"Hai, apa kabarmu? Kenapa sampai kaget begitu sweety?" Kata lelaki yang tadinya menggenggam tangan Grace langsung menarik tangannya dan memeluknya, "Kamu tidak merindukanku? Aku sangat senang akhirnya aku
bertemu denganmu, kamu harus tahu bahwa aku sangat sangat sangat merindukanmu, Grace."
Dengan sigap, Grace mendorong tubuh lelaki itu dengan sebelah tangannya -karena sebelah tangannya lagi memegang buku- dan berkata, "Kamu itu yah, mengagetkanku saja. Dan ingat, jangan bertindak seperti ini lagi dan jangan memanggilku seperti itu lagi. Kita itu sedang tidak berada di Luar Negeri, di Negara kita ini tidaklah lazim jika kamu memelukku seperti itu."
"Ampun dehh, galaknya tetap saja sama seperti dulu. Hahaha.. Apa kamu tidak merindukan pelukanku? hah?" Ucapan laki-laki itu terdengar seperti seseorang yang sedang kecewa.
"Sudahlah, aku sedang sibuk saat ini, aku akan bawa buku-buku ini ke kasir. Kamu itu selalu saja sesuka hatimu seperti tadi, itu tidak baik bagi seorang laki-laki lajang memeluk perempuan disembarang tempat."
Saat Grace berbalik badan ingin pergi, lelaki itu malah menarik lengannya dan akhirnya buku-buku itu terjatuh di lantai. Di saat dia akan memeluk Grace untuk kedua kalinya, ada tangan yang menahan lengan Grace di sisi lainnya. Hal itu menggagalkan rencananya untuk mendekap perempuan yang sangat dirindukannya.
Betapa kagetnya Grace dengan tindakan konyol kedua lelaki ini. Meskipun sosok yang satu lagi mengenakan topi dan masker, dia masih mengenal siapa lelaki itu. Tiba-tiba dia tersadar dengan munculnya sosok Anne dihadapannya yang tidak kalah terkejut melihat adegan seperti itu.
Dengan segera, Grace menarik kedua tangannya dan mengambil buku yang terjatuh lalu salah satu tangannya menarik Anne menuju kasir dan meninggalkan kedua lelaki yang saat ini saling bertatapan.
"Ternyata loe punya fanboy yang tampan-tampan ya, Grace?" Pertanyaan Anne hanya dijawab dengan gelengan.
Anne melanjutkan, "Loe harus mengenalkan gue dengan mereka. Janji ya." Grace hanya mengangguk pasrah, karena sedang tidak ingin banyak bicara.
ARION POV
Saat ini aku sudah bersiap akan pulang, namun malam ini aku memilih untuk mengemudi sendiri. Entah mengapa, aku ingin sekali bertemu dengan Grace.
Tidak terasa aku sudah berada di tempat biasa aku memarkirkan mobil saat mengantar Grace ke kampus. Aku melihat dia berjalan ke toko buku di seberang sana bersama seorang temannya yang sedang menarik tangannya.
Aku tidak tahu mengapa, aku langsung mengambil perkakasku dari kursi belakang dan mengenakannya. Dan ya, itu adalah perlengkapanku untuk menyamar seperti jaket, topi dan masker.
Kupelankan langkah kakiku mengikuti langkah Grace. Setibanya di dalam toko buku, ternyata dia berpisah dengan temannya, mungkin mereka mencari buku yang berbeda. Aku sempat melihat Grace dari stand buku yang berseberangan dengan stand buku yang sedang ditujunya.
Selang beberapa menit, aku melihat laki-laki itu. Ya, dia tersenyum manis melihat Grace. Dia berjalan mendekati Grace dan dengan beraninya dia memegang tangan Grace. Lihatlah, wajah terkejutnya Grace melihat lelaki itu. Siapa dia?
Oh tidak..!!! Dia memeluk Grace dan menyebutnya dengan sebutan "sweety"..???
Sakit telingaku mendengarnya. Tapi, setelahnya kulihat Grace mendorongnya dan mengomelinya. Mereka terlihat akrab, tapi penglihatanku sangat terganggu dengan tatapannya pada Grace.
Untung saja, aku tidak terlambat menghampiri mereka. Laki-laki itu menarik lengan Grace dan berniat untuk memeluknya lagi. Tanpa berpikir panjang, aku memegang tangan Grace yang berada didekatku.
