Episode 4

Pagi ini latihan Serena dan Arianda di mulai. Serena datang dengan mengenakan baju seragam latihan hitam untuk anak laki laki

sedangkan Arianda mengenakan baju seragam maroon untuk perempuan.

Berlin terlihat terkejut dengan penampilan Serena. Serena itu gadis yang modis kenapa jadi begini.

"E... Serena apa kau salah ambil pakaian. Kau

tau? Pakaian perempuan di lemari bagian kanan."

Berlin merasa sangat aneh dengan adiknya ini. Serena hanya tersenyum lalu menggeleng "Aku tau hanya saja rok itu menggangguku

dan kulihat baju anak laki laki lebih bagus dan nyaman 'aku sangat terbiasa

dengan pakaian laki laki di kehidupanku yang dulu'. "

Tentu saja kalimat terakhir hanya terucap dalam pikirannya. Bisa habis diintrogasi kalau keceplosan dia.

Tak sadar saja mereka Arianda menatap tak suka pada interaksi kedua kakak beradik itu. "Kak apa bisa kita mulai latihannya

kalau terlalu siang takutnya kakak mendapat panggilan mendadak." Arianda

mengatakan sambil tersenyum manis.

'Alasan aja. Bilang aja iri dasar seribu wajah.' Batin Serena.

"Benar juga. Kita mulai latihan pertama latihan

stamina."

Latihan kini diawali lari keliling tempat pelatihan. Mereka berdua berlari mengelilingi tempat itu sebanyak 10 kali. Keringat

mengalir di wajah kedua gadis cantik itu.

Setelah beberapa saat mereka menyelesaikan 10 kali putaran itu. Serena dan Arianda duduk dibawah pohon. Berlin datang dengan dua

tempat air minum ditangannya dan menyerahkannya pada Serena dan Arianda.

"Apa kalian lelah?"

Arianda tersenyum lalu mengangguk. Serena hanya tersenyum ' Mana mungkin. Ini tak ada apa-apanya, setiap senin aku pasti

mengelilingi lapangan sekolah sebanyak 25 kali karna terlambat. Sampai sampai

guru piket lelah melihat wajahku ini.' Batin Serena sambil menertawakan masa

lalunya itu.

"Jika sudah istirahatnya temui kakak di lapangan memanah. Kita akan belajar memanah untuk awalan."

Berlin meninggalkan mereka berdua. Angin bertiup pelan. Sangat nyaman berada dibawah pohon sambil menikmati angin sepoi sepoi.

Serena menatap wajah cantik Arianda yang sedang menatap punggung Berlin.

"Cantik bukan?"

"Eh! Siapa?"

"Kak Lin. Dia sangat cantik dan kuat aku sangat

menyayanginya."

"Kau benar. Kak Berlin sangat cantik, kuat dan

baik hati. Aku sangat ingin menjadi seperti kak Berlin."

Wajah Arianda nampak berseri-seri mengatakan itu. Namun Serena yakin seribu persen bahwa itu salah satu dari ribuan topeng milik Arianda.

"Kau benar. Aku pun ingin seperti dirinya. Dan aku bersumpah jika ada seseorang yang berani merusak raut wajah cantiknya itu

dengan kesedihan aku akan menghancurkan orang itu tak peduli siapa dia."

Arianda memandang Serena dengan wajah yang sulit diartikan. Serena membalas tatapan itu dengan sebuah senyuman yang manis namun mengerikan.

"Jika seseorang berani mengusik keluargaku

ku pastikan mereka takkan hidup dengan tenang. Terlebih mereka satu satunya

keluarga ku."

"Kau benar Serena. Tak boleh ada yang merusak kebahagian seseorang. Karena keluargamu kebahagiaanmu maka kau harus melindunginya.Bahagia itu hak semua orang bukan?"

"Hey Arianda!"

"Ya?"

"Kau pasti cukup cerdas mengartikan pribahasa 'mata untuk mata dan gigi untuk gigi'." Serena mengatakan dengan nada

dingin dan menusuk.

Serena berdiri dari duduknya lalu tersenyum manis ke arah Arianda. Dirinya sangat puas melihat wajah terkejut Arianda. "Ayo! Kakak

pasti sudah menunggu." Serena berlalu tanpa beban seperti kejadian tadi tak pernah terjadi.

Arianda menggenggam rumput disekitarnya dengan kuat. Terlihat dari beberapa helai daun yang terlepas dari akarnya. Raut wajahnya

terlihat datar. Mata birunya menatap Serena dengan tatapan benci.

Arianda bangkit dari duduknya dan menyusul Serena. Ekspresi wajahnya tak berubah sedikitpun. Serena tak tampak berminat untuk

menoleh kebelakang barang sekali saja.

Didepan Serena Tersenyum penuh kemenangan. Dirinya sangat senang membuat Arianda sangat kesal.

☆☆☆

Dilain tempat seorang gadis berjubah hitam dan bertudung keluar dari persembunyiannya dari balik pohon tempat Serena dan

Arianda beristirahat tadi. Sebagian besar wajahnya tertutup tudung jubah.

Namun masih terlihat jelas bibir merahnya menyeringai. "Aku tak menyangka pergi ke mansion duke Lexus akan berakhir menyenangkan." Suara gadis itu terdengar sama dengan orang di atas pohon beberapa waktu lalu.

