Ku tutup mataku yang sudah basah karena air mataku. Tubuhku sudah terasa lemas karena kelelahan menahan tali kekang kuda ini.
Aku pasrahkan semua pada Tuhan. Akhirnya, kulepas peganganku dan mulai menjatuhkan diriku.
GREPPP...
Aku tidak merasa kesakitan atau apapun setelah aku hampir terjatuh. Aku malah merasakan sesuatu yang aneh.
'Ehh, kok bisa aku merasakan ada yang memeluk pinggangku?' Kubuka perlahan mataku, "Arion?" Ucapku setelah aku melihat siapa orangnya.
Tak lupa kuucapkan didalam hatiku, 'Terima kasih Tuhan. Kau memberiku perlindungan dengan mengutusnya untuk menolongku.'
Dengan rasa takutku yang tersisa, aku memeluk erat tubuhnya. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam pelukannya. Dia membawaku menjauh dari arena balapan itu.
"Aku takut." Lirihku dalam tangisanku yang ku tahan sedaritadi saat berada di atas kuda yang mengamuk itu.
Arion membalas pelukanku dengan tangan kanannya sambil membawaku ke arena yang sepi. Posisiku saat ini terduduk di bagian depan dengan posisi menghadap kearah kanan. Aku merasa gerakan kudanya melambat.
"Tenang, Grace. Ada aku disini. Yuk, kita turun dari kuda ini dan duduk disana, biar kamu bisa menenangkan diri dulu." Kata-kata Arion memang pas banget untuk membuatku merasa lebih tenang.
Kami turun dari kuda yang dia tunggangi tadi dan duduk di kursi kayu yang lebar dan panjang. Kaki ku saja masih gemetaran. Ketakutanku sungguh merayap sampai ke tulang.
Kulihat dia tidak melepaskan tangan kirinya dari pundakku dan tangan kanannya menerima air gula hangat dari seorang pegawai untuk diberikan padaku.
"Nih, di minum air gula hangat nya. Bagus untuk tubuhmu yang sedang shock seperti ini."
Aku meminum air itu dengan tangan yang juga masih gemetaran. Arion yang melihatku seperti ini, langsung memegang tanganku yang memegang gelas dan membantuku menahan getaran tanganku pada gelas itu.
Aku sudah tidak menangis lagi, tapi seluruh badanku terasa sangat lemas. Untuk berdiri saja, aku rasa aku sudah tidak sanggup lagi. Kami hanya duduk berdiam diri berdua di bangku yang lebar ini untuk beberapa menit.
Tiba-tiba seseorang yang mengenalku datang menghampiriku, "Grace, gimana keadaanmu? Aku khawatir sekali saat melihatmu dalam keadaan seperti tadi."
"Ohh, Koko. Aku sudah baikan kok, Ko. Aku sudah ditolong sama Arion, Ko. Aku sudah baik-baik saja sekarang."
Sebenarnya aku masih ingin melanjutkan perkataanku, tapi aku merasakan genggaman Arion di pundakku semakin kuat. Kulihat wajahnya yang rada aneh dan kudengar dia mengucapkan sesuatu pada si Koko.
"Pak Bram?" Dia ternyata mengenal si Koko.
"Ahh, Pak Arion. Apa kabar? Ternyata kalian saling kenal?" Si Koko memulai percakapan diantara mereka.
"Seperti yang terlihat, Pak. Bapak kenal dengan Grace?" Tanya Arion balik pada Koko.
"Yah, seperti yang terlihat juga, Pak. Kami sudah lama kenal. Dan dia memang gadis yang baik." Si Koko malah tersenyum aneh begitu pada Arion.
"Dia memang gadis yang baik, tapi Bapak juga harus ingat istri dan anak di rumah." Omongan Arion mulai ngelantur.
"Yah, aku selalu ingat dengan mereka. Mereka adalah orang terpenting dalam hidupku." Koko mulai tersenyum manis melihatku yang masih dalam dekapan Arion, "Baru pertama kalinya aku melihat Pak Arion seperti ini, biasanya kan tidak peduli."
Arion hanya tersenyum kecut pada si Koko. 'Apa yang dibicarakan mereka sih?' Pikiranku mulai berputar-putar dalam benakku.
"Maksud Koko?" Aku mulai bertanya pada orang di sebelah kiriku.
"Ahh, tidak ada maksud apa-apa kok, Grace. Karena kamu kelihatannya sudah baik-baik saja, Koko pergi dulu ya, mau cepat pulang ke rumah. Sudah kangen istri dan anak."
Si Koko malah pergi sambil tersenyum padaku dan dia juga mengelus kepalaku sambil tersenyum pada Arion. Entah apa yang dilakukan kedua lelaki ini, aku tak mau tau lagi.
"Grace..!!" Kelima temanku itu datang dan meneriakkan namaku secara bersamaan.
