THE PERFECT GIRL
GRACE POV
Grace Victoria, itulah nama lengkapku. aku adalah anak pertama dari dua bersaudara dan adikku laki - laki, tetapi kami juga memiliki adik tiri (kembar perempuan). Kami berempat sangat kompak, meskipun jarak usia kami terpaut sangat jauh. Saat ini, aku berusia 22 tahun dan adik laki-laki ku berusia 21 tahun. Tapi, usiaku dengan si kembar selisih 10 tahun dengan. Saat ini, mereka sedang duduk di kelas VI-SD.
Oh, iya. Aku akan ceritakan sedikit tentang keluargaku. Mama meninggal karena penyakit komplikasi antara gagal ginjal dengan usus buntu yang dideritanya selama 5 tahun terakhir. Saat itu, aku baru berusia 12 tahun dan Mama dimakamkan bersebelahan dengan makam Kakek dan Nenek di Kampung halamannya (sesuai permintaan Mama sebelum menemui ajalnya). Pada akhirnya, Papa menikah lagi disaat aku sudah memasuki usia 16 tahun.
Aku dan adikku ikut Papa pindah ke Pematangsiantar dari Medan. Kami tinggal serumah dengan Mama tiri kami. Papa adalah seseorang dari keturunan Jepang - Indonesia yang bekerja dan tinggal di Medan. Mama adalah keturunan Tionghoa yang lahir dan tinggal di Medan. Sedangkan, Mama tiriku berasal dari keturunan Batak. Mama tiriku ini termasuk tipe orang yang sangat keras kepala dan tegas dalam mendidik anak.
Selama serumah dengan Mama, segala hal baik dan buruk sudah biasa kuterima darinya. Aku memang sesekali berbuat kesalahan, tetapi cara Mama memarahiku terkadang bisa dibilang di luar nalar. Meskipun demikian, Mama
sudah mau menerima dan mendidik kami dengan baik. Bagaimanapun sikapnya terhadap kami, dia tetaplah seseorang yang membesarkan kami. Yah, kami sudah menganggapnya seperti Mama kandung sendiri.
Barusan aku mendapat panggilan dari Sam, adikku. Samuel Viktor sebenarnya baru-baru ini dia memperoleh pekerjaan. Tetapi, karena dia masih magang, penghasilannya belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya di Bandung. Apalagi, dia sama sepertiku, kuliah dan kerja sambilan. Belum lagi, dia adalah seorang lelaki dengan nafsu makannya yang cukup besar. Tubuhnya yang lebih besar dariku membuatnya menjadi lebih rakus dari aku.
Sam lagi-lagi minta uang tambahan untuk akhir bulan ini katanya. Aku langsung mengirimkannya sejumlah uang melalui M-Banking. Akhir-akhir ini aku sudah jarang bertemu dengannya. Biasanya, setiap bulannya, aku akan menyempatkan diri ketempatnya untuk melihat keadaannya dan memberinya uang saku. Tetapi, karena aku sedang sibuk dengan kegiatanku beberapa bulan ini, aku jadi tidak bisa bertemu dengannya.
Aku memang hanya bekerja dengan shift pertama (mulai pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore) di Restoran yang pemiliknya adalah suami dari kakak seniorku di kampus. Oleh karena biaya sarapan dan makan siangku sudah ditanggung pemilik Restoran tersebut, gajiku masih bisa untuk memenuhi kebutuhanku sebagai mahasiswa dan untuk memberikan sedikit uang saku pada adik - adikku.
Di taman...
Suntuk, suntuk, suntuk, itulah yang terbesit dalam benakku saat ini, padahal masih pukul sembilan malam. Entah mengapa, aku hanya ingin duduk santai menikmati udara malam ini ditaman dekat kost ku. Sepulang kerja sambilan di sebuah Restoran dari pagi hingga sore, aku langsung berangkat ke Kampus. Dan disinilah aku, setelah selesai dengan kegiatan kuliah yang sangat menyebalkan.
Sepulang kerja sambilan di sebuah restoran dari pagi hingga sore, aku langsung berangkat ke kampus. Dan disinilah aku, setelah selesai dengan kegiatan kuliah yang sangat menyebalkan -bertemu dengan dosen pembimbing yang banyak memberi omelan disertai coretan merah pada lembar Skripsiku- jangan lupakan bahwa aku sedang berada di semester akhirku.
Tidak berapa lama, kegiatan bersantaiku terganggu oleh datangnya seorang lelaki. Yah, menurutku dia agak imut dengan pakaiannya yang berkarakter kelinci, mungkin dia lebih muda dariku tuturku dalam hati. Kulihat dia dalam keadaan memerah pada wajahnya yang juga penuh dengan keringat disertai deru napasnya yang ngos - ngosan, mungkin kelelahan akibat berlari entah untuk menghindari siapa.
