Annisa POV
Aku dimana ini, kenapa aku bisa ada di tempat ini? Jangan panik Nissa, aku harus berpikir dan mengingat semuanya. Aku mulai mengingat semua kejadian, sebelum berada di tempat ini. Sebelum aku mengingat semuanya. Aku mendengar suara langkah kaki, sepertinya dia menuju kemari. Aku harus bersikap tenang, aku tidak boleh memperlihatkan rasa takut ku.
Dia sudah berada di depan pintu, aku mendengar dia membuka kunci pintu. Pintu itu mulai terbuka sedikit demi sedikit, orang itu mulai masuk. Siapa dia? Aku tidak mengenalnya? Dia terlihat baik, tapi mengapa dia mengurungku disini.
"Siapa kau?" Aku bertanya karena sungguh aku tidak mengenalnya sama sekali.
"Kau tak perlu tau siapa aku gadis manis! Aku tak mengira dia bisa melahirkan anak secantikmu! Sungguh ibu yang beruntung."
Dia mengenal ibu ku, terus apa hubungan dia dengan ibu? Ibu tidak pernah cerita memiliki teman pria seperti dia. Apa dia berbohong padaku, tapi apa niat dia sebenarnya? Aku tidak akan mudah percaya dengan apa yang dia ucapkan.
"Kau mengenal ibuku? Kalau kau mengenal ibu ku kenapa kau menyekap ku di sini?" Aku ingin tahu apa yang dia inginkan.
"Karena aku ingin memberi kau dan ibumu hadiah terindah seumur hidup kalian!"
Aku tidak mengerti apa yang dikatakan orang ini, tapi firasat ku orang ini tidak baik, dia pasti akan melakukan hal yang buruk. Aku mulai merasakan ketakutan, wajah orang itu menjadi begitu mesum. 'Ayah, ibu bantu aku! Aku tidak mau berada di sini!' batinku.
Beberapa menit kemudian, ada beberapa orang pria masuk dan membawa ibu. Keadaan ibu tak sadarkan diri, ada apa dengan ibu, apakah ibu baik-baik saja.
"Kau apa kan ibu ku?"
"Tenang saja aku hanya membiusnya sedikit, karena dia terlalu liar! Dia sangat berbeda dengan yang dulu! Sekarang dia sudah bisa menghajar kawan-kawan ku!"
"Ibu...!"
Teriakku memanggil ibu, aku terus memanggil namanya. Tapi ibu masih tak sadarkan diri. Mereka mengikat dengan kencang di atas kursi, entah apa yang akan mereka lakukan. Salah satu dari mereka mendekati ku, dan mengikat tangan dan kaki ku.
Setelah mereka mengikatku ibu mulai sadarkan diri, ibu memandang ke seluruh ruangan. Dan melihatku dia berteriak memanggil ku, dan berniat untuk memelukku. Tapi ibu sadar bahwa dia tidak bisa bergerak, karena ibu di ikat dengan kencang. Aku memanggil ibu tak terasa air mataku menetes.
"Bagaimana kabarmu Anna sayang?"
"Fais, apa yang kau lakukan? Lepaskan anakku!"
Ibu berteriak pada orang itu, ibu memanggilnya Fais. Apakah dia orang yang pernah ku dengar, saat ibu berbicara pada kakek dan nenek. Kalau benar dia adalah orang itu, bearti kami dalam bahaya. 'Ayah dimana kau? Selamatkan kami dari orang jahat ini!' batinku.
Entah apa yang akan mereka lakukan, para pria itu tidur di atas ranjang termasuk Fais. Satu orang berada di dekat ibu dan satu orang berada di dekat ku. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, mereka yang berada di atas ranjang mulai menanggalkan pakaian mereka.
Ibu berteriak padaku agar aku menutup mataku, apapun yang terjadi jangan membuka mataku. Aku berusaha keras menutup mataku, tapi salah seorang yang berada di dekat ku, menyuruhku untuk membuka mataku. Kalau aku tidak membuka mataku, maka ibu akan mereka lukai.
Aku tidak menuruti kemauan mereka, beberapa detik kemudian terdengar rintihan ibu. Sepertinya ibu kesakitan, dan orang yang berada di dekatku berkata kembali. Menyuruh ku untuk membuka mataku, untuk melihat perbuatan mereka yang melukai ibu. Ternyata benar, mereka melukai tangan ibu dengan sebuah pisau, yang sekali sayat akan meninggalkan luka dalam.
Air mataku menetes, aku menangis melihat ibu terluka dan mengeluarkan banyak darah. Kepala ku di arahkan kepada mereka yang melakukan tindakan menjijikkan. Aku berusaha berpaling, namun orang di belakang ku memegang kepalaku, agar tidak bisa berpaling.