"Kamu baik-baik saja kan Grace?" Ucap Anne padaku sambil memegang kedua pipi ku.
"Aku tidak apa-apa, Ann. Jangan khawatir, Ar sudah menolongku tepat pada waktunya." Aku tersenyum padanya.
"Lho? Kenapa klen malah bengong bebek gitu?" Tanyaku pada keempat temanku yang hanya menganga melihat orang yang berada disebelah kananku dan masih memeluk pundakku dengan tangan kirinya.
"Ada apa ini?" Kata Ahza.
"Sejak kapan ini terjadi?" Iwan mulai melanjutkan pertanyaan.
"Kenapa klen bisa saling kenal?" Nayaka mulai menginterogasi.
"Apa kalian memang sedekat ini?" Aku melihat alis Wilsen mulai mengerut melihat ke arah kami.
"Hahahahaha... Loe-loe pada udah jadi orang bego ya? Liat tuh ekspresi mereka, Grace. Aneh banget bukan?" Anne tertawa terbahak-bahak di samping kiriku. Aku juga mulai merasakan Arion terkekeh dengan pemandangan yang dia lihat.
"Oh iya, aku lupa. Kenalkan, dia ini sepupunya Kak Silvia. Kalian sepertinya sudah mengenal dia. Jadi, aku gak perlu menyebut namanya lagi bukan?" Aku juga ikutan terkekeh melihat wajah bingung keempat orang itu.
"Yah, jangan dikenalkan kian Grace. Biar kita saja yang kenal dengan Arion, orang ini gak usah kenal." Anne memang suka sekali mengganggu mereka berempat.
Arion langsung berdiri sambil mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya pada keempat temanku yang gokil itu, "Hai, kenalkan aku Arion Gavin Melviano. Aku teman Grace juga, sama seperti kalian. Senang bertemu dengan kalian."
"Hai juga, Ar. Aku Wilsen Sebastian. Senang berkenalan denganmu."
"Hai, namaku Ahza Danish. Senang bertemu denganmu."
"Hai, aku Iwan Prameswara. Senang berkenalan denganmu."
"Hai juga, namaku Nayaka Alberick. Senang bertemu denganmu juga."
"Wah, jadi ceritanya nambah teman nih?" Aku bertanya sambil menggoda kelima temanku ini.
Mereka hanya terkekeh mendengar ucapanku.
"Arion..!!"
Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Arion.
"Kamu kenapa lari begitu saja sih? Kan syutingnya jadi kacau. Kamu harus mengulang adegan itu lagi. Ayo, cepat balik. Mereka sudah menunggumu, apalagi Pak Produser."
Kak Steve ternyata. "Oh ya, Grace. Kamu baik-baik saja kan?"
"Iya Kak. Aku baik-baik saja, berkat Arion." Aku tersenyum padanya.
"Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu ya." Kak Steve menarik tali kekang kuda Arion dan memegang tangan Arion. Mereka sudah pergi menjauh.
"Loe hebat banget Grace. Bisa kenal sama pria ganteng melulu. Yang barusan siapa?" Ann mulai menginterogasiku dan keempat temanku lainnya mulai melihatku dengan tatapan mengintimidasi.
"Jangan melihatku seperti itu lah. Dia itu manajernya Arion, namanya Steve dan seumuran dengan Kak Adam. Jadi, aku memanggilnya Kak Steve. Udah kan?" Aku mulai menundukkan kepalaku, "Kita tidak pulang saja? Aku sudah tidak sanggup melakukan apa pun."
"Ahh, iya. Gue lupa kalau loe itu sedang shock. Yuk, kita balik aja, sekalian cari makan yang enak. Biar loe bisa ngelupain rasa takut loe yang tadi. Sumpah! Gue khawatir banget sama loe tadi. Tapi gue gak berani mendekat, maaf ya Grace."
Anne tulus mengucapkan kata-kata itu dan memelukku dengan erat.
"Kami juga minta maaf, Grace. Kami tidak seberani Arion dalam menunggang kuda." Ucap Wilsen mewakili ketiga lelaki lainnya.
"Sudah, sudah. Ini bukan salah siapa-siapa. Untuk apa minta maaf begitu? Balik yuk?"
Kami pun pergi dari arena itu. Sebelumnya, Ahza pergi menemui seorang pegawai ingin membayar tagihan. Tapi, pegawai itu berkata, "Maaf, Pak. Tagihannya sudah dilunaskan atas nama Bram Aditio."
"Enak juga kalau kayak gini terus. Bisa irit kita selama liburan. Dibayarin kayakgini kan lumayan." Kata Ahza sambil menghampiri kami.
"Bram Aditio itu nama lengkap si Koko?" Tanya Nayaka padaku. Aku hanya mengangguk padanya.
