Episode 3

Serena dan Berlin memasuki ruang tamu. Disitu duke, duchess dan Arianda sedang mengobrol sambil sesekali tertawa.

"Ayah, ibu kami datang," ucap Berlin.

"Ah! Kalian sudah datang. Duduklah dulu," ucap

duchess Charon menempatkan Berlin dan Serena berhadapan dengan tamu mereka yang

tak lain sepupu mereka Arianda.

"Kenalkan ini Arianda Idrus sepupu kalian yang

akan belajar disini. Dan Arianda kenalkan ini Berlin yang akan melatih mu dan

Serena yang akan belajar bersamamu."

Duchess Charon saling memperkenalkan. Arianda tersenyum lalu membungkukkan badan memberi hormat.

Berlin membalasnya dengan senyuman sedangkan Serena menunjukkan wajah datarnya lalu balik membungkukkan badan.

"Oh ya! Bagaimana keadaan keluargamu sekarang Ria." Tanya duke Gustar.

"Baik paman-"

Obrolan itu terus berlangsung namun Serena tak memperhatikannya. Pikirannya jauh melayang entah kemana.

'Apa Ane sudah berhasil ya? Apa mereka akan setuju bekerja sama dengan ku? Ah! Aku tak bisa berharap banyak pada percobaan pertama.' Batin Serena sambil melamun.

Lamunannya itu buyar ketika seseorang memanggilnya.

"Serena kamu melamun?"

"Ah! Maaf aku sedikit tidak fokus. Ada beberapa

hal kecil yang menggangu pikirkan akhir akhir ini ayah."

"Kenapa tak cerita dengan ibu. Mungkin ibu bisa membantu."

"Tidak apa ibu ini hanya hal kecil tak perlu

terlalu dipikirkan. Lagipula Serena bukan anak kecil lagi ibu."

"Itu benar Charon. Kalau kau terus

memperlakukannya seperti itu dia takkan pernah menjadi dewasa."

Dukes Charon hanya mendesah pasrah mendengar penuturan suaminya itu.

Tiba tiba saja seorang pelayan wanita paruh baya memasuki ruangan.

"Maaf tuan dan nyonya pelayan Ane ingin bertemu dengan nona ke dua."

"Ane ada apa dia ingin bertemu nona ke dua."

"Maaf nyonya saya tidak tau katanya ia membawakan pesan untuk nona kedua."

"Bilang pada pelayan Ane untuk menunggu saja

ya?"

"Tunggu ibu. Aku akan menemui Ane aku ada sedikit urusan dengannya."

"Tapi-"

"Tidak papa bibi Charon aku bisa berkeliling

tempat ini dengan kak Berlin saja. Itupun kalau kakak mau."

'Oh! Jadi saat aku melamun mereka menyuruhku menemani Dia berkeliling. Cih! Mana sudi aku untung Ane datang tepat waktu. Nice time Ane' batin Serena berbahagia.

"Sudah kan bu. Lagi pula kak Lin terlihat tak

keberatan. Jadi Serena pergi dulu."

Serena langsung pergi begitu saja "Anak itu benar benar. Ah! Maaf ya Ria, Serena memang begitu."

"Tak apa paman. Sepertinya Serena tak begitu

menyukaiku."

Arianda memasang wajah sedihnya. Hal itu membuat duke, duchess dan Berlin merasa tak enak.

"Sudahlah Ria kakak yakin Serena tak bermaksud begitu dia itu baik hanya saja dia tak terlalu menyukai orang baru. Tapi tak

usah khawatir jika sudah saling mengenal dia sangat baik. Kalau begitu ayo! Kakak akan menemanimu berkeliling."

Sementara itu ternyata Serena belum benar benar meninggalkan tempat itu. Serena masih berada di depan pintu.

'Luar biasa. Baru sebentar saja sudah menarik simpati orang lain. Tapi itu belum cukup mengalahkan ku ini hanya permulan.'

Serena langsung meninggalkan tempat itu untuk menemui Ane yang membawa berita yang sudah dinantikannya.

Kini Ane sedang menunggu nonanya itu di danau dekat kandang kuda tempat yang disepakati nonanya itu.

"Sebenarnya apa yang dipikirkan nona sampai

menghubungi 'mereka' " Ane mendesah pelan.

Flashback

Serena mengkode Ane mendekat dan membisikkan sesuatu "Ane pergilah ketempat tentara bayaran Silver Moon dan katakan nona ke dua duke Lexus ingin menjalin hubungan kerjasama dengan mereka. Bisakan Ane?"

"Tapi nona untuk apa? Apakah ini perlu dilakukan? Ini cukup berbahaya untuk berhubungan degan mereka nona." Raut cemas

tergambar di wajah Ane.

"Percaya padaku. Kirimkan saja ini."

Serena menyerahkan sebuah surat pada Ane. Surat beramplop coklat itu tampak sedikit lusuh namun tercium wangi parfum Serena.