"Hentikan semua ini Fais! Kau begitu menjijikkan! Kau tidak berhak melakukan itu dan memperlihatkannya pada putriku!"
Teriak ibu pada mereka, tapi mereka tidak menghiraukan perkataan ibu. Mereka semakin menggila, aku tidak mau melihat semua ini. Mereka sungguh menjijikkan, aku menutup mataku tapi mereka terus mengancam ku dengan melukai ibu, sedikit demi sedikit lengan ibu sudah terdapat banyak luka sayatan.
"Hentikan itu Fais! Aku mohon jangan kau lakukan ini pada putriku!"
Mereka tetap tidak menghiraukan perkataan ibu, aku merasa muak dan ingin rasanya teriak. Aku tidak mau melihat ini lagi, aku jijik dengan mereka.
"Ibu...! Huhuhuhuhu" aku memanggil nama ibu dan menagis, aku tidak kuat lagi untuk melihat ini semua. Aku tidak ingin melihat ibu kesakitan. Aku berusaha untuk berpaling sekali lagi, tapi aku tetap tidak bisa. Jika kututup mataku ini, maka mereka akan menyakiti ibu.
*****
Adam POV
"Brukkk...!"
Aku menendang pintu yang terkunci dari dalam dengan sekuat tenaga ku. Setelah aku masuk, aku melihat hal yang begitu menjijikkan. Aku mencari keberadaan anak dan istriku, ternyata mereka di ikat di kursi yang berbeda. Aku menghajar penjahat yang mengalami akan melukai istriku. Semua penjahat berhasil kami lumpuhkan.
Aku melepaskan ikatan Anna, dia terluka, begitu banyak syaitan benda tajam di lengannya. Sehingga banyak darah yang mengalir dari luka sayat itu. Aku memeluknya, aku begitu mencintainya dan aku tidak ingin kehilangannya.
"Adam, cepat lepaskan ikatan Annisa! Dia yang lebih membutuhkan mu! Aku masih bisa menahan rasa sakitku.!"
Anna menyadarkan ku dengan ucapannya, aku pun langsung mendekati Annisa. Entah apa yang sudah terjadi, sehingga dia seperti ini. Ku lepaskan ikatannya, di saat aku akan memeluknya, dia histeris aku sangat terkejut dengan sikapnya ini.
"Tidak!!! Jauhi aku jangan kau sentuh aku! Aku merasa jijik melihat kau! Aku benci kalian semua!!"
Ada apa dengan putri manisku, kenapa menjadi seperti ini, aku terus berusaha memeluknya. Aku ingin memberikan kehangatan dan perlindungan seorang ayah. Tapi dia terus meronta, dia tidak ingin aku menyentuhnya. Aku berusaha menenangkannya, tapi semua yang kulakukan tidak ada hasilnya.
"Sayang, lihat ayah! Ini ayah mu, lihatlah apakah aku akan melukaimu sayang?" Aku berusaha menyakinkan nya agar dia bisa mengenaliku.
Dia terus saja meronta, sehingga dia kelelahan akhirnya tak sadarkan diri. Aku menggendongnya dan pergi dari tempat busuk ini, aku akan membawanya ke rumah sakit bersama Anna. Aku melihat Anna pun hanya diam saja, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Anna berkata padaku agar tidak melepaskan Fais. Apapun yang terjadi dia tidak ingin melihat Fais bebas dari penjara. Bahkan dia mengatakan, lebih bagus lagi jika Fais di hukum mati saja. Sebegitu benci kah kau pada mantan mu ini Anna, sampai kau berkata seperti itu.
____________________________________________
*** Hallo para pembaca semuanya,
Terima kasih yang masih bertahan membaca cerita ku dari tiga bulan yang lalu. Aku tidak menyangka dari novel pertama ku, sekarang berlanjut ke novel kedua ku. Sungguh di luar dugaan ku, ya aku tahu meskipun masih banyak kekurangan ku.
Aku selalu membaca komentar-komentar kalian dan belum lama ini aku menemukan komentar bahwa kalian menyayangi author dan memberi ku semangat. Terimakasih aku juga menyayangi kalian semua 😊
Dan aku ingin bertanya, mungkinkah diantara kalian yang mengusulkan sesuatu untuk cerita ini? kalian bebas mengekspresikan apa yang kalian inginkan. Mungkin ada yang kurang terpuaskan dengan ceritanya, aku hanya ingin berbagi pendapat 😊😉**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Milona
keren bgt thor
2020-08-05
0
Nurain Bajuka
peran d toko alin agak emosian d tak berpikir baik tuk keselamatan dirix malas
2020-06-18
0
rizqya cahiia
tegang mlulu dagdigdug
2020-05-25
1