"Kayaknya kamu lebih terkenal di kalangan lelaki ya, Grace?" Kepalaku sedikit miring ke kiri menatap Iwan dengan heran.
"Iya, hari ini saja sudah jelas tiga lelaki sekaligus yang mengenalnya. Tidak tanggung-tanggung, Arion yang terkenal itu pun di babatnya." Kata Ahza melebih-lebihkan.
"So what? Kalian iri atau cemburu nih?" Goda ku pada mereka.
"Idih, siapa juga yang cemburu?" Ucap Nayaka.
"Untuk apa cemburu sama loe? Yang adanya rugi di aku." Lanjut Ahza.
"Mungkin Grace ada susuk nya, sampai banyak lelaki yang mendekatinya dan mau-mau ajah dijadikan teman." Celetuk Iwan dari arah belakangku.
"Bisa jadi, wan. Dia kan tidak terlalu menarik, masa bisa sampai kenal laki-laki yang cukup hebat. Seperti Arion dan si Koko, mereka kan sama-sama Direktur Utama. Dan yang satu lagi Manajer." Kata Wilson meyakinkan ketiga lelaki yang daritadi mengkritikku.
"Gila..!! Si Koko juga Dirut ya? Loe kok bisa kenal yang begituan sih, Grace. Susuk apa yang loe pasang? Beruntung banget sih loe." Lagi-lagi Anne termakan omongan para lelaki licik ini.
"Huussstttt.. Sudah lah, yang di bahas kok jadi susuk nya sih, Ann? Aku itu kenal karena sewaktu di Siantar, dia sering bersama kolega bisnisnya makan bareng dan menjadi langganan tetap di Restoran tempat ku bekerja dulu. Aku dan si Koko hanya sebatas kakak dan adik. Dia sudah punya istri dan anak."
Aku menjelaskan hal itu pada mereka. Mereka mengangguk tanda mengerti.
"Ternyata pergaulan Grace sudah sampai pada om-om ya."
PLETAK..!!
Kali ini giliran Nayaka yang di jitak oleh Anne. Aku tertawa melihat wajah Nayaka. Benar-benar menggemaskan.
"Duh, Ann. Jangan tiba-tiba gitu jitaknya, kenapa sih?" Kata Nayaka sambil memanyunkan bibirnya.
"Jadi, maksud loe, gue harus izin dulu sama loe? Ogah gue." Ann menarik tanganku dan kami sama-sama masuk ke dalam mobil.
ARION POV
Kami memulai adegan berpacu dengan memegang pedang. Kami saling mengarahkan dan menghunuskan pedang ke lawan bermain kami. Tidak sampai serius menusuk orangnya, karena ini hanya acting belaka.
"Ada kuda yang mengamuk..!!" Kudengar ada suara seorang bapak-bapak yang berteriak sambil menunjuk ke arah Grace.
Jarak ku saat ini dengan area itu cukup jauh. Mereka semua tidak ada yang bisa menolongnya. 'Aku harus bagaimana?'
Aku tidak tega melihatnya ketakutan begitu. Tapi, aku juga sedang dalam proses syuting begini. Pikiranku benar-benar kacau.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjatuhkan pedang yang ku pegang dan memacu kuda ku ke arah Grace. Kuda ku melompati pagar kayu yang tidak begitu tinggi untuk melewati batasan dari kedua arena ini.
Semakin aku mendekat, aku semakin melihat wajahnya yang sudah memerah dan matanya sembab. Dia menangis. Aku harus bisa menemukan celah untuk menangkapnya, tapi kulihat dia masih berpegangan erat pada tali kekang kudanya itu.
Ternyata firasatku 100% benar. Berarti ini yang direncanakan Zesil. Dia ingin mencelakai Grace. Beraninya dia.
Saat aku sudah mulai dekat dengan kudanya Grace, aku melihat Grace mulai melepaskan tangannya dari tali kekang itu Kelihatannya dia sudah pasrah untuk menjatuhkan dirinya.
'Tidak akan kubiarkan' itulah yang ada dalam benakku saat ini.
Langsung saja, ku pacu kuda yang ku tunggangi agar meningkatkan kecepatannya. Pada detik-detik terakhir Grace melepas pegangannya, aku berhasil meraih pinggangnya dengan menggunakan tangan kananku.
Ku dudukkan dia dihadapanku dan memacu kudaku untuk menjauh dari arena itu. Saat ini, Grace yang menutup matanya mulai membuka matanya dan melihat ke arahku.
'Puji Tuhan, ternyata aku sempat menolongnya.' Aku mengucapkan kata-kata itu dalam diam.
"Arion?" Ucapannya itu membuatku senang sekaligus terkejut. Aku senang dia menyebutkan namaku. Tapi aku terkejut karena dia langsung memelukku dengan erat dan menangis melampiaskan seluruh ketakutannya.
