Setelah tiga hari Pak Budi opname di rumah sakit, sekarang beliau sudah boleh pulang ke rumah. Bu Yana dengan setia mendampingi suaminya selama sakit di rumah sakit. Sekarang Pak Budi sudah sehat dan minggu depan baru memulai aktivitas mengajar lagi sesuai kebijakan yang diberikan oleh pihak sekolah tempatnya mengajar.
Risa masih tetap dengan aktivitasnya sehari-hari yaitu pergi kuliah sambil berdagang seblak di kampusnya. Risa bersyukur karena setiap hari selalu ada yang pesan seblak padanya yang menurut orang-orang rasanya memang enak sekali. Sebelumnya Risa memang belajar memasak seblak dari ibunya, kemudian dia kembangkan sendiri isi atau topingnya sehingga banyak variasinya jika ada yang memesan.
Tiga bulan kemudian …
Saat ini Risa sudah melewati ujian akhir semester dan sudah mendapatkan nilai semesternya dengan hasil yang memuaskan. Hampir semua mata kuliah mendapat nilai A dan tidak ada mata kuliah yang diulang.
Sampailah pada akhirnya libur semester telah tiba, Risa senang sekali karena akan melewati libur panjang. Namun Risa juga bingung karena selama liburan dia tidak bisa menjual seblaknya di kampus, dia tampak berfikir kegiatan apa yang akan dia lakukan selama liburan ini.
“Risa, kamu kok melamun. Apa yang kamu pikirkan ?” tanya bapaknya pada Risa yang sedang duduk di teras rumahnya.
“Ini Pak, Risa kan libur panjang saat ini. Tapi Risa bingung mau melakukan aktivitas apa selama liburan ini? Sedangkan biasanya kan Risa selalu belajar di kampus sambil berjualan seblak, “ ucap Risa menjelaskan kegalauan hatinya pada bapaknya.
“Oh itu masalahnya. Kamu masih bisa kok berjualan seblak, nanti bapak buatkan gerobak khusus untuk kamu berjualan. Nah, kamu bisa berjualan di depan rumah kita, apalagi depan rumah kita kan jalan besar jadi pasti banyak orang yang lewat. Siapa tahu ada yang mampir membeli seblak kamu. Bagaimana ?” Pak Budi sedang memberikan solusi pada Risa agar anaknya itu masih bisa berjualan.
“Ah, benar juga tuh. Baiklah pak, Risa mau! “ ucap Risa tersenyum lebar sambil memeluk bapaknya dan berbisik di telinga bapaknya, “Bapak Risa itu bapak terbaik sedunia!”
“Bisa saja kamu itu, “ kata Pak Budi sambil tertawa diikuti oleh Risa. Pak Budi memang sangat sayang pada anak gadis semata wayangnya itu, apapun akan ia lakukan supaya anaknya bahagia.
“Ehem … cuma bapak nih yang dipeluk ?” tiba-tiba terdengar suara bu Yana dari dalam rumah menghampiri dua orang yang disayanginya itu.
“Wah, ibu juga mau ? Sini bu Risa peluk ibu … Risa sayang ibu,” ucap Risa sambil memeluk ibunya dengan erat. Bu Yana menyambut pelukan anak gadisnya disertai ciuman di kedua pipi Risa.
Empat hari kemudian gerobak untuk Risa berjualan seblak sudah jadi. Pak Budi yang membuatkan dibantu oleh Mang Asep tetangganya. Sekarang gerobak itu sudah berdiri di depan rumah Risa berikut tulisan yang tertera di gerobak “Seblak Neng Risa”.
Risa senang bukan main, dia bersorak girang melihat gerobak seblaknya sudah berada di depan rumah dan siap untuk digunakan berjualan.
