Alin POV
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, semua berjalan seperti biasanya. Rutinitas ku pun tidak berubah, masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Kehidupan kami sangat tenang akhir-akhir ini, tidak ada pergerakan dari musuh kami.
Entah apa yang akan mereka rencanakan, hatiku masih tak tenang, aku takut mereka melancarkan kembali rencana mereka untuk mencelakai keluarga ku. Kalau terus dipikirkan, aku jadi teringat apa yang sudah dikatakan oleh Santi. Aku terus berdo'a semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk pada keluarga ku.
Jika memang aku harus berkorban, maka aku akan mengorbankan diriku demi suami dan anak-anak ku. Aku ingin mereka terus hidup dan berbahagia, aku rela melakukan semua itu. Dan anehnya sudah beberapa hari ini, anak-anak selalu ingin tidur bersama kami. Sepertinya mereka tidak ingin jauh dari kami, begitu pun aku tidak ingin jauh dengan mereka.
Hari ini adalah hari yang sangat aku tunggu-tunggu, dimana hari ini kami rencanakan acara makan malam, yang akan di hadiri oleh ayah dan bunda, mas Rio dan Salma, Lili dan Arata. Mereka semua berkumpul di rumah. Pasti akan seru rumah ini, karena mereka semua berkumpul.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, satu persatu saudara dan sahabat ku berdatangan. Mereka membawa keluarga kecil mereka, Salma dan mas Rio datang bersama ayah dan bunda beserta putra mereka. Lili pun sama dia datang bersama Arata dan putri cantiknya, Adam pun tiba dengan Anna dan Annisa. Ari pun datang bersama Aldo.
Setiap melihat Aldo, aku merasa sedih aku emeluknya dengan hangat. Aku menyayanginya seperti anak ku sendiri, aku tidak membeda-bedakan dengan kedua anakku. Semua sudah berkumpul, kami memulai acara makan malam. Rumah ini sangat ramai dengan celotehan anak-anak.
Setelah makan malam selesai, sekarang saatnya kami duduk di ruang tamu, kami bersedia gurau, berbincang-bincang. Tidak ada kesedihan, yang ada adalah kebahagiaan. Aku senang melihat anak-anak berkumpul, mereka terlihat bahagia. Karena sudah lama mereka tidak saling bertemu, mereka saling menceritakan pengalaman mereka. Dan memperlihatkan keahlian mereka masing-masing, kami hanya melihat mereka yang asik bercerita.
Aku berbincang dengan Lili dan Salma, aku semuanya tentang kegelisahan ku, tentang dia yang terus saja menyerangku dan keluarga ku. Mereka mendengar kan apa yang menjadi keluh kesah ku. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa memberiku semangat dan do'a. Aku tahu mereka juga memilki masalah dalam keluarganya, jadi kita hanya bisa saling menguatkan.
Kami bertiga sudah jarang bertemu, Lili yang lebih sering tinggal di Jepang. Sedangkan Salma ikut dengan mas Rio di Australia, karena mas Rio memegang kantor cabang ayah yang ada di sana. Tapi kami tidak lupa untuk saling memberi kabar, karena kami tidak bisa lepas begitu saja. Ikatan kami begitu kuat, meski dipisahkan jarak dan waktu yang berbeda.
"Ting...!"
"Ting...!"
Tiba-tiba Alex memberikan isyarat agar semuanya memperhatikan dia. Dia mulai memberikan informasi yang ingin dia berikan, sebelum itu dia mengucapkan sepatah dua patah kata. Aku terus memperhatikannya, jarak kami tidak terlalu jauh atau terlalu dekat.
Dia memegang sekuntum bunga mawar merah. Setelah itu dia menggerakkan satu persatu kakinya, yang pertama dia angkat kaki kirinya dari pedal kursi roda, setelah itu dia mengangkat kaki kanannya. Dia mulai berdiri secara perlahan, tanpa bantuan siapa pun. Aku tak bisa berkata-kata melihat Alex berdiri sendiri.
Dia mulai melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah, secara perlahan namun pasti. Dia mendekati ku dengan mengucapkan kata-kata, yang begitu membuat membuatku bahagia. Dia semakin dekat dengan ku, dia mengulurkan tangannya padaku. Dan memberikan bunga mawar merah pada ku.
Aku tak bisa menahan rasa haru ku, aku langsung memeluk Alex dengan erat. Tak terasa air mata ku menetes membasahi pipiku, aku masih tak menyangka bahwa Alex sudah bisa berjalan. Semua yang melihatnya turut berbahagia. Lexa dan Lexi berhamburan berlarian, memeluk Alex dan diriku.