Aku menatapnya dan begitu juga sebaliknya. Aku tahu kalau Grace mengetahui siapa sebenarnya diriku meskipun aku sedang menyamar. Dia lebih terkejut melihat temannya yang menghampiri kami bertiga dengan posisi awkward begitu.
Grace pergi dengan temannya dan meninggalkanku hanya berdua dengannya. Hanya berdua saja. Saat ini aku melihat tatapan tidak suka nya terhadapku.
Karena aku merasa tidak ada keperluan lagi dengannya, aku berbalik dan pergi menemui Grace yang sudah berada di depan pintu keluar toko buku.
"Grace." Aku memanggil namanya. Ehhh, bukan hanya aku, tapi lelaki itu juga. Serentak kami memanggil namanya dan dia hanya melirik kami secara bergantian.
"Karena kita sudah berkumpul seperti ini, mari makan malam bersama. Kami belum sempat makan malam tadi, apa kalian ada yang keberatan?" Tanya temannya Grace dan dia melanjutkan kata-katanya, "Oh iya, nama gue Anne, gue sahabatnya Grace. Salam kenal."
Aku dan dia menyambut uluran tangan Anne. Aku menyebut namaku, "Namaku Arion. salam kenal juga. Aku sih, tidak masalah jika kalian memang mau mengajakku makan malam bersama."
Mereka berdua -Anne dan lelaki itu- sempat terkejut mendengar namaku, tapi itu hanya sebentar sebelum dia memperkenalkan dirinya, "Namaku Jeff, salam kenal juga. Dengan senang hati, aku bersedia makan malam dengan kalian jika Grace tidak keberatan dengan keberadaanku."
Kata-katanya sungguh menjijikkan. Dia merayu seseorang yang hanya diam menatap kami bertiga. Akhirnya, Grace mengangguk pasrah setelah mendengar ucapan kami. Dia berjalan melewati kami bertiga.
Kami hanya mengikuti langkah Grace menuju Restoran terdekat. Aku dan lelaki itu duduk berhadapan. Aku melihat wajah heran dari Grace, dia sedang bingung memilih tempat duduk.
Dia meletakkan buku yang tadi dibeli dibawah kaki meja dan duduk disebelahku. Aku sangat senang melihat dia lebih memilih duduk disebelahku daripada di sebelah lelaki itu.
Aku merasa ada yang menatapku, aku tahu itu mata seseorang yang ada dihadapanku. Aku balik menatapnya dengan penuh kemenangan. Aku tahu dia sangat tidak suka dengan pilihan Grace.
Begitu Anne duduk, dia langsung memanggil pelayan dan memesan makanan. Kami pun ikut memesan makanan.
"Grace, jangan diam begitulah, kan kita ini teman. Kalau begini kan jadinya awkward banget. Oh iya, loe kan sudah janji akan mengenalkan gue dengan mereka."
Kulirik orang disebelahku, dia hanya tersenyum dengan perkataan temannya. Lalu dia menoleh pada ku dan membisikkanku sesuatu, "Lepas penyamaranmu itu, bagaimana caramu memakan makananmu dengan maskermu
itu?"
Aku senang menjadi orang pertama yang diajaknya bicara setelah diam sekian lama. Aku melepas masker dan topi ku. Aku merasa sedikit risih dengan tatapan Anne. Tapi itu hanya sebentar saja, karena Grace sudah menjadi dirinya sendiri.
"Ann, dia ini teman baruku, Arion Gavin Melviano yang kamu sudah tahu siapa dirinya, mungkin kamu lebih mengenalnya daripada aku. Setelah aku melihat ekspresi jelekmu itu. Dan dia teman lamaku, Jeff Mahardika." Ucap Grace memperkenalkan kami pada Anne.
Anne mendekati wajahnya pada Grace dan sedikit berbisik -padahal suaranya masih bisa kami dengar- "Wow, loe keren banget Grace. Artis tampan dan terkenal seperti dia bisa jadi temanmu. Loe memang yang terbaik. Tidak salah gue dekat dengan loe."
"Yah, aku memang teman lama dan sekaligus mantan pacar satu-satunya Grace. Aku tidak menyangka jauh-jauh datang ke sini dari Papua bisa bertemu dengan dia dan mendapat teman baru juga." Tiba-tiba terdengar suara Jeff
yang sedang menyombongkan dirinya dihadapan kami.
Wahh, dia pandai sekali membuatku gerah saat ini. Tapi aku juga tidak bisa menghiraukannya, karena senyumannya di balas oleh Grace.