"Aku takut." Kata-kata nya ini berhasil membuatku panik. Aku sangat khawatir dengannya saat ini, untuk sementara aku membalas pelukannya agar dia bisa merasa lebih tenang.
Di samping itu, aku memikirkan berbagai cara untuk mengalihkan perhatiannya. Setelah berjalan cukup jauh dari arena balapan, aku melihat sebuah kursi kayu yang cukup lebar dan panjang.
Aku menunjuk ke arah kursi itu dan membujuknya untuk turun dari kuda yang kami tunggangi. Grace menuruti perkataanku dan dia tidak menangis lagi.
Aku menyuruh seorang pegawai menyiapkan air gula hangat untuknya. Kusuruh dia untuk meminumnya, karena ini sangat bagus untuk tubuh seaeorang yang sedang mengalami shock sesaat seperti dia.
Ku lihat kaki dan tangan nya masih gemetaran. Mungkin karena rasa takutnya yang begitu dahsyat. Aku menenangkannya dengan membantunya memegang gelas yang sudah di pegang olehnya. Akhirnya dia menghabiskan minuman itu.
Tiba-tiba kulihat seseorang yang ku kenal menghampiri kami. Ehh, bukan. Dia menghampiri Grace. Dia menanyakan keadaan Grace dan mendapatkan respon yang cukup bagus.
Aku cemburu melihat kedekatan mereka. Tanpa kusadarai, aku mempererat pelukanku di pundak Grace. Ternyata Grace mengenal orang ini.
Aku menyapanya dengan sesopan mungkin, "Pak Bram?" Aku dan dia adalah rekan bisnis yang tidak begitu mengenal satu sama lainnya, karena dia jarang bisa ditemui.
Pak Bram Aditio adalah salah satu Pemilik Perusahaan Finance Elektronik dan Furniture. Dia memang orang yang cukup terkenal suka mendekati para gadis yang tertarik padanya, meskipun belum pernah ada kejadian dia menghamili anak orang.
Aku mengingatkannya tentang istri dan anaknya, Ya! Dia memiliki seorang istri yang lemah kondisi jantungnya dan seorang anak laki-laki yang mungkin baru berusia 2 tahun. Aku tidak suka kalau dia mendekati Grace.
Lihatlah, gayanya tersenyum pada Grace, sangat berbeda dengan senyumannya padaku. Dia menyinggung sesuatu dari kata-kata yang dilontarkannya padaku, "Baru pertama kalinya aku melihat Pak Arion seperti ini, biasanya kan tidak peduli."
Aku mengerti yang diucapkannya, tapi kenapa dia harus membicarakannya di depan Grace?
Tuh kan, lihat saja reaksi Grace, dia bingung. Untung saja Pak Bram bisa mengalihkan pembicaraannya. Akhirnya, dia pergi menjauh dari kami. Dia itu memang licik.
Teman-teman Grace datang menghampiri kami. Tapi, tatapan keempat lelaki ini agak sedikit membuatku Risih. Memang bukan merupakan hal yang aneh lagi, kalau mereka terheran-heran melihat diriku dengan posisi begini dengan Grace, mereka kan belum tau kalau aku mengenal Grace.
Aku terkekeh mendengar kata-kata yang di lontarkan oleh Anne. Hanya dia teman Grace yang ku kenal saat ini.
Mereka berempat memang sedijit aneh tapi menyenangkan juga jika aku mengenal mereka.
Jadi, setelah Grace memperkenalkanku pada mereka secara sekilas, aku berdiri dan secara pribadi memperkenalkan diriku pada mereka. Kelihatannya aku di sambut dengan baik oleh teman-temannya.
Tidak berapa lama kemudian, Steve memanggilku, mengomel padaku dan mengajakku untuk kembali ke arena lokasi syuting. Aku tau mereka pasti kesal karena aku sudah pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun, hanya demi menyelamatkan Grace.
Sebelum kami pergi, ternyata Steve juga khawatir dengan Grace. Aku mendengarnya menanyai kabar Grace dan kami -aku dan kudaku- pun ditarik pergi menjauh oleh Steve.
Aku menemui Pak Produser nya. Wajah sangarnya menakutkan bagi siapapun yang ada di sini. Itu terbukti dari hawa dingin yang mencekam disekitarnya. Kuberanikan diriku untuk mendekatinya.
'Apa yang akan diperbuatnya padaku? Wajahnya sangatlah menyeramkan saat ini.' Runtukku dalam hati. Tapi, aku berusaha untuk tetap tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Momss Achaarul
banyak POV nx krna jdi banyak yg ke ulang",,
2021-04-01
0
Heri Monjali
kebanyakan pov jadi pusing diulang ulang
2021-02-02
0
Pride
ternaik
2019-09-23
4