Setahu, dua tahun aku terus menemani Alex dalam masa pemulihannya. Aku mendatangkan therapist ke rumah, agar Alex bisa melakukan terapi dengan lebih baik. Aku menyediakan semua alat-alat yang di butuhkan Alex, untuk terapi pemulihannya. Dia sudah bisa menggerakkan kedua tangannya, tapi dia belum bisa menggerakkan kedua kakinya. Tapi dengan kemajuan sekecil apapun, selalu aku syukuri dia begitu semangat untuk sembuh.
Alex pun sudah bisa menerima kehadiran Alexa dan Alexi, bahkan dia sudah mengingat kejadian, yang menyebabkan nya terluka parah dan koma selama sebelas tahun. Alexa dan Alexi tidak menyerah dengan sikap Alex yang dingin. Mereka terus saja mendekatinya, mengajak nya mengobrol, bermain dan masih banyak hal yang mereka lakukan bertiga.
"Ayah bagaimana kalau kita bermain catur?" Tanya Alexi pada Alex.
"Baik! Siapa takut!" Jawab Alex tegas.
"Oke, Lexa kau yang jadi wasit nya ya?" Tanya Lexi pada Lexa.
"Ahh ga mau! Ngapain aku jadi wasit kalian, main catur ga perlu wasit!" Jawab Lexa sambil menyederkan kepalanya di bahu Alex.
"Huh ga seru kamu Lexa!" Jawab Lexi dengan ketus.
"Hahaha kau bermain saja dengan Ayah, aku mau latihan dulu!" Ucap Lexa.
"Latihan apa sayang?" Tanya Alex pada Lexa.
"Ahh paling dia mau latihan pedang!" Timpal Lexi.
"Huh sewot mulu, kau kan sudah ku bilang Lexi! Kau juga harus berlatih bela diri! Tapi malah jaringan internet saja yang kau mainkan!" Balasku pada Lexi.
"Lagian lebih menarik jaringan internet dari pada bela diri! Lagian aku juga bisa beladiri kok!" Jawab Lexi tak mau kalah.
"Ahh kau ini, sudah kubilang aku tidak mau kejadian dua tahun yang lalu terjadi lagi! Maka dari itu kau harus lebih baik lagi! Mengerti kau Lexi!!" Lexa berkata dengan nada tinggi.
Aku hanya bisa melihat mereka adu argumentasi, kulihat Alex tersenyum melihat anak-anak, yang sedang berdebat itu membuatku bahagia. Sekarang sudah lengkap anggota keluarga kami. Semoga kebahagian ini akan terus berlanjut.
"Sudah-sudah jangan berdebat lagi, Lexa mau berlatih kan?" Tanya ku pada Lexa.
"Iya Bun, Ayah aku pergi dulu ya! Nanti setelah selesai latihan aku ngobrol sama Ayah!" Pamit Lexa pada ku dan pada Alex, dia memeluk Alex sebelum pergi.
"Lexi bukannya kau juga harus latihan bersama Lexa?" Tanyaku pada Lexi.
"Aku mau main catur dulu sama Ayah ya Bun, satu kali putaran saja deh?" Ucap Lexi dengan nada memelas agar di setujui.
"Sudah biarkan dia bermain bersamaku sebentar! Setalah itu dia boleh pergi latihan!" Ucap Alex yang menyetujui keinginan Lexi.
"Tuh kan Bun Ayah mengijinkan, jadi aku akan bermain dengan Ayah satu putaran saja." Ucap Lexi dengan senang.
"Kau mulai memanjakan dia!" Aku berkata sambil meninggalkan Alex dan Lexi.
*****
Keesokan harinya seperti biasa rutinitas ku, sebagai seorang Ibu dan seorang isteri. Aku melantai suami ku dan menyiapkan anak-anak untuk pergi ke sekolah. Setelah itu aku akan pergi ke kantor, karena Pak Dim memintaku untuk datang ke kantor. Setelah semuanya selesai aku pun berpamitan pada Alex, sebenarnya aku tidak tega meninggalkannya untuk terapi sendirian.
"Sayang kamu tidak apa-apa kan, kalau aku tinggal sebentar? Ada yang harus aku kerjakan di kantor parfum?" Tanya ku pada Alex.
"Pergilah! Kau akan pergi bersama Ari?"
"Tidak! Ari kutugaskan bersama mu di sini! Aku bisa pergi sendiri ke kantor!" Jawab ku pada Alex.
"Jam berapa kau kembali ke rumah?" Tanya Alex padaku.
"Sebelum jam makan siang aku sudah ada di rumah!" Jawabku pada Alex.
"Baiklah hati-hati, jangan lupa bawa beberapa pengawal!"
"Oke, Ari sudah menyiapkan beberapa pengawal untuk ku! Aku pergi dulu ya!" Ucapku pada Alex sambil mencium punggung telapak tangannya, dia pun mengecup kening ku dengan lembut.