Dalam hitungan detik gadis itu melesat meninggalkan tempat itu tanpa suara. Bahkan rumput tempatnya berpijak tadi tak menunjukkan tanda tanda pernah diinjak seseorang. Gadis itu bagai tak pernah ada.

☆☆☆

Serena dan Arianda berdiri di depan papan sasaran dengan memegang busur panah. Saat tatapan mereka bertemu Serena selalu melempar senyum manisnya yang mau tak mau dibalas senyuman oleh Arianda.

Berlin mulai menjelaskan caranya memanah. Berlin sangat sabar menjelaskannya apalagi dirinya harus dihadapkan setan kecil biang

rusuh yang tak lain dan tak bukan adalah adiknya sendiri, Serena.

Serena sengaja menanyakan apapun yang bisa ia jadikan bahan pertanyaan saat Berlin menjelaskan. Apakah ia tidak paham sehingga banyak tanya?

Bohong kalau ia tak paham. Serena adalah salah satu atlet panahan terbaik di daerahnya dan sering memenangkan perlombaan dan

berakhir pulang dengan sebuah piala kemenangan.

Sisi jahil dirinya sangat senang melihat wajah kesal namun tak bisa berbuat apa apa kakaknya itu. Sebenarnya tujuannya adalah

memanas-manasi Arianda namun sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

Akhirnya Serena berhenti menjahili kakaknya karna kasihan dengan wajah lelah kakaknya. "Baiklah ini pertanyaan terakhir, apa kalian berdua paham?"

"Iya. Aku sangat paham"

Siapa lagi ini kalau bukan Serena yang menjawab. Berlin kesal setengah mati melihat wajah mengesalkan adiknya. Hatinya teramat

sangat dongkol.

"Em...kak."

"Iya. Ada apa Ria?"

"Aku mungkin paham teorinya. Tapi aku tak yakin dalam prakteknya."

"Tak usah khawatir Arianda. Kak Lin akan senang hati mengajari 'amatir' seperti kita berdua sampai mahir. Ya kan kak?"

Serena sengaja menekankan kata 'amatir' sambil melirik Arianda. Arianda bukanlah gadis yang bodoh untuk mengetahui maksud dari Serena.

"Serena benar. Kami mengandalkan kakak."

Arianda memaksakan sebuah senyuman yang sangat jelas dimata Serena. Saat ini Serena benar benar ingin tertawa sambil terguling

guling melihat wajah Arianda. Hanya saja ia sekarang ingat situasi dan tempat.

"Sudahlah kalian. Ayo! Kita praktek."

Untuk awal Berlin mengajari Arianda, Serena-sih masa bodoh toh dia sudah ahli. Berkali-kali Arianda gagal mengenai target.

"Ria letakkan tanganmu seperti ini..."Berlin

memberikan contoh dan membetulkan letak tangan Ria.

"Tarik.....lepaskan." Panah Berlin tepat

mengenai tengah papan target.

"Wah! Kakak sangat hebat Ria semakin kagum dengan kakak. Kakak idola Ria."

Berlin hanya tersenyum. "Terimakasih ya. Kakak

senang jadi idola Ria. Jadi sekarang coba lakukan yang kakak ajarkan."

Arianda mengambil sebuah anak panah dan bersiap membidik. Serena sangat bosan melihatnya 'ternyata dia benar benar amatir ya.

Aku hampir tertidur menunggunya' batin Serena.

Sreet

Jleb

Panah Arianda mengenai papan target. Walaupun tidak pas ditengah setidaknya sudah mengenai tepi papan target. Arianda sangat gembira.

"Kak lihat Ria bisa."

"Wah Ria hebat." Berlin mengusap pucuk

kepala Arianda "kau harus rajin berlatih agar mahir." Arianda hanya mengangguk.

"Nah sekarang giliran mu Serena." Berlin berbalik dan mendekat kearah Serena.

'Jika aku langsung mengenai target dengan pas mungkin sedikit aneh. Tapi kalau tidak aku

akan terjebak lama dengan pelajaran membosankan ini. Apa yang harusku lakukan

sekarang?'

Serena mengambil sebuah anak panah dan mengarahkannya pada papan target. Arianda memandang tak suka kearah Serena namun tak begitu jelas.

"Kau tadi sudah melihat kakak mengajari Arianda jadi kau pasti lebih paham. Apalagi mulutmu yang tak bisa diam itu terus

bertanya."

Berlin menyindir Serena namun itu hanya sebuah candaan tentu saja. Karena bagaimanapun sikap Serena dia adalah kesayangan keluarga Lexus.

Serena hanya tersenyum. Ia mengeratkan pegangannya pada busur. Serena membuang nafas lalu menutup mata 'semoga ini yang terbaik' lalu membuka matanya lagi. Tatapannya setajam elang menatap dengan serius papan target.

"Baiklah. Lepas." Berlin memberi instruksi.

Serena dengan kebulatan tekad melepas anak panahnya.

Sreet....

Jleb....

Terpopuler

Comments

Kagura Shizuhime

Kagura Shizuhime

aku suka ama karakter Serena

2020-07-27

3

Secret Admirers

Secret Admirers

aku menikmati jalan ceritanya. semoga penggunaan tanda bacanya lebih diperhatikan ya Thor. semangat!!

2020-04-13

1

potekan lidi

potekan lidi

ahhh panah asmara tepat d jantung hatiku 🤣🤣🤣🤣🤣

2020-01-29

14

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!