“Hei, kemarilah. Beristirahatlah sejenak.” Kataku yang tidak tega melihatnya kebingungan begitu. Dia mendekati dan duduk disebelahku dengan wajah lelahnya dan berkata, “Kumohon, bantulah aku bersembunyi sebentar saja.” Tidak ada sama sekali niatku untuk menanyainya.
Lihatlah dirinya saat ini, matanya agak memelas. Rambut berantakan dengan keringat yang bercucuran dari dahinya. Pakaiannya yang unik dengan warna cerah pula. Wajahnya yang imut ini membuatku teringat pada
adik kembarku, Natalini dan Natalina.
Lalu kuambil sebuah kantongan plastik dari dalam ranselku. Kupasangkan isi dari plastik tersebut kekepalanya lalu aku berkata sambil menepuk bagian pahaku, ”sini, berbaringlah dipangkuanku.” Dia hanya menuruti perkataanku, walaupun aku sempat melihat dia terlihat sedikit kaget dengan kata-kata ku tadi. Dengan sigap, kututupi bagian tubuhnya dengan jaket panjangku agar dia tidak dikenali oleh orang yang mengejarnya.
Dan benar saja, tak berapa lama, ada segerombolan orang berkacamata dan berpakaian serba hitam datang melewati kami. Namun, salah seorang dari mereka berhenti sejenak dan melirik diriku yang sedang membaca
buku dengan seseorang yang sudah terlelap dalam tidur membelakanginya dengan nyaman dipangkuanku.
Ada kemungkinan dia merasa aneh dengan keberadaanku saat ini. Tapi, biarkan sajalah, aku tak memperdulikannya dan hanya memfokuskan mataku pada buku yang kupegang sedari tadi, hingga pada akhirnya dia pergi mengejar ketinggalannya dari kelompoknya.
Tidak terasa setengah jam telah berlalu, lelaki itu telah terbangun dari tidur pulasnya dan langsung duduk tegap disampingku. Aku tidak bisa menahan rasa yang menggelitik dihatiku saat ini, aku tertawa terbahak-bahak saat melihat wajahnya yang sangat lucu dipadani dengan wig yang kupasangkan tadi dikepalanya, hingga terasa sakit perutku karena tidak bisa berhenti tertawa. Untuk sesaat, dia hanya diam terheran-heran melihat diriku yang menertawai dirinya. Dia sungguh - sungguh tidak menyadari apa yang kupakaikan dikepalanya.
Sungguh menggemaskan...
Setelah puas dengan tawaku, aku langsung menarik dan mengembalikan wig yang baru ku beli tadi sore dari teman sekampusku ke dalam ranselku. Sebenarnya aku mau mengirimkannya kepada tanteku (adik perempuan bontot mamaku sekarang ini) yang buka salon di Medan sebagai hadiah ulang tahunnya minggu depan dariku– dan aku pun langsung mengenakan jaketku yang tadi kupakaikan padanya sebagai selimut. Di saat itulah, dia baru menyadari perihal yang membuatku tertawa tadi dan langsung memalingkan wajahnya yang sepertinya sudah memerah. Wajar saja, dia merasa malu dan marah secara bersamaan.
Sangat lucu...
Saat aku sudah bersiap untuk pulang ke kost, lelaki itu langsung berdiri menghadap padaku dan mengulurkan tangannya, “Namaku Gavin, terimakasih telah membantu dan membiarkanku beristirahat sejenak tadi.”
Aku menyambut uluran tangannya dengan senyuman, “Yah, tidak perlu sungkan. Namaku Grace, senang berkenalan denganmu.”
Selesai bersalaman, aku pun langsung pamit dan pulang ke kost. Dia hanya mengangguk menerima ucapan selamat tinggal dariku. Saat ini, yang ada dalam benakku adalah kekasihku sepanjang malam, kasurku.
Hihihi...
ARION POV
Arion Gavin Melviano, aku adalah anak semata-wayang dikeluargaku. Aku tidak kekurangan apapun, termasuk kasih sayang dari kedua orangtuaku. Meskipun kami jarang bertatap-muka, kami masih sering berkomunikasi. Mereka sangat memperhatikan perkembanganku disini, walaupun mereka tidak secara langsung melihatnya.
Aku yang saat ini genap berusia 24 tahun, telah menjadi lulusan S3 (PhD) terbaik di salah satu Universitas Terkenal di London. Pada saat upacara kelulusanku, aku tidak menyangka akan memperoleh hadiah kelulusan yang terbaik dari kedua orangtuaku. Mereka mengalihkan seluruh aset Melv.Corp kepadaku, meskipun Dad masih turut mengelola perusahaan hingga aku menikah kelak -inilah syarat yang harus kupenuhi setelah menjadi penerus keluargaku-.