Anne sangat bersemangat dengan perkataan Jeff barusan, "Kalian sudah jadi mantan, tetapi masih saja akrab? sepengetahuanku ya, para mantan itu tidak bisa berbaikan satu sama lainnya."
"Itu karena kami berpisah baik-baik, semua atas keinginan Grace. Padahal aku tidak menginginkannya." Ucapan Jeff membuatku semakin gusar.
"Sudahlah, Jeff. Hubungan kita sudah berakhir dua tahun lalu. Aku tidak bisa memberimu harapan palsu, karena aku sudah tidak menginginkannya. Jadi, perlakukan aku sama seperti temanmu yang lainnya. Jangan lagi mengungkit yang telah berlalu."
Grace memang paling T.O.P emnurutku saat ini. Dia bisa menjaga jarak dengan lelaki secara sopan. Akhirnya laki-laki itu terdiam dan hanya mengangguk lemah.
Perhatian kami pun teralihkan dengan datangnya seorang pelayan yang membawakan nampan berisi makanan yang tadi kami pesan. Kami pun makan dalam diam.
Setelah selesai makan, Anne pamit pulang terlebih dahulu. Dari ekspresinya, dia merasa canggung di tengah-tengah kami. Tidak lupa, dia membawa sebagian buku yang ada pada Grace. Anne juga yang membayar tagihannya, sebenarnya sungguh tidak menyenangkan bagiku jika perempuan yang membayar tagihan untuk laki-laki. Tapi, mau gimana lagi? Anne sudah melunaskannya dengan diam-diam.
"Grace, kamu mau pulang bersama denganku? Aku masih ingin mengobrol banyak denganmu. Sudah sejak lama
kita tidak bertemu, Grace." Jeff membuka pembicaraan sambil menatap sendu pada Grace.
Grace menjawab dengan mantapnya, "Aku masih marah dengan kelakuanmu tadi, Jeff. Kamu tahu aku tidak suka diperlakukan seperti itu, jangan lupa akan kesalahanmu, Jeff. Kalau besok aku punya waktu, aku bisa menemuimu.
Itu saja untuk saat ini." Lalu dia menoleh padaku, "Yuk, kita pulang. Kamu gak mau ditinggal berdua dengannya seperti tadi kan, Ar? Pakai lagi topi dan maskermu itu."
Setelah berbicara denganku, dia pergi membawa bukunya menuju pintu keluar. Aku pun segera mengikutinya setelah memakai topi dan maskerku, tetapi tanganku ditahan oleh Jeff.
"Aku tahu kamu itu sebenarnya punya perasaan dengan Grace. Semua terlihat jelas dari tatapanmu padanya. Aku kasih tau kamu ya, aku adalah cinta pertamanya, dia belum bisa move on begitu saja dariku. Kami hanya berpisah untuk sementara karena kami terpisah oleh jarak. Dia masih belum lulus kuliah pada sat ini. Tapi, setelah dia lulus kuliah, aku akan membawanya bersamaku."
"Hei, kita lihat saja nanti bagaimana. Apakah kamu masih punya harapan atau malah harapan itu berpihak padaku? Seseorang yang sudah menjadi mantan, tidak akan pernah bisa seperti sedia kala. Terima kasih atas pengingatnya, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi."
Aku benar-benar marah dengan sikapnya, tapi aku menahan diriku untuk tidak bersikap kasar padanya. Apa yang dia bilang itu benar, Grace belum bisa move on darinya, karena sampai saat ini, hanya dia satu-satunya orang yang pernah menjadi pacarnya.
Aku meninggalkan Jeff sendiri di sana dengan wajah yang memerah, dia pasti sangat kesal mendengar jawabanku. Dengan terburu-buru, aku mencari sosok Grace dan aku melihat dia yang sudah menungguku di depan pintu mobilku.
"Kamu itu lelet banget sih? Aku sudah jamuran ini. Tau gitu, aku langsung pulang sendiri ajah tadi." Mood nya sedang tidak baik nih, aku baru saja tiba, dia sudah mengomel gitu.
Aku berlari mendekatinya dan membukakan pintu mobilku. Dengan segera aku melajukan mobilku.
"Maaf Grace, tadi kan aku sedang memakai alat menyamarku, jadi, maafkan aku jika aku memang membuatmu terlalu lama menunggu. Kita kan teman, sesama teman harus saling memaafkan, bukan?"