“Terima kasih ya pak, Risa senang sekali gerobak seblak Risa sudah jadi. Mulai besok Risa akan berjualan di depan rumah dengan gerobak baru. Risa mohon doa restunya dari bapak dan ibu ya, semoga usaha Risa ini bisa lancar,” pinta Risa pada kedua orang tuanya sambil memeluk mereka dan tanpa disadari Risa menitikkan air mata bahagia.
“Aamiin …” seru kedua orang tua Risa bersama-sama.
Keesokan harinya Risa sudah siap berjualan seblak di depan rumahnya. Bapak dan ibunya sudah berangkat kerja, jadi Risa saat ini sendiri di rumah. Tapi dia kemudian menelpon Sally supaya mau menemani berjualan.
Akhirnya Sally tiba di rumah Risa, Sally senang sekali melihat Risa berjualan dengan gerobak barunya. Sudah ada beberapa orang yang sedang antri membeli seblak Risa. Setelah pembeli terakhir meninggalkan tempat Risa, akhirnya Risa dapat duduk istirahat disamping Sally.
“Hai Sal, maaf ya aku baru bisa temani kamu duduk. Alhamdulillah hari pertama jualan di rumah sudah ada lima pembeli yang datang. Kamu mau minum apa?” ucap Risa pada Sally.
“Apa saja Sa, jangan repot-repot. Nanti biar aku ambil sendiri deh, aku kan sudah sering kesini Sa,” kata Sally tersenyum bahagia melihat Risa yang juga sedang berbahagia.
“Baiklah, kamu ambil minum ke dapur ya,” ucap Risa yang kemudian harus melayani pembeli lagi yang baru datang.
“Silahkan kak, mau seblak apa ya? Disini ada beberapa pilihan toping, kakak bisa melihat di gambar samping ini,” ujar Risa sambil menunjukkan gambar menu seblak yang ada di kaca samping gerobaknya pada pembeli itu.
“Saya mau seblak paket C yang level 3 ya,” pinta pembeli itu saat memesan seblak Risa.
“Baik kak, mohon ditunggu sebentar ya,” jawab Risa sambil meracik seblak paket C yang berisi toping mie, sosis, bakso dan kerupuk, dengan diberi sambal tiga sendok makan karena pembeli memesan level 3.
Setelah pesanan selesai dibuat kemudian Risa menyerahkan pada pembeli dengan memperlihatkan senyum manisnya. Pembeli itu kemudian membayar seblak Risa.
“Terima kasih kunjungannya kak, semoga berkenan hadir kembali untuk membeli,” ucap Risa dengan ramah pada pembeli tersebut.
Setelah itu sudah berganti dengan pembeli lain yang sudah antri di belakang pembeli yang tadi, hingga pada akhirnya seblak Risa sudah habis pada pukul 2 siang.
“Risa, sini aku bantu beres-beres. Alhamdulillah hari ini yang beli banyak ya Sa,” kata Sally ikut senang.
“Alhamdulillah, iya Sal. Hari pertama ada dua puluh pembeli yang datang. Berarti besok coba aku tambah lagi bahan-bahannya, siapa tahu pembelinya juga bertambah,” jawab Risa optimis.
“Aamiin … “ sahut Sally sambil ikut membantu Risa membereskan gerobak hingga bersih kembali. Risa memasukkan sisa sedikit bahan seblak ke dalam rumahnya.
Setelah semua telah bersih, kini Risa bisa beristirahat sambil menemani Sally di ruang depan sambil menonton televisi.
***
Sudah dua minggu Risa berjualan seblak di rumah, Risa bersyukur karena dagangannya selalu laku dan habis. Setiap harinya sekitar dua puluh sampai tiga puluh pembeli yang datang. Risa memang tidak pernah mempromosikan dagangan seblaknya itu, jadi para pembeli tahu hanya dari mulut ke mulut. Mungkin karena rasa seblak milik Risa memang enak dan memiliki beragam toping atau isi, sehingga para pembeli mudah untuk memberitahukan pada saudara atau teman-teman mereka.