Tak terasa waktu semakin larut, semuanya mulai berpamitan untuk pulang. Rumah ku mulai sepi, kembali seperti semula, Lexa dan Lexi sudah masuk ke kamar mereka masing-masing. Aku pun masuk ke kamar ku dan membantu Alex mengganti pakaiannya.
"Sayang, sejak kapan kau sudah bisa berjalan?" tanya ku pada Alex.
"Aku sudah bisa berjalan sudah ada satu minggu yang lalu, aku sengaja merahasiakannya dari mu! Karena aku ingin memberikan kejutan pada mu sayang!"
Aku tersenyum mendengar perkataan Alex, aku mengingat semua yang baru saja terjadi. Dia berjalan mendekatiku, dan memberiku setangkai mawar merah.
******
Hari berlalu dengan cepatnya, tak terasa sudah tiga bulan lebih dari Alex mengumumkan dia bisa berjalan lagi. Alex sudah beraktivitas seperti dulu lagi, dia sudah mulai pergi ke kantor. Sebelum ke kantor dia mengantar Lexa dan Lexi, aku pun ikut mengantar anak-anak. Setalah mengantar anak-anak, Alex mengantar ku ke kantor ku.
Aku membereskan beberapa dokumen yang harus ku tanda tangani. Ada beberapa rapat yang harus aku hadiri, tadinya aku tidak akan masuk kantor dulu, aku ingin bersama Alex lebih lama. Entah kenapa aku tidak ingin jauh dari Alex, apalagi dengan anak-anak. Apa daya ku pekerjaan ku sangat banyak hari ini
Aku kasihan pada pak Dim, yang selalu menghandle semua pekerjaan ku. Lagi pula sekarang Alex sudah bisa berjalan lagi, aku merasa selama sekarang. Hari ini aku ada janji makan siang bersama Alex, aku menunggu Alex menjemput ku di kantor.
Drrrttttt....
Drrrttttt...
Drrrttttt...
Handphone ku berbunyi, kulihat layar handphone ku, nomor tak di kenal. Ku abaikan saja telepon tadi, karena aku tak mengenalnya. Beberapa menit kemudian nomor itu menghubungi ku lagi, aku penasaran siapa dia sebenarnya.
Kuangkat, "hallo...!"
"Apa kabar Alin? Apakah kau masih mengingat ku?"
Suara ini, aku mengenalnya! Tapi tidak mungkin, kenapa dia berani menghubungi ku. Sudah lama sekali dia tak menghubungi ku, dia tahu dari mana nomor ku ini? Karena nomor ini adalah nomor khusus, yang tahu hanya orang tertentu saja.
"Kenapa kau diam? Aku mau bertemu dengan mu? Hari ini, kita harus bertemu!"
"Sudah tidak ada lagi hal yang perlu kita bicarakan, untuk apa kita bertemu?" jawabku padanya, karena aku tidak ingin bertemu dengannya.
"Masih banyak yang harus kita bicarakan! Kalau tidak anak-anak mu akan menerima akibatnya!"
Dia mengancamku, menggunakan anak-anak! Sebenarnya mau apa dia? Belum cukup kah apa yang sudah dia perbuat pada kami. Belum puas kah dia membuat kami menderita. Apa lagi yang dia inginkan dari kami. Beberapa menit kemudian, dia mengirim sebuah foto padaku. Foto itu adalah keadaan anak-anak ku yang sedang terikat, di dalam sebuah mobil.
"Apa yang kau lakukan pada anak-anak ku! Lepaskan mereka! Mereka tidak bersalah! Yang kau inginkan adalah aku, lepaskan mereka! Aku akan menemui mu!"
Dia menutup teleponnya, dan mengirimkan lokasi keberadaan mereka. Aku berusaha menelepon Alex tapi dia tak mengangkatnya, aku pun menghubungi Ari, sama saja apa mungkin mereka sedang sibuk. Sudahlah aku beri kabar mereka nanti setelah samapai di lokasi.
____________________________________________
Terimakasih karena sudah membaca novelku, makasih juga atas komennya ya, jangan lupa like dan vote juga😉😉
Sampai jumpa di bab selanjutnya 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Mayra Putri
kenapa lg...
2020-09-09
0
Husna Ruslan
thour koq gitu sih,cerita selalu bikin keluarga Alex menderita😭😭
2020-06-01
1
imey
Ini detik detik alin pergi untuk selama-lamanya..
2020-05-01
2