Kupikir kami sudah bisa lepas dari serangan musuh, tapi aku salah mereka masih mengejar kami. Aku menyuruh pengawalku untuk memacu mobil dengan kecepatan penuh. Mereka masih saja mengejarku kami, mama Rahma terus saja memegang tanganku dengan terus berdoa.
Handphone mama Rahma berbunyi, mama Rahma pun mangangkat telephonenya.
"Mah! Mamah diamana sekarang!!" Teriak Alex di seberang telepon. Dia merasa khawatir dengan keadaan mama, dan dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Selain mengandalkan para pengawalnya.
"Alex, entahlah Mama tidak tahu! Kami sedang dikejar!" Mama Rahma menjawab pertanyaan Alex, dengan nada ketakutan. Aku berusaha membuatnya tenang, kupegang tangan mama Rahma. Kuminta handphone nya, agar aku bisa berbicara dengan Alex. Mama pun memberikan handphone nya padaku.
"Sayang!"
Aku berusaha menenangkan diri ku, untuk memulai pembicaraan dengan Alex. Aku tahu dia sangat mengkhawatirkan kami. Tapi aku harus bisa membuat nya lebih tenang, jangan sampai dia kehilangan kendali dan keluar mencari kami. Karena dia adalah sasaran utamanya.
"Alin! Cepat katakan padaku kau dimana?" Alex bertanya dengan nada tinggi dan khawatir. Dia tidak ingin terjadi hal yang buruk pada istri dan mama nya.
"Aku berada di jalanan xxx, apa Lexa dan Lexi sudah pulang?" Aku sedikit khawatir dengan keselamatan anak-anak, jika anak-anak berada di rumah, kekhawatiran ku berkurang karena di rumah ada Alex dan Ari.
"Mereka sudah pulang! Jangan khawatirkan mereka, aku khawatir padamu dan mama!"
"Suruh Alexi untuk melacak keberadaan ku! Karena dia memasangkan alat pelacak di mobil dan handphone ku!" Karena kau nyakin Lexi bisa dengan cepat menemukan ku.
Ckitttt...!
Mobil ku terhenti mendadak, kami di hadang oleh musuh sehingga kami tidak bisa bergerak maju atau pun mundur.
"Alin apa yang terjadi! Katakan padaku! Alin!!" Alex terus saja berteriak menanyakan keadaan ku. Aku lupa mematikan handphone ku.
"Cepat suruh Alexi melacak ku! Aku akan bertahan sampai bantuan datang! Dengarkan aku Alex, kau jangan keluar dari rumah! Aku nyakin semua ini adalah jebakan mereka, agar kau keluar dari rumah!" Ucapku sambil menutup telepon.
Alex POV
"Alinnnnnnnnn!!" Sial dia mematikan handphone nya, aku harus segera menemukan keberadaanya. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada mereka, aku begitu menyayangi mereka.
Lebih baik aku segera menyuruh Alexi untuk melacak keberadaan Alin dan Mama. 'Sial! Kenapa kaki ku belum bisa jalan juga! Aku jadi tidak bisa pergi menyelamatkan orang yang kusayangi! Aku malah menjadi beban bagi mereka!' ucap ku dalam hati. Aku pun langsung menuju kamar Alexi, ku jalankan kursi roda ku dengan cepat sampailah aku di kamar Alexi.
"Ada apa Ayah?"
Sebenarnya aku tidak terbiasa menghampiri menghampiri Alexi di kamarnya, biasanya aku selalu menyuruh seseorang untuk memanggilnya.
"Cepat kau lacak keberadaan Bunda!" Aku sungguh berharap dia bisa dengan cepat menemukan lokasi Alin dan mama.
"Apa yang terjadi pada Bunda?"
Tanpa basa-basi Alexi langsung memainkan jari jemarinya, melacak keberadaan keberadaan Alin. Aku menunggu hasil yang didapat Alexi. Aku melihat cara kerja Alexi begitu cepat, sepertinya dia sudah ahli di bidangnya. Padahal dia baru berusia empat belas tahun, dengan keahlian seperti ini tidak akan terlihat umur dari Alexi.
"Binggo! Aku menemukan Bunda! Sebentar, aku akan mengecek apakah disana ada kamera cctv! Kalau ada aku bisa meretasnya, secara tidak langsung kita akan bisa melihat semua nya!"
Dengan cepat Lexi bisa menemukan di mana posisi Alin berada, aku sungguh terkejut tapi semua itu aku kesampingkan. Yang utama adalah keselamatan Alin.
"Apa yang terjadi? Kenapa kalian mencari keberadaan Bunda?"
Tiba-tiba Lexa masuk dan bertanya, aku berusaha menjelaskan pada Lexa apa yang terjadi.
"Aku sudah bisa melihat situasi Bunda sekarang!" Sela ku disaat Ayah dan Lexa sedang berbicara.
Sepersekian detik layar LED yang ada di depan ku, memperlihatkan Alin yang di kepung oleh musuh. Tak lama kemudian Adam datang, tapi tak menemukan Alex dan anak-anak. Dia langsung menuju kamar Lexi, karena seorang pelayan memberitahukan keberadaan mereka.
"Ada apa kalian kumpul semua disini?" Aku bertanya karena merasa aneh kenapa semuanya berkumpul di kamar Lexi.
"Kemana saja kau Adam? Kenapa kau sulit sekali di hubungi hah!" Aku kesal sekali dengan Adam, kenapa dia sangat sulit sekali di hubungi.
"Handphone ku mati batrenya habis!" Hah kenapa pula Mas Alex terlihat marah dan cemas begitu? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Gumam Adam dalam hati.
"Bundaaaa!"
