedar minum kopi, kami akan siapkan” ucap Risa dengan senyum manisnya.
“Baiklah jika itu tidak merepotkanmu, kami pun masih ada waktu sekitar 1 jam lagi, saya ingin minum coffeemix saja,” kata Adit, lalu Bara pun tidak mau kalah, “Saya ingin black coffee.”
“Baiklah, ditunggu sebentar ya Kak. Sally, minta tolong buatkan coffemix 1 dan black coffee 1 ya !” perintah Risa pada Sally.
Selagi menunggu kopi yang dibuat oleh Sally selesai, Risa mengambil dompet Adit yang tertinggal, tepatnya jatuh di bawah bangku kemarin.
“Maaf Kak Adit, apa benar ini dompetnya ?” tanya Risa sambil menyerahkan dompet itu pada Adit.
“Betul, itu dompet saya. Terimakasih banyak sudah mengamankan dompet saya,” ucap Adit sambil menerima dompetnya dari tangan Risa. Kemudian Adit memeriksa isi dompetnya dan ternyata masih utuh seperti semula. “Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.”
Sally datang dengan membawa kopi sesuai pesanan Adit dan Bara.
“Silahkan diminum kopinya Kak,” kata Sally pada kedua tamunya itu.
“Terima kasih, “ jawab Adit dan Bara bersama-sama, lalu mereka pun meminum kopi yang sudah dibuat oleh Sally.
“Oh ya, kafe ini milik siapa ya? Kalau boleh tahu bosnya yang mana ?” tanya Adit pada Risa dan Sally.
Kemudian Sally segera menjawab, “ Ini kafe milik Risa, tuh namanya saja Kafe Neng Risa.”
“Oh jadi kamu pemilik kafe ini ?” kata Adit pada Risa.
“Iya benar, kami baru belajar untuk berbisnis kuliner yang sekarang ini banyak diminati oleh orang-orang. Saya dibantu oleh sahabat saya ini, namanya Sally,” ucap Risa sambil memperkenalkan Sally.
“Menunya enak, saya suka.” puji Adit dan diikuti oleh Bara dengan anggukan.
“Terima kasih, kalau boleh tahu kakak-kakak ini kantornya dimana ya?” tanya Risa karena penasaran.
“Kantor kami di Jakarta, saat ini kami sedang membuka kantor cabang baru disini dan sebelah itu adalah kantor cabang kami,” kata Bara sambil menunjuk ke arah gedung kantor yang akan diresmikan dan terletak di dekat kafe Risa.
“Oohh …” ucap Risa dan Sally bersama-sama tanpa dikomando.
“Kompak sekali kalian,” kata Bara membuat Sally terkekeh mendengarnya.
“Apa kalian tidak ingin membuka cabang di Jakarta ?” tanya Bara.
“Kami belum ada planning ke sana, biarlah kami berkembang di sini dulu,” jawab Risa.
“Jika kalian ada rencana untuk membuka cabang di Jakarta, saya siap untuk bantu usaha kalian ini,” kata Adit meyakinkan Risa dan Sally.
“Terima kasih kak, nanti kalau memang kami harus pindah atau membuka cabang di Jakarta, kami akan menghubungi kak Adit,” ucap Risa pada Adit.
“Baiklah, semoga segera ada kabar baik yang saya terima. Dan sekali lagi saya berterima kasih pada kalian sudah menemukan dan mengamankan dompet saya. Karena waktunya sudah hampir jam 9, saya pamit dulu ya,” kata Adit berpamitan pada Risa.
“Baiklah, dan jangan segan untuk selalu berkunjung ke kafe kami ini,” kata Risa sambil mengantarkan Adit dan Bara hingga depan kafe.
"Tunggu .... !" seru Adit tiba-tiba, membuat Risa dan Bara menghentikan langkahnya.
"Apa ada yang ketinggalan kak?" tanya Risa pada Adit.
"Sepertinya kita pernah bertemu ya sebelumnya, tapi dimana ya?" tanya Adit pada Risa dengan pandangan serius.
"Oh, masa sih kak. Risa tidak ingat," jawab Risa sambil mengingat kapan mereka pernah bertemu.
Bara hanya bisa memandangi wajah Risa dan Adit bergantian yang nampak bingung.
"Ah, iya sekarang saya mulai ingat. Apa sebelumnya Risa pernah berjualan di rumah?" tanya Adit lagi.
"Iya, benar. Sebelum membuka kafe ini, Risa berjualan di depan rumah menggunakan gerobak," ucap Risa menjelaskan pada Adit.
"Tidak salah lagi, benar itu adalah kamu. Saya pernah mengambil pesanan dari mami saya waktu itu untuk acara keluarga. Mami pesan banyak untuk dimakan bersama keluarga di rumah Tante Wulan," Adit mulai ingat dan bercerita pada Risa dan Bara.
"Iya, benar, sekarang Risa juga ingat! Ya ampun, ternyata kita bisa bertemu kembali disini," kata Risa dengan wajah penuh semangat setelah teringat kembali pertemuan awal dengan Adit di rumahnya.
"Baiklah, kami pamit dulu ya. Sampai bertemu lagi," ucap Adit berpamitan lagi pada Risa dan melangkah menuju ke arah kantor cabang perusahaannya yang diikuti oleh Bara di belakangnya.
“Ya ampun Risa …. ganteng sekali sih mereka, jadi gemeeesss lihatnya,” seru Sally setelah Adit dan Bara meninggalkan kafe.
“Iihh Sally, apa-apaan sih dirimu ini seperti belum pernah melihat cogan saja, hehehe …” Risa tertawa geli melihat tingkah sahabatnya itu.