Aku pun pergi meninggalkan Alex dan Ari, karena hari ini jadwal Alex untuk terapi. Aku harus segera menyelesaikan semua pekerjaanku. Aku ingin selalu dekat dengan Alex, di saat dia sedang terapi. Aku ingin memberinya semangat, agar dia merasa bahwa ada yang selalu mendukungnya.
Sampailah aku di perusahaan parfum, aku di sambut oleh para karyawan. Termasuk Pak Dim yang sudah ada di lobi, dia langsung menghampiri ku. Dan menceritakan semua yang menjadi masalah. Sebelum membicarakan lebih rinci, aku mengajak Pak Dim untuk ke ruangan ku.
Setelah di dalam ruangan ku, Pak Dim mulai kembali menceritakan apa yang menjadi masalah. Setelah ku dengar penjelasan Pak Dim, aku bisa menarik kesimpulan. Bahwa ada seseorang yang ingin merebut perusahaan ku atau ingin menghancurkan perusahaan ku. Aku harus segera bertindak, jika tidak maka perusahaan ini akan hancur. Aku tidak ingin perusahaan yang sudah dirintis oleh almarhum Ibu Sinta, berakhir di tangan ku.
"Pak Dim, apakah sudah mengetahui bagaimana cara kita menghadapi semua ini?" Tanya ku pada Pak Dim.
"Saya sudah melakukan beberapa tindakan, sehingga perusahaan kita mulai tenang!"
"Aku rasa ada orang yang membuat isu buruk tentang produk kita!" Ucapku pada pak Dim.
"Benar Nyonya, saya sudah menyelidiki semuanya! Dan saya sudah menangkap orang yang membuat keributan ini!" Jawab Pak Dim.
"Bagus! Terus cari informasi dari dia, aku ingin tahu siapa di balik semua ini!" Ucapku dengan nada kesal.
"Baik Nyonya!" Jawab Pak Dim singkat.
"Terus bagaimana apa Pak Dim sudah menjelaskan semua isu ini, kepada semua klien kita?" Tanya ku pada Pak Dim.
"Alhamdulillah semua klien sudah saya hubungi, dan mereka mengerti dengan semua isu itu. Para klien tidak akan memutuskan hubungan kerja sama kita!" Jawab pak Dim.
"Bagus, sekarang berikan semua dokumen yang harus aku periksa dan tanda tangani! Sebelum aku pulang ke rumah!"
Pak Dim memberikan semua dokumen yang harus kuperintahkan, dan harus ku tandatangani ternyata begitu banyak dokumennya. Aku pun menyuruh Pak Dim untuk melanjutkan pekerjaannya, setelah Pak Dim meninggalkan ruangan ku, aku langsung memeriksa dokumen dan menandatangani nya. Aku harus segera menyelesaikan semua ini sebelum jam makan siang.
Akhirnya aku menyelesaikan semuanya, kulihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul sebelas. Aku langsung menghubungi Pak Dim agar ke ruangan ku. Beberapa saat kemudian Pak Dim sampai di ruangan ku. Aku menyerahkan semua berkas, yang sudah ku periksa dan kutanda tangani. Setelah itu aku pamit untuk pulang. Pak Dim mengantarku sampai di depan kantor, aku sangat bersyukur memiliki Pak Dim. Kalau tidak ada Pak Dim, entah aku bisa menangani semua ini atau tidak.
Aku pun masuk kedalam mobil, supir menjalankan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan standart. Dalam perjalanan pulang Mama Rahma menelepon ku.
Drrrttttt....
Drrrttttt...
Kuangkat.
"Assalamualaikum Mah!" Sapa ku pada Mama Rahma di seberang telepon.
"Sayang kamu bisa bantu Mama? Sepertinya ada yang mengikuti Mama? Entah siapa itu? Mama tidak mengenal mereka?" Ucap Mama Rahma dengan nada takut.
"Mah, Mama tenang dulu! Sekarang Mama ada dimana?"
"Sekarang Mama ada di jalan xxx, sayang bisa kah kau kemari?"
"Mah apakah Mama bersama pengawal?" Tanya ku pada Mama Rahma.
"Mama hanya membawa dua orang pengawal! Sayang cepat kemari!"
"Baik Mah tunggu aku disana!"
Mama Rahma menerus telephonenya, aku berusaha menghubungi Adam, dia tidak mengangkat telepon ku. 'Sedang apa dia sebenarnya, kenapa kau tidak mengangkat telepon ku hah! Adam ayo cepat angkat! Sial dia tidak mengangkat nya!' gumam ku dalam hati.
Aku menelepon Ari, agar dia memperketat penjagaan di rumah! Aku menceritakan semuanya. Bahwa Mama Rahma dalam bahaya. Ari berusaha mengirimkan beberapa pengawal ke lokasi yang kusebutkan. Aku juga menyuruh Ari untuk mengirimkan beberapa ppengawal lagi, untuk melindungi Lexa dan Lexi. Aku pun langsung menuju lokasi Mama Rahma. Mudah-mudahan aku tidak datang terlambat, aku tidak mau terjadi sesuatu pada Mama Rahma.