Grace mengangguk, "Baiklah, kumaafkan kali ini. Ehhh, ngomong-ngomong, kamu kok bisa tahu kalau jalan ini jalan yang menuju ke arah rumahku? Kan aku belum pernah memberitahukanmu. Apa kamu membuntutiku? Atau memata-mataiku?"
Dia menatapku heran, aku jadi serba salah. Aku menjelaskan padanya dengan perlahan, karena bahaya kalau aku sempat salah mengucap kata. Mood gadis ini sedang tidak stabil pada saat ini. Aku benar-benar tidak akan melakukan hal itu padanya, karena lebih baik aku mengenalnya secara langsung dibandingkan mencaritahunya dari orang lain.
"Bukan begitu Grace, jangan langsung menuduhku yang tidak-tidak. Aku memang tidak tau alamat rumahmu. Sebenarnya aku sering lewat jalan ini, karena searah menuju Apartemenku dan aku pernah melihatmu secara tidak sengaja, berjalan ke arah daerah ini dengan seorang lelaki yang mengendarai sepeda motornya perlahan mengikuti langkahmu. Apa kamu ingat?"
Grace berusaha mengingatnya, dan ya, dia akhirnya tidak curiga padaku lagi, "Ohh, aku ingat, saat itu sudah terlalu malam bagiku untuk berjalan sendirian untuk pulang ke kost-an. Saat itu, Wilsen menemaniku berjalan, karena aku memang tidak suka dibonceng laki-laki saat bersepeda motor."
"Ohh, pantes saja. Jadi, setelah ini, dipersimpangan, kita ambil jalan ke arah mana? Aku hanya tau sampai sini." Aku akan mengingatnya. Grace alergi serbuk bunga dan tidak suka dibonceng lelaki dengan sepeda motor.
Grace menunjuk arah kost nya, memang cukup dekat dari kampusnya. Ternyata dia tinggal di tempat sederhana seperti ini. Walaupun sederhana, tapi aturannya cukup ketat bagi yang tinggal disana. Grace sempat menceritakan sedikit tentang ketegasan pemilik kost dalam mengatur jadwal kebersihan hingga jam pergi dan pulang kost.
Setelah dia berpamitan dan keluar dari mobilku, aku hanya menatap punggungnya hingga lenyap dibalik pintu utama kost nya. Tidak ada niatnya untuk berbalik ke belakang meski hanya sebentar. Dia memang hanya menganggap ku teman biasa.
Aku melanjutkan perjalananku menuju Apartemen. Aku benar-benar kehilangan akal untuk mendekatinya. Karena ini memang yang pertama bagiku. Mungkin benar kata Silvia, aku tertarik padanya. Bahkan kurasa, aku sudah menyukainya lebih dari perempuan lainya. Tapi kurasa, tidak mudah membuat Grace mengerti tentang perasaanku. Yaaahh, aku lupa minta nomor ponselnya. Aku memang bodoh dalam hal seperti ini.
Tiba-tiba aku mengingat sesuatu. Beberapa hari ini, Mom benar-benar tidak menelepon ataupun mengangkat teleponku. Mungkin Mom tau kalau aku butuh waktu untuk memenuhi keinginannya. Besok aku akan menelepon Daddy sebagai gantinya, aku harus meminta maaf pada Mom. Aku tidak sanggup jika harus didiamin oleh orang yang kusayangi.
Saat ini, aku sudah berada di atas tempat tidurku. Aku masih ingat, degup jantungku yang berpacu saat memegang tangan Grace, menahannya dari tarikan Jeff. Dan saat Grace memilih untuk duduk disebelahku, berbisik padaku, dan mengajakku pulang bareng. Perasaanku bercampur aduk memikirkan semuanya.
Selain baik hati dan pengertian, dia itu periang. Dia ramah juga pemarah, meski amarahnya tidak bertahan lama. Saat ini aku sudah melihat bahwa dia adalah orang yang begitu sederhana dan pekerja keras.
Menurutku, dia itu gadis yang sempurna. Sulit untuk menjangkaunya.
Aku harus bisa mengambil alih perhatiannya padaku.
The Perfect Girl, I Will Never Lose You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
kiki
kbnyakan pov, kbnyakan narasi, jd pusing bacanya
2021-05-31
0
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkn prfil q aja yaaa😍
vielen danke😘
2020-10-19
0
Selmi AF
aah jeff pcar gua trnyata mantan grace 😁😂😂
2019-10-29
5