Episode 17

Berlin mengantar duchess Charon sampai tempat pertemuan. Selama perjalanan Berlin sangat waspada. Ia bahkan tidak naik kereta melainkan menggunakan Kuda sendiri sambil mengawal kereta yang dinaiki ibunya.

"Ibu pulang jam berapa?"

"Mungkin sedikit sore. Tidak usah jemput ibu, ibu tau jalan pikiranmu Berlin."

"Tapi ibu...."

"Jagalah Serena di rumah dan ibu akan baik-baik saja."

"Baiklah ibu."

Berlin pergi meninggalkan kediaman marquis Megan. Ia memacu kudanya dengan cepat. Pemikiran pemikiran akan kata kata Alex terus melayang di benaknya.

'Siapa yang dimaksud Alex? Kenapa dia tau lebih banyak dari diriku? Siapa sebenarnya Alex?'

Entah karena apa sampai timbul pertanyaan terakhir di benak Berlin. Siapa sebenarnya Alex?. Dia selalu menghilang di saat genting dan kembali saat keadaan membaik dan selalu tepat waktu.

Seolah-olah dia pergi entah kemana untuk menyelesaikan masalah dan datang untuk menyaksikan keberhasilan misinya. Ini buka pertama kalinya untuk Berlin melihat hal itu. Tapi entah mengapa baru pertamakali pikiran itu terlintas di benaknya.

"Siapa kau sebenarnya Alex Ghou? Kau terlihat begitu tebuka namun secara bersamaan terlihat misterius."

Berlin bermonolog pada dirinya sendiri. Selama ia mengenal Alex, Alex selalu bersikap ceria dan terbuka. Namun selalu ada guratan kebohongan dalam raut wajah Alex yang Berlin tidak pernah memperhatikan.

☆☆☆

Alex mengajak Serena kebawah pohon yang langsung menghadap ke danau dan hamparan kebun mawar.

"Kau lihat semua pemandangan di sekitar sini terlihat sangat cantik. Persis dirimu."

"Maaf."

Alex membulatkan matanya. Satu kata lirih dari Serena berhasil membuatnya terdiam. Ia sangat terkejut.

"Kau mengatakan sesuatu? Serena bagaimana aku harus member tau kakak dan kedua orang tuamu."

Alex sangat senang. Ia tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Ia mengusap kepala Serena dan menciumnya.

"Jika kau sudah sehat aku akan menepati janjiku."

Serena menatap Alex dengan tatapan kosong. Wajahnya kembali tak menampakkan barang secuil saja ekspresi. "Ketika kau sudah tersenyum maka salju ku juga akan turun untuk mu sebagai permintaan maaf ku."

Seperti biasa Jesica hanya bisa menatap dari jauh. Kali ini wajahnya merengut sambil tangannya menyangga pipi gembilnya.

"Ah~ aku sangat iri. Alex dan Ane selalu di dekat Serena sedangkan aku selalu bersembunyi untuk hanya melihatnya. Menyebalkan."

Jesica langsung duduk dengan benar ketika dari kejauhan ia melihat Ane bersama Valendra. Ane tampak diam saja dengan wajah di tekuk. Nampak sekali bahwa Ane sedang tertekan.

Ane bersama Velendra mendekat kearah Serena dan Alex. Seperti biasa Velendra melakukan pemeriksaan rutin kepada Serena. Namun entah mengapa ia merasa ada yang janggal.

"Apa ada perkembangan?"

"Tidak ada."

"Bagaimana bisa?"

"Aku sendiri juga tak tau. Bahkan dengan sihirku aku tetap tidak menemukan penyebab jiwanya tak kembali sepenuhnya."

'Karena dia sudah mati.'

Serena menatap Valendra dengan tatapan yang terkesan kosong namun sebenarnya itu tatapan penuh ancaman. 'Dia berbahaya.' Ane kembali mengantarkan Valendra kembali.

Alex menatap kepergian mereka berdua dengan tatapan cemas. "Ane. Aku benar-benar tak bisa menjagamu." Alex berucap dengan nada putus asa.

...☆☆☆...

Ane berjalan dengan menunduk. Ia bahkan tak berani untuk sekedar menoleh kearah Valendra. Tiba tiba saja Valendra berhenti membuat Ane mau tak mau ikut berhenti dan menoleh ke arah Valendra.

"Kembalilah ke rumah Ane Magrita."