Aku terus menghubungi Adam, tapi dia tidak mengangkat teleponnya. Karena sulit sekali menghubungi Adam, akhirnya aku mengirimkan pesan padanya. Kuceritakan semuanya dan memberikan lokasi Mama Rahma.
Beberapa saat kemudian aku sampai di lokasi, yang Mama Rahma berikan. Aku melihat ada beberapa mobil yang menghadang mobil Mama Rahma. Aku menyuruh supir ku untuk mendekati mobil Mama Rahma. Setelah melihat mobilku, Mama Rahma keluar dari dalam mobilnya. Aku pun langsung keluar dari dalam mobilku. Aku berlari mendekati Mama Rahma, dengan menundukkan kepalaku dan memegang senjata api, yang sudah terisi penuh peluru.
Mama Rahma langsung memelukku, badannya gemetar, aku tahu bahwa Mama sedang ketakutan sekali. Tapi aku tidak boleh menunjukkan rasa khawatir ku. Aku harus kuat di hadapan Mama Rahma.
Dor...
Dor...
Dor...
Suara tembakkan mulai di tujukan kepada kami, para pengawal pun membalas tembakkan dari musuh. Akhirnya terjadilah baku tembak, antara kami dan musuh yang menyerang kami. Mama Rahma semakin ketakutan, dia menangis dan menutup telinga dengan kedua tangannya.
Aku berinisiatif untuk membawa Mama Rahma ke dalam mobilku. Karena mobil ku anti peluru, aku rasa itulah tempat paling aman, untuk Mama Rahma. Aku berlari dengan menundukkan kepalaku, bersama dengan Mama Rahma, ku suruh Mama Rahma untuk menundukkan kepalanya juga. Aku tiba di dekat mobil, kubuka pintu mobil dan kusuruh Mama Rahma untuk masuk. Mama Rahma menarik tanganku, sehingga aku ikut masuk kedalam mobil.
"Sayang kau jangan keluar lagi, temani Mama disini! Mama tidak ingin kehilangan lagi, jadi Mama mohon tetap lah di dalam mobil! Mama sangat menyayangi mu, Mama mohon sekali lagi padamu!" Ucap Mama Rahma dengan suara lirih nya.
"Mah aku tidak bisa meninggalkan pengawalku, melawan penjahat itu! Mama tidak usah khawatir, aku pasti akan melindungi Mama! Dan kita akan pulang bersama ke rumah!" Jawabku pada Mama Rahma.
Akhirnya Mama Rahma melepaskan tanganku, aku pun pergi keluar untuk membantu para pengawalku. Sambil menunggu balasan bantuan, yang dikirim oleh Ari.
Dor...
Dor...
Dor...
Baku tembak terus terjadi, aku pun membalas tembakkan mereka.
Dor...
Tembakkan ku mengenai salah satu penjahat, aku mengisi kembali senjataku, karena peluru di dalamnya sudah habis.
Dor...
Pengawalku yang posisinya dekat dengan ku tertembak, di bagian kepalanya seketika dia tewas. Sisa pengawalku tinggal tiga orang, sedangkan musuhku masih banyak. Kenapa begitu lama sekali, bantuan yang dikirim Ari! Apakah aku bisa bertahan.
Lebih baik aku mundur! aku suruh pengawal ku untuk mundur dan masuk ke dalam mobil. Lebih baik kita pergi dari tempat ini, dan menyelamatkan Mama Rahma. Para pengawal melindungi ku dari hujan peluru yang di tembakkan musuh. Aku pun masuk ke dalam mobil, di ikuti pengawalku.
____________________________________________
Terimakasih untuk kalian yang sudah memberikan vote koin dan poin untuk contest novel ku ini 😘
Lagi-lagi aku meminta kebesaran hati kalian untuk vote lagi 😂
Jika kalian masih memiliki sisa poin kalian silahkan untuk vote lagi, sebagai tanda kasih kalian untukku 😔
Dan kalian juga masih bisa mengumpulkan poin kalian untukku di hari ini dan besok.
Bagaimana caranya mendapatkan poin?
Kalian bisa memasuki beranda aplikasi MangaToon atau NovelToon, kemudian selesaikan misi yang tertera di dalam fitur PUSAT MISI itu.
Jika ada hal lain yang ingin kalian tanyakan padaku, kalian bisa menghubungiku via Instagram dengan nama akun @macan_nurul
Sampai bertemu di episode selanjutnya 😂
Itu pun jika kalian memberikan banyak poin kalian untuk judul karya ku yang ini 😒
Dan ingat!! Aku tidak pernah memaksa kalian 😏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Oschar Migerz
tegang dan sesak napas bacanya
2021-02-27
0
Mayra Putri
seru.. thor lanjut.. kaya baca novel mavia ini mah....
2020-09-08
0
💞Fhitrya 93💞
seru .. tp tegang bnget,smpai² aq lupa wkt bca novel ini,i like it,smngat thor
2020-08-08
0