Episode 12

Tiga hari lagi sampai hari di perkirakan Serena tak mampu bertahan. Kini dirinya di kelilingi orang-orang yang menyayanginya mungkin tidak semua. Dean selalu datang setelah mendengar kabar Serena tempo hari. Herlis-pun ikut dengan Dean dengan alasan menemani Dean padahal alasan sebenarnya ia ingin memperbaiki hubungan keduanya.

Selama itu juga hubungan keduanya membaik. Kemarin duke Gustar pulang dari perbatasan. Duke sangat mengkhawatirkan putri bungsunya itu dan berusaha mencari penawarnya.

"Hey! Bangunlah apa kau mau memecahkan rekor tidurmu? Apa mimpimu lebih indah dari pada kehidupan nyata mu?" Berlin merancu tidak jelas.

Dean dan Herlis terdiam di sofa ruangan. Duke dan duchess berdiri di samping ranjang. Sedangkan Arianda terlihat mencoba menenangkan Berlin.

"Kak. Kakak harus istirahat juga. Serena tidak akan senang melihat kakak begini."

"Benar Berlin istirahatlah biar aku dan Dean saja yang menjaga Serena. Duke dan duchess Lexus juga."

"Terimakasih pangeran kami undur diri."

Orang tua Berlin keluar kamar walau sebenarnya duchess Charon tidak rela namun dibujuk Duke. Berlin masih tak bergeming.

"Kak ayo." Arianda mencoba menarik pelan tangan Berlin.

"Pergilah biar aku disini. Aku ingin berdua dengan Serena."

Nada bicara Berlin datar tanpa ekspresi. Wajahnya se-datar tembok dengan tatapan kosong menatap wajah adik satu satunya yang ia miliki. Herlis dan Dean tak cukup bodoh untuk memaksakan kehendak mereka disini. Mereka tau Berlin tengah depresi.

"Baiklah. Idrus kau ikut juga bersama kami"

"Tapi... tapi pangeran aku...." Dean menarik pergelangan tangan Arianda.

"Jangan egois," ucap Dean dingin. Mau tak mau Arianda mengikuti kemana Dean membawanya sedangkan Herlis berhenti sejenak.

"Kuharap kau tak melakukan tindakan konyol Berlin kekaisaran masih sangat membutuhkanmu." Setelah itu Herlis menghilang di balik pintu kamar Serena.

"Hiks...hiks....kakak. kakak dimana? Tolong aku kakak. Selamatkan Serena kak El."

Berlin menangis dengan tangan menggenggam tangan mungil Serena. Tanpa ia sadar matahari sudah tenggelam sedari tadi. Karena kelelahan menangis Berlin tertidur di tepi ranjang Serena.

...☆☆☆...

Duke dan duchess sedang berbincang dengan kedua pangeran di ruang tamu.

"Maaf kami membuat pangeran repot karena setiap hari harus kemari."

"Tidak usah dipikirkan duke. Serena sebentar juga menjadi bagian keluarga kerajaan."

"Tapi tetap saja...."

"Ini cukup larut untuk kami tetap tinggal duchess. Jadi kami mohon diri besok kami akan datang lagi." Dean memotong ucapan Charon.

"Terimakasih banyak pangeran."

Pasangan suami istri itu mengantar Herlis dan Dean sampai pintu depan. Mereka baru masuk ketika kereta kerajaan sudah tak tampak lagi.

"Tuanku apa Serena bisa selamat? Aku takut jika harus kehilangan anakku untuk kedua kalinya."

"Pasti. Jangan berfikiran macam macam kau pasti kurang istirahat belakangan ini Charon. sekarang istirahatlah kita serahkan semua ini pada keajaiban." Charon mengangguk lalu mengikuti suaminya itu masuk kedalam rumah.

'Entah mengapa kali ini aku benar benar menginginkan kau mati Serena sepupuku tersayang.'

...☆☆☆...

Jam menunjukkan 00.00 udara malam sangat dingin walau sudah berada dalam rumah. Berlin sama sekali tak terusik dengan itu semua ia masih tertidur lelap.

Brak

Whuss

Jendela di dekat ranjang Serena terbuka karena tertiup angin kencang dan lupa di kunci. Angin meniup gorden berwarna putih tipis di jendela yang menunjukkan seberapa kencang angin yang bertiup malam itu.