Mulai saat ini, aku akan disibukkan dengan dokumen-dokumen yang harus kutandatangangi. Tetapi, sebelum membubuhi kertas-kertas itu dengan tandatanganku, aku harus dengan teliti memeriksa isi dokumen tersebut. Disinilah aku, duduk di dalam ruang kerjaku yang ada di Apartemenku.
“Hal, nak. Gimana kabarmu disana, sayang? Sedang ngapain sekarang,nak? Sudah makan malamkah?” tiba-tiba saja teleponku mendapat panggilan dari Mom dan langsung saja kuangkat. Inilah yang menjadi kebiasaan Mom saat meneleponku.
“Kabarku baik, Mom. Gimana kabar Mom and Dad? Kalau sudah jam segini, Ar pasti sudah makan malam dan sedang sibuk sendiri di Apartemen, Mom.”
“Kabar kami baik, sayang. Kamu disana jangan terlalu lama memandangi dokumen yang kamu bawa dari kantor, kan masih bisa dilanjutkan besok, Ar. Lebih sekarang kamu beristirahat.”
“Mom tahu ajah, kalau Ar masih memandangi dokumen disini. Yaudah deh, Mom. Ar mau mandi dan istirahat dulu ya, Mom jaga kesehatan disana ya, titip salam sama Dad.”
“Baik sayang, kamu juga jaga kesehatanmu ya, Ar. Mom and Dad always love you, Ar.”
“Love you too Mom.” Walaupun aku jomblo, kata-kata manis seperti ini sudah biasa kuucapkan pada orangtuaku.
Setelah mata ini sudah cukup lelah memandangi tulisan-tulisan itu, aku langsung berjalan menuju ke kamar utama dan segera melangkah ke dalam kamar mandi untuk memanjakan diri.
Dung, dung, dung...
Aku mendengar suara langkah kaki banyak orang disaat aku baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian tidur. Padahal baru saja, aku ingin merebahkan badan ini. Aku curiga kalau Apartemenku sudah dibobol oleh
orang asing. Langsung saja, aku ke sebuah ruangan rahasia dan mematikan kontak arus listrik dan langsung menyelinap keluar Apartemen dengan langkah cepat.
Mereka itu bodoh atau apa, kenapa tidak ada yang menjaga pintu utama? Sepertinya mereka tidak menyangka aku dapat menyelinap dan keluar lewat pintu utama. Dengan terburu-buru aku pergi menjauhi gedung itu. Mungkin mereka ada yang menyadari kepergianku, banyak diantara mereka mengejarku. Meskipun jarak kami lumayan jauh, aku tidak bisa berhenti berlari.
Aku lelah sekali, lelah karena berlari menghindari kejaran orang-orang asing yang tidak kukenal yang menyusup ke Apartemenku. Tidak tahu harus berapa lama lagi aku berlari, hingga kakiku terasa kaku dan tanpa sengaja berdiri dihadapan seorang perempuan yang sedang duduk ditaman ini. Perempuan itu tidak merasa takut ataupun bingung melihat kondisiku saat ini. Dengan santainya dia berkata padaku, “Hei, kemarilah. Beristirahatlah sejenak.”
Aku melihatnya. Gadis yang duduk sambil memegang buku bacaan -kemungkinan dia seorang mahasiswa- dia memiliki paras yang cantik dengan rambut lurus panjang yang terikat rapi. Dia mengenakan kemeja dan celana
jeans panjang yang duduk dikursi taman ditemani tas ransel tebal.
Tidak tahu mengapa, aku langsung menghampirinya dan berkata, “Kumohon, bantulah aku bersembunyi sebentar saja.” Aku sudah kehabisan tenaga saat ini. Untuk berjalan pun, kurasa aku sudah tidak sanggup lagi. Aku memandanginya dengan penuh harap. Dia tidak berkata apa-apa, tetapi dia malah meletakkan sesuatu dikepalaku dan menyuruhku berbaring menyandarkan kepalaku dipangkuannya.
Sontak aku kaget melihat tingkahnya, apa dia tidak takut padaku? Itulah yang kupikirkan saat ini dan dia hanya menatapku seperti seorang anak kecil yang kehilangan arah. Tetapi, karena rasa lelahku yang sangat memburu ini, aku pun berbaring dan langsung tertidur lelap. Aku tidak mengetahui apapun yang terjadi setelahnya.
