Episode 14

Serena kini memandang Momo yang berdiri disampingnya dan di depannya secara bergantian. Momo yang berada di sampingnya menunduk.

"Aku tau kita sulit berpisah dengan Serena. Tapi kita juga tak boleh menahannya juga. Serena berhak bahagia."

"AKU TAU. Aku tau. Tapi ini sulit. Aku benar-benar tak ingin berpisah dengan Serena lagi. Aku benar-benar menyayanginya."

Serena bingung. Dirinya tidak tau harus melakukan apa? Dia takut menyakiti salah satu pihak yang sama sama disayanginya.

"Itu memang manusiawi. Kita terbuat dari emosi manusia. Kau tercipta dari rasa takut kehilangan akan sesuatu. Itu wajar. Wajar kamu takut untuk kehilangan Serena karena kamu tercipta juga karena rasa sakit kehilangan dirinya." Serena mulai mengerti dimana arah masalah ini dan ia akan meluruskannya.

"Maaf."

"Maaf kalian tercipta karena aku. Kalian menderita karena aku. Aku benar benar minta maaf."

Serena tak mampu membendung air matanya lagi. Air matanya mengalir tanpa terkontrol. Dirinya jatuh terduduk sambil menangis.

Kedua emosi Momo menunduk sambil tersenyum. Mereka senang Serena masih mengingat mereka lebih tepatnya Momo.

Di satu sisi Momo memang tak ingin berpisah dari Serena dan belum bisa melupakan Serena. Tapi di sisi lain ia ingin membiarkan Serena bahagia dengan mencoba merelakannya.

"Tak perlu minta maaf. Kami senang kau masih mengingat kami."

Serena masih enggan mengangkat kepalanya. Ia masih tak sanggup menatap Momo dan memberikan alasan. Hingga dirasa sepasang tangan yang terasa hangat mengangkat wajahnya.

"Serena!"

"Mo... Mo... Momo."

Kedua Momo itu sudah kembali bergabung menjadi satu kembali menjadi Momo yang sebenarnya. Momo sahabat baik Serena.

Momo mengangguk dirinya juga tak mampu manahan air matanya. Serena menubruk badan Momo dengan badannya sendiri.

Keduanya menangis sambil berpelukan.

"Akhirnya... hiks... aku... bisa... hiks... bertemu... dengan... hiks... Mo... Momo."

"Iya Serena. Aku juga sangat senang."

Ruang gelap yang mereka tempati berubah menjadi padang rumput yang indah dengan bunga bunga dari rumput liar yang bermekaran sangat indah. Kini mereka berada dibawah pohon sakura yang sedang bermekaran.

Angin bertiup ikut meramaikan pertemuan kedua sahabat itu. Pohon sakura itu sama persis dengan pohon dimana ia pertama kali bertemu Momo.

Ketika mereka mulai tenang mereka duduk dengan saling menyender pada punggung masing masing.

"Momo aku mengingat jelas pohon ini."

"Iya Serena. Pohon yang mengawali pertemuan kita,"

"Yang mengawali persahabatan kita,"

"Yang selalu menjadi saksi pertengkaran kita,"

"Yang menjadi saksi kita berbaikan,"

"Pohon Awal,"

"Dan akhir."

"........"

"Ha... ha... ha...."

Momo berdiri membuat Serena yang bersandar di punggungnya jatuh telentang. Serena mengaduh pelan namun kembali tersenyum melihat Momo yang berdiri dan menatap wajahnya dari atas.

Mata Momo memerah sehabis menangis. Masih ada jejak air mata di pipi chuby milik Momo. Momo mengubah posisinya menjadi duduk dan memangku kepala Serena.

Tes

Air mata Momo jatuh mengenai Pipi Serena. Serena yang awalnya terpejam spontan membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah Momo yang menangis. Ia langsung bangkit dari tidurnya namun di tahan oleh Momo.

"Bisa kita menikmati akhir kita begini?"

Serena mengangguk. Ia ingin semua waktu yang tersisa semua untuk Momo. Tak bisa di pungkiri hatinya tersayat mengingat ia akan berpisah dengan sahabat yang paling dia sayang. Namun ia ingin mengakhiri ini dengan senyuman.

"Boleh aku minta hadiah?"

"Tentu."

"Aku mau di cium."

Cup

Serena mencium pipi Momo kemudian kembali ke posisi berbaring dengan berbantal paha Momo. Momo tersenyum di sela tangisnya.

Cup

"Sampai jumpa lagi."

Momo membungkukkan badannya dan mencium kening Serena. Setelah itu tempat Serena berbaring menjadi lubang hitam. Belasan tangan panjang berwarna putih bercahaya biru menariknya kedalam.

Ia akan meraih tangan Momo sebelum ia sadar itu akan sia-sia.

"SAMPAI JUMPA MOMO."

"BERBAHAGIALAH DENGAN KELUARGA BARUMU-

Sampai jumpa lagi sahabatku. Tugas ku menjagamu kali ini sudah selesai, temukanlah kebahagiaanmu bersama orang-orang di sekelilingmu. Tugas ku kali ini ku serahkan padamu

putri raja."

...☆☆☆...

Ane tersadar ketika laki-laki itu menyapanya. Ia salah tingkah menghadapi laki laki itu.

"A.. ah ha... halo silahkan masuk."

Ane sama sekali tak berniat menatap laki laki itu. Ane mengantarnya ke tempat Berlin. Berlin sudah tampak tak sabaran.

"Halo nona Berlin saya Valendra Magrita senang berjumpa dengan anda."

"Saya Berlin Lexus. Senang juga bertemu dengan anda. Bagaimana jika langsung saja?"

"Tidak masalah. Bisa pelayan ini yang mengantar saya?"

Deg

Ane menegang. Kini jantung Ane berdetak dua kali lebih cepat. Otaknya berfikir hal apa yang sedang direncanakan laki laki di depannya ini. Berbagai pikiran negatif tentang Valendra tertanam kuat di otak Ane.

"Tentu saja. Ane tolong ya?"

"Baik nona." Ane sedikit ragu dengan jawabannya sendiri.

Berlin berjalan mendahului mereka menuju kamar Serena. Ane sangat gugup menghadapi laki-laki satu ini. Ia bahkan lebih berbahaya dari satu pasukan perang.

"Ayo tuan saya antarkan." Valendara tersenyum lebih tepatnya menyeringai.

"Lama tak jumpa Ane Magrita."

Terpopuler

Comments

Momoky

Momoky

valendra and ane bermarga magrita pasti hubungan saudara n keluarga iye kn?

2020-03-25

6

Lenha oks

Lenha oks

ada apa kah
lanjut

2020-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!