Dua orang bertopeng memasuki kamar Serena. Seorang pria berambut pirang berbaju putih dengan jubah bertengger indah di pundak juga topeng senada dengan bajunya. Dan seorang wanita berambut panjang, rambutnya berwarna perak berkilau dibawah sinar bulan. Baju yang dikenakan kurang lebih seperti yang pakai pria itu hanya rok wanita itu pendek dengan sepatu booth tinggi di atas lutut.

Wanita itu mendekati Berlin. "Sungguh tak bisa berubah ya." wanita itu membelai lembut kepala Berlin.

"Kak El." Berlin mengigau dalam tidurnya. Wanita itu tersenyum lalu berjalan kearah ranjang Serena dan mengambil Selimut yang tidak terpakai oleh Serena untuk Berlin.

"Ella kenapa kau sangat peduli dengan mereka. Mereka bahkan tidak mengenal bahkan mengetahui dirimu."

"Ayolah Izen Gwen kau terlalu kaku." Gadis bernama Ella memasangkan selimut di badan Berlin.

"Kau bahkan tak mengizinkan Alex, Ane dan Jesica untuk ikut malam ini." Ella berjalan mendekat kearah pria bernama Izen itu.

"Besok mereka akan bertemu dan ini juga salah mereka."

"Ayolah mereka berusaha keras untuk menebus kesalahan mereka. Kau tau bunga Lotus kembar itu tak mudah didapatkan.

Kau juga sudah keterlaluan kepada Ane. Kau sampai menakuti Ane dengan mengancam akan mengembalikannya pada orangtuanya. kau tau Ane sangat takut dengan keluarganya dan kau memanfaatkan itu. Hey! mereka juga tak menginginkan ini."

"Hari ini kau jadi banyak bicara El. Apa mulutmu itu tak lelah?"

"Kau terdengar seperti Berlin, sama sama memanggil orang seenaknya."

Izen hanya merolling bola matanya malas. Dia lelah mendengar ocehan Ella sepanjang hari. Ella mengeluarkan bunga Lotus kembar dari balik jubahnya. Ia meletakkan bunga itu di tubuh Serena tepatnya di atas perut.

Ella mengusap kepalanya Serena dengan sayang lalu mengecup keningnya. "Sudah selesai? Ayo cepat pulang."

"Hey! Kau kira aku melakukan ini semua untuk siapa?" Izen tak menanggapi ocehan Ella.

"Hey Izen tunggu aku."

Mereka keluar kamar lewat jendela kembali. Izen berjalan mendahului Ella.

"Izen tunggu aku kenapa kau jalan cepat sekali sih. Izen. Izen. Zen. Khama-"

Tak

Ella tercengang ketika sebuah pisau melewati wajahnya dan tertancap di pohon belakang dia berdiri.

" Sekali lagi kau ucap nama itu ku pastikan kepalamu terpisah dari badan mu PAHAM."

Izen sedikit berteriak mengatakan kalimat terakhir.

"Jangan kau pikir karena kau mengenalku dari dulu kau bisa berbuat semau mu." Ella gemetar ketakutan.

"Aku bisa membunuh tunangan tercintamu itu tanpa menyentuhnya mengerti?" Izen menekankan kata kata terakhirnya.

"Saya mengerti tuan. Maafkan saya."

"Bagus. Gadis penurut." Izen menghilang dengan hitungan detik.

'Kenapa kau jadi seperti ini aku sungguh merindukan dirimu yang dulu Izen.'

Ketika matahari menampakkan dirinya kembali, kediaman Lexus heboh dengan bunga Lotus kembar yang berada ditubuh Serena.

'Kak El itu kamu kan? Terimakasih kak El.'

Berlin meremas selimut yang masih tersampir indah di bahunya. 'Aku selalu menantikan pertemuan kita yang selalu ku impikan kak El.'

Jangan lupa tinggalkan jejak buat Thor ya😊

Terpopuler

Comments

✓Gajelasbangett ¹⁴_

✓Gajelasbangett ¹⁴_

Serena sepupuu tuuhh maksudnya apaan thorr..?

2020-07-21

1

Lenha oks

Lenha oks

🆙🆙🆙🆙🆙🆙🆙

2020-01-22

1

Sri Wagini

Sri Wagini

seru seru

2020-01-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!