“Gara-gara dompet jadi bisa kenalan dengan mereka kan Sa. Dompet, Oh dompet …” Sally masih cekikikan sambil membayangkan wajah Adit dan bara.
“Sudah, sudah Sal … nanti kamu bisa kesambet lho … “ kata Risa sambil tertawa menggoda Sally, dan direspon Sally dengan lemparan tissu ke arah Risa. Keduanya pun tertawa bersama, dua sahabat ini memang selalu kompak dimanapun berada.
***
Adit dan Bara kini telah berada di gedung kantor cabang, panitia yang telah ditunjuk untuk peresmian kantor cabang sudah siap menjalankan tugasnya. Setelah mengikuti sambutan dari kepala kantor cabang, kini tibalah Adit sebagai pimpinan dari kantor pusat sekaligus mewakili papinya, Rendra Angkasawan, pemilik dan CEO Wana Arta Grup untuk memberikan sambutan pada seluruh karyawan kantor cabang, pejabat daerah dan undangan penting lainnya.
Kurang lebih Adit memberikan sambutan selama 15 menit dan dilanjutkan dengan pengguntingan pita serta dibunyikannya sirine sebagai simbol bahwa kantor cabang telah resmi dibuka dan beroperasi. Terdengar gemuruh tepuk tangan dari seluruh undangan yang menghadiri dan diakhiri dengan sesi foto bersama.
Setelah acara peresmian kantor cabang selesai, Adit dan Bara kembali ke hotel tempat mereka menginap. Adit memang memiliki keluarga yang tinggal di kota ini juga, namun dia tidak mau merepotkan Om dan tantenya, apalagi kedatangannya ini dalam ruang lingkup pekerjaan.
Keesokan harinya Adit dan Bara kembali ke Jakarta, mereka naik mobil kantor dan diantar oleh Pak Ajat, sopir kantor.
“Kak … “ Bara memanggil Adit saat di dalam mobil.
“Hmm …?” jawab Adit sambil pandangannya fokus ke layar smartphonenya membuka seluruh email dari sekretarisnya tentang laporan kerja di kantor pusat.
“Bagaimana menurutmu tentang Risa ?” tanya Bara tiba-tiba.
“Baik anaknya,” jawab Adit singkat.
“Hanya itu?” tanya Bara lagi. “Lalu ?” tanya Adit balik sambil membalas email.
“Kalau menurutku dia itu selain cantik, sepertinya dia anak yang cerdas, enerjik, pekerja keras …” ucap Bara menilai Risa.
“Iya, pendapatku juga sama,” lagi-lagi Adit menjawab sambil pandangannya masih ke layar smartphonenya.
“Apa dirimu nggak ingin jadi kekasihnya ?” tanya Bara sambil memandang serius pada Adit, sehingga membuat Adit yang tadinya fokus pada pekerjaannya berganti mengalihkan pandangannya ke arah Bara dengan sorot mata yang tajam.
“Ambil saja untukmu kalau kamu mau !” tegas Adit, sepertinya dia sedang tidak ingin diganggu saat ini. Bara hanya menunjukkan senyumnya yang dipaksakan dan dia kembali duduk dengan posisi mengarah ke depan sambil memandang ke arah jalan raya yang macet.
“Maksudku bukan begitu juga kak … aku kan punya niat baik padamu,” kata Bara.
“Niat baik apa sih ?” tanya Adit. “Ya niat baik supaya Risa bisa jadi kekasih Kak Adit, dan aku lebih suka kalau dia yang jadi kekasih Kak Adit,” jawab Bara.
“Bara … terus si Maya ku taruh mana, ada-ada saja kamu tuh” Ucap Adit kesal.
“Kak, sebelum janur kuning melengkung artinya masih bebas kak, belum terikat. Apalagi aku tidak suka kalau Kak Adit pacaran dengan Maya, dia tuh ngga cocok untukmu Kak,” kata Bara dengan nada yang serius.
“Aku sedang tidak ingin memikirkan soal itu !” tegas Adit.
Perjalanan menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 4 jam, dan kini mobil sudah memasuki rumah kediaman Adit bersama orang tuanya. Hari ini Adit dan Bara berencana untuk tidak ke kantor dulu, mereka akan bekerja dari rumah sambil istirahat.
“Kak Adit … “ Bara memanggil sepupunya itu.
“Ada apa ?” tanya Bintang sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur, badannya terasa pegal semua hari ini.
“Kok kamu tidak mengabari Risa kalau kamu sudah sampai di Jakarta, siapa tahu dia sedang khawatir menunggu kabarmu,” ucap Bara menggoda Adit sambil makan cake yang disediakan oleh tantenya, tidak lain maminya Adit.
“Ngelantur kamu tuh, “ kata Adit sambil melempar bantal ke arah Bara, namun bisa ditangkap oleh Bara disertai tertawa keras sekali.
######################
Sebetulnya Bara tuh benar-benar menjodohkan Adit dengan Risa, atau Bara sendiri yang suka sama Risa ??
Mau tau kelanjutan ceritanya ?? berikan dulu like, vote dan komentar kalian ya raiders kesayangan ... :-)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Har Tini
lanjuytt
2021-09-27
1
Nate Lawliet
Ceritanya menarik, tinggalkan jejak dulu ^^
Hai kak, aku dah mampir. Ditunggu feedback nya ke ceritaku yg judulnya "If You Hate Me So" ya 💖 Terus semangat berkarya💖
2020-10-17
1
ptr_25
like thor💙💙💙
semangattt 💪💪💪
- My Teacher Is Mine-
2020-10-16
1