Yang tadinya pembeli Risa hanyalah dari para tetangga saja, kini pembeli seblak Risa sudah dari tempat lain. Bahkan terkadang ada juga beberapa pembeli yang mengendarai kendaraan roda empat, hanya karena penasaran dengan seblak buatan Risa. Dan tak jarang pula Risa selesai berjualan menjelang petang hari, selama berjualan di rumah ini Risa selalu dibantu oleh ibunya, karena ibunya tidak tega melihat Risa berjualan sendiri ketika pembelinya sedang banyak-banyaknya, sehingga ibunya memutuskan untuk tidak berjualan dulu di kantin sekolah tapi membantu Risa berjualan di rumah hingga selesai liburan semester ini.
Siang ini Risa kedatangan pembeli yang mengendarai mobil mewah, pemilik mobil ini seorang wanita paruh baya dan seorang anak gadisnya yang cantik. Risa yang melihat mereka turun dari mobil menjadi diam tertegun, karena dari penampilan keduanya seperti orang kaya raya, “mungkin dia istri seorang pejabat atau konglomerat”, begitu pikir Risa. Tapi mana mungkin mereka juga menyukai makanan seblak? Ah, mungkin mereka hanya mau menanyakan alamat saja. Risa masih memandang kedua wanita tersebut.
“Permisi Neng, apa benar disini jualan seblak yang katanya enak itu ya?” tanya wanita paruh baya itu. “Oh, silahkan nyonya. Apakah nyonya berminat untuk membeli seblak saya ?” ucap Risa pada wanita itu.
“Iya, saya mau beli seblaknya yang Paket A sebungkus dan yang Paket B sebungkus.”
“Baik nyonya, silahkan nyonya tunggu sebentar saya akan meraciknya. Nyonya sebaiknya duduk saja di teras rumah kami, karena disini terasa panas,” kata Risa mempersilahkan wanita itu dan mengajak anak gadisnya untuk duduk di teras rumah Risa.
Kurang dari sepuluh menit pesanan sudah selesai diracik oleh Risa dan diserahkan pada wanita paruh baya itu. Kemudian Risa menerima uang dari wanita itu.
“Kembaliannya buat kamu saja ya. Kalau rasanya memang enak, saya dan anak saya akan membeli seblak kamu lagi,” kata wanita itu kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil dan diikuti oleh anak gadisnya.
“Terima kasih atas kunjungannya, silahkan kembali untuk menikmati seblak kami lagi nyonya,” jawab Risa dengan ramah dan sedikit menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat.
Waktu sudah menunjukkan hampir adzan maghrib Risa mengakhiri jualannya dan dengan dibantu oleh ibunya Risa mulai membereskan bahan-bahan masakan dan disimpan ke dalam rumah.
“Alhamdulillah hari ini pembelinya banyak ya bu,” ucap Risa pada ibunya dan ditanggapi oleh ibunya dengan anggukan dan senyuman. “Tadi itu siapa ya bu, ada pembeli yang sepertinya dia orang kaya raya. Apakah dia istrinya pejabat atau konglomerat ya bu, tapi masa sih orang kaya juga suka dengan seblak?” tanya Risa penasaran pada ibunya.
“Ibu juga tidak tahu Nak mereka itu siapa, dan apakah orang kaya tidak boleh menyukai seblak? Kamu itu ada-ada saja Risa, Risa … “ kata ibunya sambil menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada anak gadis semata wayangnya itu.
‘Siapa ya dia?’ Risa masih bertanya-tanya dalam hatinya penasaran.
#############################
Teman-teman baikku, jangan lupa berikan aku kritik dan saran melalui komentarmu ya, jika kalian suka berikan tanda like darimu juga vote untuk diriku.
Happy Reading ... :-)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Har Tini
laris manis jualan risa
2021-09-27
1
Lasmi Kasman
Riza harus sholat
2021-07-31
2
گسنيتي
semangt thor
2021-07-23
1