Ane langsung memalingkan arah pandangannya. Itu pernyataan yang paling Ane tidak ingin dengar. Ane muak dengan pernyataan itu lebih tepatnya muak dengan keluarga Duke Magrita. Hanya saja selama ini ia diam tak melawan.

"Kau ingin membunuhku?"

"Apa maksudmu Ane?"

"Kau menyuruh aku pulang sama saja kau menyuruhku mati dengan perlahan. Kalian selalu menyiksaku kalau kau lupa."

"Ane kami benar benar menyesal. Kami minta maaf."

"Penyesalan tidak akan mengembalikan semuanya dan memaafkan tak semudah membalikkan telapak tanga kau tau itu."

"Ane aku mohon. Apa yang harus kami lakukan agar kau memaafkan kami?"

"Tidak ada. Yang kalian harus lakukan hanya diam dan menghilang dari kehidupanku. Biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri."

"Ane kau bisa mendapatkan segala yang kau mau jika kau pulang. Kumohon pulang bersamaku."

"Aku tak aka mengubah keputusan ku tuan muda Valendra Magrita."

Ane mangataknnya dengan penuh penekanan. Valendra tak suka mendengarnya. Valendra benci di bantah apa lagi itu Ane. Ia merasa Ane kelewat batas.

"Kau juga bagian dari Magrita jika kau lupa."

Valendra mengubah nada bicaranya menjadi dingin dan mengintimidasi. Ane tertegun. Jujur dia sangat takut. Masa masa dimana ia selalu di siksa kembali muncul namun ia menepis jauh jauh perasaan itu.

"Kembalilah selagi aku bicara baik-baik."

"Ti... tidak aku tidak akan kembali."

"Ikut atau..."

"Atau apa? Atau kalian akan menghancurkan hidupku? Kalian sedari awal sudah menghancurkannya. Jujur aku muak dengan kalian. Aku muak dengan keluarga Duke Magrita."

"ANE MAGRITA!!!"

" AKU KATAKAN SEKALI LAGI AKU BUKAN BAGIAN DARI KALIAN JADI JANGAN PANGGIL AKU DENGAN NAMA ITU."

Valendra terkejut bahwasanya Ane membalas perkataan nada tingginya dengan nada tinggi juga. Ini mungkin bukan kali pertamanya hanya saja Valendra membenci itu. Valendra meraih pergelangan tanga Ane dengan kencang sehingga ia meringis karena dicengkeram terlalu kuat.

"Ikut aku pulang."

"Tidak! Lepaskan aku."

Valendra tak perduli. Ia menganaikan ocehan Ane apa lagi tempat itu sangat sepi. Ia menarik tangan Ane agar Ane berjalan mengikutunya. Namun sebuah tangan menghentikannya.

"Laki-laki tak boleh kasar pada perempuan loh. Itu aturan dasar dan umum loh masa kau tak tau."

Orang itu melepaskan tangan Valendra dari tangan Ane. Ane sangat mengenal suara ini. Suara yang sangat familiar ditelinganya.

"Jesica." Ane langsung berlari kenelakang Jesica. Jesica paham betul Ane sedang ketakutan.

"Siapa kau?"

"Siapa aku bukan urusanmu yang pasti aku tak menyukaimu."

Jesica membalikkan badan lalu menghilang secepat angin bersama Ane. Khas Jesica sekali.

"Sial. Aku pasti mendapatkan mu Ane."

Valendra meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal bercampur marah. Dirinya benar benar marasa gagal karena gagal membawa Ane pulang.

Yang lebih parahnya lagi ia kalah cepat dengan seorang gadis yang ia ketahui bernama Jesica.

'Aku tak akan memaafkan mu Jesica. Kau telah mencampuri urusa keluargaku dan mempersulit diriku.'

Terpopuler

Comments

Kagura Shizuhime

Kagura Shizuhime

aku mau Serena bisa bicara lagi

2020-07-27

2

Taccaras (ig: bunga.z_)

Taccaras (ig: bunga.z_)

lah Berlin baru bertanya2 Alex kerjaannya apa, kirain udh tau, Thor kisah Serena dong dibanyakin, jgn urusan ane Magrita sama valendra yg dibanyakin, gue kira jagoannya Serena sama Dean hiks

2020-04-17

3

🦋⃟ℛ★Quen Elsa★ᴬ∙ᴴ࿐

🦋⃟ℛ★Quen Elsa★ᴬ∙ᴴ࿐

tokoh utamanya kpn yak

2020-02-22

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!