Setelah kejadian itu, kejadian dimana Alex marah terhadap dirinya sendiri. Dia lebih banyak berdiam diri di ruang bacanya, dia menyibukkan diri dengan segudang pekerjaannya. Aku tidak ingin Alex terus begini, dia harus kembali seperti Alex yang dulu. Alex yang penuh semangat.
"Sayang!"
Dia tak bergeming, dia masih diam dan sibuk dengan dokumennya, aku melangkah lebih dekat lagi. Mungkin dia tidak mendengar ku, kulihat dia dengan seksama. Kau begitu menderita dengan semua ini, apa yang terjadi sebenarnya dengan mu.
"Sayang!" Aku berbisik padanya, dia kaget setelah setalah mendengar bisikan ku. Aku tertawa melihat ekspresinya yang begitu lucu, aku langsung mengambil jarak dari dia. Tapi sayang aku terlambat, dia langsung menarik tangan ku, aku langsung terduduk di pangkuannya.
"Kau mulai nakal lagi istri tengilku!" Alex berbisik di telingaku, entah kenapa itu selalu membuatku tidak nyaman. Atau karena itu adalah daerah sensitif ku.
"Huh..., Dan kau mulai kembali menjadi mesum Tuan Muda!"
"Hahahahha"
Dia mulai tertawa lepas, aku lebih suka melihat dia seperti ini. Aku terus menatapnya, mata kami bertabrakan dan akhirnya saling memandang. Dia menghentikan tawanya, tiba-tiba dia mencium bibirku sekilas. Aku pun membalas ciumannya, dia mulai sangat bersemangat. Ku coba mengatur ritme napasku, agar aku tidak kehabisan napas.
Tangannya mulai berjalan di tubuhku, tanpa menghentikan ciumannya. Perlahan dia melepaskan ciumannya, tapi bibirnya berjalan menelusuri leherku. Aku menikmati semua ini, terkadang dia menghentikan tindakannya dan menatapku dengan senyum lembut.
Tok...!
Tok...!
Tok...!
Suara pintu di ketuk, dia tidak menghiraukan suara ketukan pintu. Akhirnya ketukan pintu itu terhenti. Tapi tak lama terdengar suara ketukan pintu kembali. Aku menghentikan Alex dan merapihkan pakaian ku. Dia terlihat sangat kesal, aku tersenyum melihatnya seperti itu.
"Masuk!"
Seorang pelayan memberikan sebuah amplop coklat, setalah itu dia pergi meninggalkan kami. Alex membuka dokumen itu, dia membacanya. Ekspresi wajahnya berubah, tampak kekesalan dan kemarahan. Aku tidak tahu dokumen apa itu, aku mendekatinya guna mencari tahu apa yang terjadi.
Alex memberikan dokumen yang beru saja dia baca, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku pun membaca dokumen itu, aku terkejut dengan apa yang baru saja aku baca ini. 'Kenapa! Kenapa dia lagi! Apakah dia belum puas mengganggu kami? Berarti selama ini dia yang melakukan penyerangan dari awal?' batinku.
Aku duduk untuk menenangkan diriku, kaki ku terasa lemas sekali. Aku tidak menyangka dia bisa melakukan semua ini pada kami, apa begitu bencinya dia pada kami. Ahhh kepalaku sakit sekali, aku tidak menyangka dengan semua ini.
Aku melihat Alex hendak pergi dengan kemarahannya, tidak akan ku ijinkan dia pergi saat kemarahan merasuki hati dan pikirannya. Aku berusaha menahan Alex dengan sekuat tenaga ku. Aku tidak mau kehilangan lagi.
"Kau mau pergi kemana sayang?" Aku berkata dengan berlutut guna menghadang Alex pergi. Kursi rodanya masih bergerak perlahan, tidak akan kubiarkan kau pergi.
"Menyingkirlah Alin! Aku tidak ingin kau terluka!!"
"Tidak mau! Aku tidak mau kau pergi dengan kemarahan! Aku tidak mau kehilangan lagi!" Tak terasa air mataku menetes dan jatuh di punggung telapak tangan Alex.
Dia menghapus air mata di pipiku, tapi air mata ini tak bisa berhenti. Air mata ini terus mengalir ke luar, tanpa kusadari suara tangisku menyeruak. Aku tak bisa menahannya lagi, aku menangis sejadi-jadinya sambil terduduk dan memeluk kaki Alex.