"Baik nona akan saya laksanakan."

Ane keluar dari kamar Serena. Di sepanjang koridor Ane masih berfikir kira kira untuk apa nona kecilnya itu ingin berhubungan dengan

Silver Moon yang terkenal kejam dan berbahaya. Bahkan kerajaan memandang tinggi

Silver Moon, sebuah organisasi dengan lambang huruf SM yang sangat khas itu.

Flashback of

Ane memandang jauh ke langit hingga sebuah suara mengalihkan pandangannya.

"ANE!!"

Serena-lah pelaku pemanggilan. Ia berlari kearah Ane. Ane hanya memandang nonanya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ane apakah berhasil? Apa Silver Moon bersedia?"

Ane menggeleng "tidak nona. Mereka tidak mau. Mereka bilang nona terlalu kecil untuk menjalin kerjasama dengan mereka."

'Sudah kuduga ini takkan semudah itu.'

Serena tersenyum lalu mengambil tempat duduk di rerumputan. Serena menepuk nepuk tempat disebelahnya menyuruh Ane untuk ikut

duduk.

"Jadi rencana awal gagal. Terpaksa harus langsung ke inti."ucap Serena.

"Nona sebenarnya apa tujuan anda bekerjasama dengan Silver Moon?"

"Sebenarnya aku tak berniat bekerjasama betulan dengan mereka."

Ane menautkan alisnya tanda ia tak mengerti kemana arah jalan pikiran nona kecilnya itu.

"Tujuanku yang sebenarnya adalah menjadi bagian dari Silver Moon tapi sepertinya tidak akan semudah itu."

Nada bicara Serena menjadi dingin. Sedangkan Ane kini menatap Serena tak percaya.

"A... apa... ma... mak... sud... nona." Ane bicara takut takut.

"Hanya ingin memberi pelajaran kepada seekor

rubah yang berani masuk sarang serigala."

Serena memasang wajah bak psikopat yang siap memutilasi korbannya. Siapa pun yang melihatnya akan bergidik ngeri tak

terkecuali Ane.

Dilain tempat Berlin sedang mengajak Arianda

berkeliling mansion. Sesekali ada tawa ditengah obrolan mereka. Berlin sedikitnya merasa senang dengan Arianda yang ceria dan lemah lembut.

Mungkin Serena juga gadis yang ceria hanya saja Serena itu kasar, tak mau dibantah namun suka membantah dan bersumbu pendek. Terlebih Seminggu terakhir dirinya menjadi pendiam dan terkadang terkesan dingin. Baru

beberapa hari ini Serena kembali menjadi gadis ceria.

Berlin dan kedua orang tua Serena bersyukur Serena menjadi lebih berkepala dingin. Namun tak dapat dipungkiri sikap Serena terkadang masih dingin dan terkadang tak berprilaku layaknya bangsawan. Namun bagaimanapun mereka masih menyayangi Serena.

"Kak. Kak Berlin melamun?" Suara Arianda membuyarkan lamunan Berlin.

"Ah! Maaf kakak melamun."

"Apa kakak lelah? Kakak bisa beristirahat kalau

lelah. Besok kakak kan harus melatih aku dan Serena." Berlin tersentuh akan kelembutan Arianda.

"Baiklah. Kalau begitu ayo kakak antar Ria ke kamar dulu."

Arianda mengangguk lalu mengikuti Berlin dari

belakang. Berlin tak menyadari ekspresi wajah Arianda berubah untuk beberapa saat.

Ekspresi itu menunjukkan kebencian yang mendalam yang entah ditujukan untuk siapa dan karena apa.

Akhirnya mereka sampai dikamar Arianda. Arianda membungkuk dan mengucapkan terimakasih pada Berlin.

Sepeninggalan Berlin Arianda memasang ekspresi yang sama dengan sebelumnya lalu masuk kedalam kamarnya. Tanpa sadar dari awal seseorang dari balik jendela memperhatikannya sambil menyeringai. Tepatnya di atas dahan pohon dekat jendela yang langsung menghadap pintu kamar yang

ditempati Arianda.

"Ekspresi yang sangat cantik. Permainan akan

semakin menyenangkan," ucap orang itu.

Wajah orang itu disembunyikan dengan baik oleh daun daun pohon hingga tak terlalu jelas. Namun dari bentuk tubuh dan suaranya ia adalah seorang wanita.

Terpopuler

Comments

i'mMavis>,<

i'mMavis>,<

Thor,ini sedikit perbaikan.
Istrinya Duke itu Duchess dan nama wilayahnya itu Duchy,tolong diperbaiki ya

2020-09-11

3

Yuni latte

Yuni latte

perang di balik kegelapan d mulai

2020-03-07

7

Amika Avera Athalia

Amika Avera Athalia

lanjutkan thor...bagus ceritanya...jadi nggak sabar pengen liat si arianda dikasih pelajaran serena

2020-01-06

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!