Semua kaget dengan teriakan Lexa, Adam pun langsung menghampiri Lexa dan melihat apa apa yang terjadi. Setelah melihat apa yang terjadi Adam langsung pergi berlari guna menyelamatkan Mama Rahma dan Alin.
Adam yang melihat semuanya meminta handphone Lexi dan langsung pergi dengan beberapa pengawal. Lexie langsung kembali ke posisi semula untuk mengamati semuanya. Sebenarnya dia sudah tak tahan melihat semua ini, dia ingin pergi menyelamatkan Bunda dan Neneknya.
******
Alin POV
Mereka sudah mengepung kami, Aku harus bisa bertahan, sampai bala bantuan datang kemari. Ku lihat Mama Rahma dia masih ketakutan dan terus berdoa.
"Serang!!"
Mereka mulai menyerang kami, ketiga pengawalku mulai berkelahi. Mereka mengerahkan kan semua tenaga dan keahlian mereka. Aku pun mulai ikut dalam perkelahian itu, ada seorang musuh yang membawa sebilah pedang. Sepertinya dia seorang samurai. Kulihat dari wajahnya dia berasal dari Jepang, apakah ini perintah dari musuh Alex dari Jepang.
"Whussss...!"
Dia menyerangku dengan pedang nya, aku berhasil menghindar. Seorang pengawal mengetahui aku di serang, dia berlari ke dekat mobil dan mengambil sebilah pedang. Pedang itu biasa kugunakan untuk latihan ku saja.
"Nyoya!"
Pengawal itu melemparkan pedang ku yang masih terbungkus tempat nya. Ku tangkap pedang itu, ku lepaskan sarung pedang ku. Aku mulai menghadapi musuhku.
"Whussss...!"
Dia mulai menyerang ku lagi, aku menangkisnya dengan pedang ku. Dia begitu kuat, sepertinya dia seorang ahli pedang. Perkelahian ku semakin sengit. Dia tanpa henti melancarkan serangannya padaku. Aku mencari celah kelemahannya, aku terus bertahan. Binggo aku dapatkan kelemahannya.
"Whussss...!"
Kuserang tubuh bagian kirinya dengan pedangku, dia masih bisa menangkisnya. Terus ku serang di bagian yang sama, sehingga dia merasakan kelelahan. Akhirnya pedangku mengenai kaki sebelah kirinya. Darah segar mengalir dari luka pedang yang kuberikan. Meski dia seorang petarung handal, dia memiliki kelemahan yang dia tidak sadari.
Pertarungan berlangsung sangat lama, para pengawal ku sudah mulai kelelahan. Tapi mereka masih terus bertahan dengan sisa tenaga yang mereka miliki. Kuharap mereka masih bisa bertahan sampai bantuan datang.
Beberapa saat kemudian Adam dan pengawal datang, Adam mulai membatu ku. Semua mulai bertarung, aku masih menghadapi musuhku. Kulayangkan pedangku pada musuh yang terus saja menyerangku. Setelah dia merasakan kelelahan, kulayangkan pedangku pada nya secara bertubi-tubi. Setelah kulayangkan pedangku dan sesekali ku layangkan tendangan ku dengan sekuat tenaga. Akhirnya dia pun terjatuh, dia mengerang kesakitan atas serangan ku yang bertubi-tubi.
Situasi berbalik, sekarang musuh sudah mulai kewalahan menghadapi kami. Semua musuh dapat di taklukan, mereka tidak bisa lagi melawan kami. Aku menghela napas ku dan mengatur ritme napasku. Aku kelelahan, tapi aku bersyukur Adam datang tepat waktu.
Mama Rahma yang melihat Adam di luar dan melihat situasi mulai terkendali langsung keluar dari mobil.
"Alin!! Awas!"
Teriak Mama Rahma, dia berlari ke arah ku. Aku terhentak mendengar teriak Mama Rahma.
Dor...
Dor...
Suara letusan senjata api terdengar begitu nyaring. Aku terpaku dan mencari dari mana arah suara letusan senjata api itu. Sebelum aku menemukan arah suara letusan itu, Mama Rahma memeluk ku dengan erat. Sehingga tubuhku ikut terjatuh, aku tersadar dan kulihat tangan ku berlumuran darah, seketika Mama Rahma terkulai lemas.
"Tidakkkkk!!"
Teriak ku memecah keheningan, seketika Adam mendekati kami. Dia memanggil-manggil Mama, tapi Mama tak bergeming badan nya jatuh terkulai lemas. Aku melihat darah segar keluar dari tubuh Mama. Aku tidak bisa berkata apa-apa, air mata ku pun tak bisa keluar.
"Mah, Mamah bangun Mah!" Adam terus memanggil Mama, tapi dia tak bangun. Kenapa jadi seperti ini, aku tidak bisa melindungi Mama ku sendiri. Adam hanya bisa menagis dan memanggil Mama.
Terdengar samar suara siren polisi, semakin lama terdengar semakin jelas. Polisi datang ke lokasi di saat mama tak sadarkan diri. Aku masih tidak bisa merasakan apa-apa, aku merasa ada yang hilang dalam diriku.
Polisi langsung menghubungi sebuah rumah sakit, meminta sebuah ambulance. Beberapa saat kemudian ambulance datang, mama Rahma langsung di bawa ke rumah sakit. Aku tidak bisa berdiri, entah kenapa kaki ku begitu lemas dan tak sanggup lagi untuk berdiri.
____________________________________________
Sampai jumpa di bab berikutnya, jangan lupa like, vote dan komen yang membangun ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Aisyah Wachs
Huff tegang banget
2023-05-25
0
Wartin Kusmawati
lanjut thoor,tegang banget cerita nya
2022-02-19
0
Awi Ciwy
akh gk d novel am film crtanya sama.sama2 polisi dtngnya telat
2021-10-26
0