"Sudah, hentikan tangisan mu ini! Aku tidak akan pergi, aku akan bersama mu, jadi hentikan tangisan mu!" Dia berkata seperti itu guna menenangkan ku, yang pasti aku harus bisa menahannya untuk menemui orang itu.
Meski mendengar perkataan Alex yang tidak akan pergi, aku masih belum bisa menghentikan tangisan ku. Aku harus menenangkan hati ku ini. Kuharap dia benar-benar tidak akan pergi menemuinya.
"Benar ya kau tidak akan pergi! Berjanjilah padaku, apapun yang akan kau lakukan, bicarakan dulu padaku?"
"Baiklah sayang, aku berjanji padamu! Aku akan selalu bicara dulu padamu, sebelum memutuskan apa pun itu! Kau bisa pegang kata-kata ku ini!"
Aku percaya padamu Alex, mudah-mudahan kau tidak akan tersulut emosi. Setelah tahu siapa yang telah membuat keluarga kita menderita. Ku suruh Alex untuk memusnahkan dokumen itu, aku takut Adam atau anak-anak membacanya. Alex menyetujui untuk memusnahkan dokumen itu.
Kujelaskan padanya bahwa aku tidak ingin jika Adam atau anak-anak mengetahui hal ini. Karena aku tidak mau mereka dalam bahaya, sesungguhnya yang menjadi target selama ini adalah kami berdua.
****
Lexi POV
Bunda meski kalian menyembunyikan semua ini pada kami, pada akhirnya kami akan menemukan siapa yang membuat keluarga kita menderita. Meski kalian menghancurkan semua bukti itu, aku Alexi tidak akan melupakan semua ini. Aku akan kejar terus orang yang sudah membuat kalian berdua menderita.
"Plak..!"
Lexa menepuk pundak ku, aku hampir saja berteriak karena terkejut. Untung saja aku bisa menahannya, aku langsung mengajak Lexa ke kamar ku. Aku akan menceritakan semuanya pada Lexa, karena dia harus tahu semuanya.
"Apa kau menguping pembicaraan ayah dan bunda? Itu tidak sopan Lexi!" Lexa bicara sedikit bernada tinggi, karena tidak suka kalau aku menguping pembicaraan ayah dan bunda.
"Aku tidak bermaksud untuk menguping, niatku ingin mengajak Ayah bermain catur! Tapi aku mendengar Bunda menangis!"
"Kenapa Bunda manangis? Apakah Ayah dan bunda bertengkar? Apakah Ayah menyakiti Bunda? Apakah Ayah kasar pada Bunda?" Hah pertanyaan anak perempuan seperti ini kah, aku bingung kenapa dia bisa berpikir seperti ini sih.
"Hah itu kah yang ada di pikiran mu Lexa? Aku tak habis pikir dengan otak mu itu?"
"Hahhh terus apa dong, cepat katakan padaku! Jangan kau membuatku penasaran?" Dia mulai menjadi penasaran seperti ini aku suka, karena aku suka membuat Lexa menjadi penasaran.
"Sepertinya bunda dan ayah sudah mengetahui siap dalang yang membuat kekacauan di keluarga kita! Dan yang menyebabkan nenek Rahma meninggal. Saat ayah mengetahui itu, ayah hendak pergi! Tapi bunda melarang ayah dan menangis. Bunda menyuruh ayah untuk menghancurkan dokumen itu!"
"Kenapa bunda menyuruh ayah untuk menghancurkan dokumen itu? Itu kan bisa di jadikan bukti!" Yang di ucapkan Lexa memang benar, mungkin bunda memiliki alasan tertentu, sehingga semua ini di rahasiakan.
"Karena bunda tidak ingin kehilangan kita! Tapi aku tidak akan menyerah, aku akan terus mencari mereka yang membuat bunda dan ayah menderita!"
"Kau benar Lexi, aku juga tidak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang karena sudah membuat keluarga kita menderita!"
"Baiklah kita berdua harus ingat semua ini, dan apapun yang kita lakukan demi mencari tahu musuh kita ini! Jangan sampai ayah dan bunda tahu!" Aku ingin kita berdua bisa membalas semua yang mereka lakukan pada ayah dan bunda.
"Ok...!"
"Saya tidak akan membiarkan kalian melakukan hal-hal berbahaya!"
Aku dan Lexa terkejut, ternyata Asisten Ari mendengar pembicaraan kami. Kenapa selalu dia yang mendengar rencana kami, sepertinya kami tidak bisa merahasiakan segala sesuatu darinya. Kurasa dia juga ingin membalas mereka, yang telah menyebabkan ayah kecelakaan dan nenek Rahma meninggal. Aku bisa meminta bantuannya, untuk melancarkan aksi kami.