Setengah jam berlalu, aku pun terbangun dan langsung duduk menghadap dia yang telah menolongku. Aku heran, kenapa dia tertawa sangat lepas? Apa yang dia tertawakan? Apa dia sama sekali tidak mengenalku? Padahal, aku itu cukup terkenal lho, sebagai aktor dan model tentunya. Tapi apa ini? Dia tertawa begitu lama sambil melihat kearahku, apa sih yang membuatnya tertawa hingga merasa sakit perut begitu? Banyak sekali pertanyaan dibenakku saat ini, tapi kutahan hanya untuk memandangi wajahnya yang berseri saat tertawa.
Sungguh menarik...
Seandainya saja, aku dapat melihat hal seperti ini setiap hari, aku pasti akan lebih semangat lagi dalam melakukan segalanya. Pemandangan seperti ini bisa membuatku merasa nyaman. Entah apa yang kupikirkan. Itu semua mustahil bagiku saat ini.
Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku saat dia menarik sesuatu dari kepalaku. Oh My GOD..!! Ternyata itu wig..?? Aku memang bodoh, tidak mengingat dan mencari tahu terlebih dahulu, apa yang dipakaikannya dikepalaku tadi. Pantas saja dari tadi dia tertawa terbahak-bahak seperti itu.
Sangat memalukan...
Tanpa sadar, aku memalingkan wajahku yang menurutku sudah memerah. Memang, aku merasa kesal padanya, tapi aku merasa lebih malu saat ini. Dia melihatku dengan pakaian berkarakter dan memakai wig..?? Aku tidak tahu lagi, saat ini perasaan malu dan marah berkecamuk dalam hatiku. Keterlaluan sekali perlakuannya padaku tadi, runtukku dalam hati.
Aku merasakan ada yang berdiri dari bangku ini, seketika aku berdiri mendekat dan menghadap pada dia. Dengan segera aku memperkenalkan diri sebagai Gavin dan berterimakasih padanya. Setidaknya, rasa terimakasihku ini tulus, karena dia telah menolongku. Aku tidak menggunakan nama depanku, karena takut dia akan histeris seperti para perempuan lainnya saat tahu ada seorang aktor dan model terkenal dihadapannya. Mungkin dia memang tidak mengenalku saat ini karena gelapnya malam.
Diapun menyambut uluran tanganku dan menyebutkan namanya. Oohh, ternyata namanya Grace, sesaat hal itu yang terpikirkan olehku. Setelah sama-sama mengucapkan salam perpisahan, aku hanya terdiam melihat dia berjalan menjauh sampai dia menghilang dari pandanganku.
Di Hotel...
Aku langsung pergi ke hotel terdekat dan menekan tombol pada layar telepon selulerku untuk menghubungi asistenku. Aku mengatakan padanya untuk datang ke alamat yang sudah ku kirim lewat pesan singkat dan
membawakanku pakaian ganti.
Aku tidak berniat kembali ke apartemen, mungkin di sana masih ada orang asing yang menungguku untuk menangkapku. Steve Anderson adalah asistenku yang juga merangkap sebagai manajerku, aku membutuhkan asisten saat bekerja di Perusahaan Daddy dan manajer saat bekerja sebagai aktor sekaligus model.
Steve datang dengan tergesa-gesa ke kamar hotelku. Dia tidak menyangka aku bisa jadi buronan orang asing di apartemenku sendiri. “Segera cari tahu siapa dalang dari semua ini,” ucapku padanya. Dia hanya mengangguk mengiyakan perkataanku dan menelepon seseorang yang jelas ahli dalam bidang ini. Setelahnya, ku suruh dia untuk pulang, karena aku tahu dia pasti butuh istirahat.
Dia pergi dan meninggalkan 1 set pakaian tidur dan 1 set setelan jas untukku di atas sofa. Saat ini aku memang butuh air segar untuk menghilangkan rasa lelahku. Setalah selesai mandi, aku merebahkan tubuhku.
Di atas tempat tidur yang nyaman, aku bahkan tidak dapat tertidur padahal ini sudah pukul sebelas malam. Tanpa sadar, aku tersenyum sendiri sambil mengeleng-gelengkan kepalaku disaat aku mengingat dengan jelas wajah polos perempuan tadi, saat dia memberikan bantuan tanpa bertanya apapun padaku dan saat dia tertawa lepas melihat keanehan pada diriku, meskipun masih ada rasa kesal padanya. Tega sekali dia memasangkan wig itu padaku yang tampan ini? Apa yang dipikirkannya tadi?
Sungguh-sungguh polos..
Akhirnya, aku tertidur pulas, dengan bayang-bayang wajah polos itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Dina Figriyanti
baru baca tak kasih bonus thorr.. klik favorit
2021-11-21
0
Z ruziqa
😍😍😍
2021-04-11
0
Fahrizal
anak kost ya.. semngat berkarya kak..
2021-01-05
0