Episode 13

Sudah satu hari semenjak bunga Lotus kembar itu datang secara misterius. selama itu pula tak ada perubahan pada diri Serena. Bunga Lotus kembar tak memiliki tanda sudah menyerap racun dari tubuh serena.

Waktu berjalan makin cepat. hitungan mundur nyawa Serena kurang dari dua kali dua puluh empat jam. waktu yang sangat singkat bagi mereka. Entah karena siapa dan ulah siapa malam tadi duke Gustar di panggil ke istana karena alasan tugas yang menurut Berlin tidak jelas. tapi karna itu perintah raja maka harus dilakukan.

Mereka memutuskan untuk memanggil dokter lagi. kali ini mereka mengundang dokter muda yang terkenal cerdas dan memiliki bakat. dokter itu bernama Valendra. Valendra Magrita putera dari duke Norland Magrita dan duchess Yura Magrita.

Sedari tadi Charon tak bisa diam. Dirinya terus mondar mandir sambil menanyakan dimana dokter itu. Padahal mereka membuat janji dengan dokter itu jam 10.00 dan sekarang masih jam 08.30. Berlin merasa jengah sendiri. Ia khawatir dengan kondisi ibunya.

"Bu, ibu istirahatlah. ibu kurang istirahat sejak kemarin."

"Tak apa Berlin ibu ingin menemani Serena."

"Benar yang Dikatakan kak Lin. Bibi Charon juga perlu istirahat."

"Tapi...."

"Ibu ada aku, Alex juga Ane, apa yang ibu takutkan?"

"Ayolah bibi. Bibi Charon istirahat ya?"

"Ibu, Lin mohon istirahatlah dengan Ria ya?"

“Baiklah kalau begitu. Segera panggil ibu jika Serena bangun. "

"Iya ibu."

Charon bersama Arinda keluar dari kamar itu. Berlin mendengus kasar. Akhirnya ibu yang sama keras kepala dengan dirinya mau juga istirahat.

"Ane bisa ikut aku dulu?"

"Tentu nona."

"Mau kemana?"

"Aku mau menunggu dokter dengan Ane. Aku serahkan Serena padamu Lex bisa kan?"

"Ya! Ya! pergilah."

"Maaf merepotkan mu lagi Lex."

"Tak apa. Aku melakukan ini juga karena aku mau."

Berlin dan Ane menghilang di balik pintu.

Srak

Alex menarik kursi dan duduk di dekat ranjang Serena. "Hey manis! apa kau tak bosan tidur. Kalau kau bangun aku akan mengajakmu main salju. Aku janji aku akan membuatkan musim salju untukmu. aku berjanji."

Alex melirik keluar jendela. Terasa aura kuat yang familiar dirasanya. Alex membuka jendela dengan kekuatannya tanpa bersuara.

"Masuklah Jesica."

Seorang gadis berambut ungu gelap lurus dibiarkan tergerai. Baju putih degan jubahnya juga lambang khas Silver Moon. Gadis itu memiliki mata lebar, hidung mancung dan bibir tipis terpahat indah di wajahnya. satu kata untuk menyimpulkan gadis itu. Cantik.

"Tumben kau tak memakai mantel mu itu."

"Karena aku sedang tidak bertugas."

"Jadi ada apa Jes. kenapa kau sampai menemui ku?"

"Apa kau tau dokter yang di undang dukes Charon?"

"Tidak. memang kenapa?"

"Ini gawat Alex!"

"Gawat? Kenapa?"

"Dokter itu adalah Valendra Magrita."

"Apa?! Dari mana kau dapat info?"

"Itu... eh!"

Jesica buru buru pergi dari situ ketika merasakan ada yang datang. Alex tau betul itu aura milik siapa.

Kriet

Pintu kamar terbuka menampakkan sesosok gadis cantik. Berlin tersenyum kepada Alex.

"Ada apa Berlin?" Entah mengapa Alex menjadi orang yang banyak tanya hari ini.

"Barang ku ketinggalan."

Berlin menuju ke lemari Serena. ia membuka lemari dan mengambil belati dari dalamnya. belati itu berwarna silver bercorak naga dengan satu permata di sisi kanan dan kiri Belati. Permata itu berwarna merah darah sangat kontras dengan warna silver pada Belati.

"Untuk apa?"

"Kemarin kan aku menyimpannya di lemari saat aku mandi. Sepertinya aku lupa mengambilnya kemarin."

"Bukan itu, Maksudku untuk apa kau membawa belati itu terus menerus? Kau bahkan tak pernah menggunakannya."

"R.A.H.A.S.I.A."

Alex menautkan alisnya. Bukan kali pertamanya ia menanyakan hal itu dan bukan pertamakali ia mendapat jawaban yang sama. Berlin tertawa kecil penuh kemenangan.

Ia selalu senang melihat wajah kesal Alex, dan alex selalu kesal dengan jawaban Berlin terlebih menurut Alex makin lama ketika mengatakan itu Berlin semakin terlihat menyebalkan. Berlin keluar dengan senyum merekah di wajahnya.

...☆☆☆...

Berlin dan Ane menunggu kedatangan Dokter yang dikatakan Charon. Berlin dengan di temani Ane juga teh hangat menunggu dengan sangat tidak tenang. Sedari tadi dirinya melirik kearah jarum jam sambil kakinya bergoyang dengan ribut.

"Nona tidak apa apa?" Berlin tersadar dan langsung menghentikan kakinya.

"Tak apa Ane." Ane masih memandang khawatir nona nya itu.

Benar saja tak sampai lima menit Ane tak lagi menanyai nona nya karena sebenarnya ia pun cemas. Ane juga menatap jarum jam, lima belas menit lagi.

Namun entah mengapa waktu itu terasa sangat lama bagi mereka. Lima belas menit terasa satu hari. Hiper bola? Mungkin tapi memang itu yang mereka rasakan.

Tok

Tok

Tok

Ane langsung menuju pintu dengan wajah berseri. dia hanya tidak tau hal mengerikan sedang menunggunya di depan pintu.

Betapa terkejutnya Ane ketika membuka pintu dan mendapati seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Badannya panas dingin, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.

Laki-laki itu tak kalah terkejut melihat gadis yang mematung di depannya, namun ekspresinya segera berubah. Wajah kagetnya berubah lembut disertai senyum manisnya.

"Hallo!!"

Terpopuler

Comments

Andri Ari

Andri Ari

thorr aku kok bingung membacanya thorrr....
susah di mengerti....

2021-04-27

0

Lenha oks

Lenha oks

la jut

2020-01-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!