"Kalau begitu, kau bantu kami untuk membalas mereka semua!" Aku ingin tahu apa jawaban Asisten Ari.
"Dari awal saya mendengar rencana kalian, maka saya harus lebih ekstra menjaga kalian berdua!"
Hah jawabannya seperti ini, bearti dia mau bekerja sama dengan kami atau tidak. Sungguh terkadang aku tidak bisa menebak apa yang ada di pikirannya.
Drrrttttt....
Drrrttttt....
Handphone ku berbunyi, kulihat di layar ternyata itu adalah om Adam. Kuangkat, "hallo Om!"
"Lexi bisa kah kau mencari keberadaan Annisa?" Tanya om Adam padaku, sepertinya terjadi sesuatu karena nada om Adam khawatir.
"Bukankah dia bersama Tante Anna?" Aku memastikan kembali dengan apa yang aku dengar itu.
"Iya, tapi Annisa menghilang! Entah kemana dia? Dia tidak pernah seperti ini, kalau mau pergi dia selalu ijin pada kami! Om mohon temukan keberadaan Annisa!"
"Baiklah akan ku cek, nanti Lexi kabari Om!" Aku memutuskan sambungan telepon ku dengan om Adam. Aku menyalakan komputer ku, seingat ku aku juga memasang alat pelacak di handphone Annisa. Aku harap tidak terjadi apa-apa dengannya.
"Apa yang terjadi dengan Annisa?" Lexa bertanya padaku dengan nada khawatir, aku tahu dia sangat menyayangi Annisa. Begitu pun aku menyayangi Annisa, karena dia adalah adik kami.
"Dia menghilang!"
"Apa!! Bagaimana bisa terjadi?"
"Aku tidak tahu, yang pasti aku harus menemukannya!"
Asisten Ari mendengar Annisa menghilang, dia langsung pergi meninggalkan aku dan Lexi. Aku tahu kemana dia pergi, pasti dia memberitahukan ini pada ayah dan bunda. Benar saja yang kupikirkan, beberapa saat kemudian ayah dan bunda ada di kamar ku, tentu saja beserta Asisten Ari.
Ayah dan bunda bertanya apa yang terjadi, aku katakan saja yang ku ketahui, dengan tidak menghentikan menggerakkan seluruh jari jemariku. Di saat aku sedang bekerja, handphone ku berbunyi, itu pasti om Adam. Saat aku akan mengambil handphone ku, bunda mengambilnya dan mengangkatnya.
Bunda berbicara dengan om Adam, setelah selesai memberikan handphone pada ayah. Terlihat jelas kekhawatiran mereka, karena mereka sangat menyayangi Annisa, sama seperti menyangi kami. Ayah segera menyuruh asisten Ari, mengerahkan pengawal untuk mencari keberadaan Annisa.
Asisten Ari pun dengan cepat, melaksanakan perintah ayah. Dia menyuruh beberapa pengawal untuk mencari keberadaan Annisa. Bunda mulai tidak bisa diam, dia terus mondar-mandir karena khawatir. Aku menyuruh bunda untuk tenang dan tidak usah khawatir. Begitu pun ayah menyuruh bunda untuk tenang, aku tahu pasti ayah dan bunda berpikir ini adalah perbuatan musuh mereka.
Tapi firasat ku mengatakan ini bukan ulah mereka, entahlah itu yang aku pikirkan. Beberapa saat kemudian aku menemukan keberadaan Annisa. Aku memberitahukan pada asisten Ari lokasinya, asisten Ari langsung memberikan koordinat keberadaan Annisa pada semua pengawal yang mencarinya. Aku pun mengirimkan pesan pada om Adam, lokasi keberadaan Annisa.
__________________________________________
Terimakasih kepada para pembaca setiaku, untuk tetap setia menunggu ceritaku selanjutnya.
Sampai jumpa di bab berikutnya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
al - one ' 17
aku pikir anaknya tumbuh gede trs balas dendam gtu tp ko msh belia
2020-08-10
0
Mamanya Davagusty
mungkin author salah ketik yang katanya koma 11tahun dan terapi 8tahun ...dan disini umur anak" baru 14 tahun berarti koma 11tahun dan terapi 3tahun....
2020-05-05
3
baida zu
kok gk tenang2 sih,tegang Mulu....
2020-04-10
2