ARION POV
Ring... Ring... Ring...
Ternyata alarm ku berbunyi, aku pun langsung bangkit dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Steve sudah tiba di kamar hotelku dengan pakaian rapi sambil membawa sarapan untuk kami makan berdua. Aku memang sudah memberitahukannya kata sandi kamarku semalam.
Dia sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri, dia itu seperti kakak bagiku walaupun kami tak sedarah, karena dia memang lebih tua 2 tahun dariku dan hanya dia yang mengerti diriku dibanding siapapun, selain kedua orangtuaku.
Sesampainya di kantor, Steve pergi keruangannya dan kembali dengan beberapa dokumen ditangannya. Dia menunjukkannya kepadaku dan berkata dengan mulus, “Pak Arion, mereka adalah anak buah dari Pak Budianto Wicaksana, pemilik Perusahan Elektronik pesaing kita. Dia merasa gusar karena barang-barang elektronik terutama televisi dan kulkas hasil produksinya yang terakhir launching beberapa bulan lalu mengalami kerugian yang cukup besar dan dia ingin bergerak cepat untuk melenyapkanmu agar perusahaan ini tidak lagi memiliki ahli waris. Dia berpikir bisa menghilangkan pesaingnya dengan mudah.”
Aku tahu kemana arah pembicaraannya, aku hanya mengangguk dan melambaikan tangan untuk menyuruhnya kembali keruangannya sambil berkata, “Jangan beritahu papa tentang ini.” Dia hanya menunduk dan berbalik keluar
ruanganku.
Beginilah kompetisi dalam dunia bisnis, tidak ada yang tahu bagaimana cara setiap karakter pembisnis. Maka dari itu, aku harus bisa seperti Daddy yang bisa mengetahui dengan pasti yang mana sebenarnya kawan atau lawan. Yah, aku memang seorang pemula bisnis, tapi aku sudah belajar banyak dari cara-cara Daddy mengurus perusahaannya selama ini.
Sebenarnya, aku sudah mulai diajarkan hal-hal pengenalan perusahaan sejak kelas 1 SMA. Aku juga sudah mengenal beberapa kolega dan musuh Daddy selama ini. Kali ini aku akan menggunakan kecerdasanku sendiri untuk menghadapi musuh yang satu ini untuk menunjukkan kepada mereka bahwasannya aku bukanlah pemimpin yang lemah.
AUTHOR POV
Arion tersenyum miring ditempatnya saat ini, dia akan membalas perbuatan keji itu kepada musuhnya tersebut tanpa rasa iba. Dia memang sosok yang dingin saat bekerja dikantor ataupun di lokasi syuting. Sekali saja dia merasa diganggu, dia pasti akan membalasnya setimpal, bahkan bisa lebih parah lagi.
Sifat Arion berbanding terbalik dengan Steve. Arion tidak begitu suka berbaur dengan orang disekitarnya, tetapi Steve malah dengan leluasa berbaur dengan semua orang. Mereka memang sejoli yang memiliki perbedaan karakter.
Saat ini, dia hanya fokus pada komputer dan berkas-berkas yang ada dihadapannya. Dia memiliki meeting penting untuk beberapa hari ke depan di pagi hari dan ada beberapa jenis pemotretan sampul majalah di sore harinya.
Drrrt... Drrrt... Drrrt...
Ternyata Steve meneleponnya. Ada kabar bahwa salah seorang model wanita menerobos ingin masuk keruangannya. Tapi, dihadang oleh beberapa pengawal dan Steve mengarahkannya ke ruang tunggu. Steve ingin Arion menyelesaikan masalah mereka dengan benar di sana.
Dengan wajah dinginnya, Arion pergi ke ruangan tersebut dan menemui model itu.
“Ar sayang, kenapa aku tidak dibolehin masuk keruanganmu untuk menemuimu? Mereka orang-orang jelek itu berusaha mengusirku. Pecat saja mereka semua, mereka menggangguku, Ar.”
Arion merasa jijik dengan model yang satu ini. Dia memang cantik dan membahana, tapi dia selalu menempel pada Arion seperti wanita penggoda. Arion sudah berulangkali menolaknya, tapi wanita ini tetap saja kekeuh mendekatinya. Yah, wanita ini bernama Zesil Carmella.
“Zes, sudah berapa kali aku bilang padamu untuk tidak seenaknya mendatangiku? Aku dan kamu itu tidak memiliki hubungan apapun, aku juga tidak akan pernah mau untuk memiliki hubungan denganmu. Sudah saatnya kamu pergi dari sini. Aku muak dan jijik melihat tingkahmu itu. Sekali lagi kamu berani menginjakkan kaki mu ke perusahaanku ini, aku tidak akan segan-segan menyuruh bodyguard ku untuk mengirimmu keluar dengan kasar. Silahkan pergi dan jangan kembali lagi.”
Arion berjalan mendekati pintu keluar dan berhenti sejenak melirik ke arah Zesil yang sedang menahan amarahnya, “Oh, iya. Kuperingatkan lagi padamu, jangan sekali-sekali memanggilku dengan sebutan yang menjijikkan itu lagi.
Kalau tidak, kau akan kehilangan wajahmu yang mempesona itu dalam sekejap saja. Kau boleh mencobanya, jika kau ingin kehilangan kecantikanmu itu.”
Dengan wajah kesal, Zesil pergi dengan menghentakkan kakinya keluar dari ruangan itu. Aku tidak akan menyerah dengan mudah, lihat saja nanti, kamu akan menjadi milikku. Seperti itulah umpatan sang model saat ini.
“Kenapa kamu begitu kejam padanya, Ar? Lembut sedikit pada wanita dong. Kapan kamu bisa mendapatkan pacar kalau begini caramu memperlakukan semua wanita?” Steve menggoda seseorang yang sedang terlihat kesal di kursi kebesarannya.
Arion hanya menggeleng mendengar kata-kata Steve. Dia tidak berniat membalas perkataan Steve sedikitpun. Karena saat ini, dia teringat dengan gadis di taman itu. Sesungguhnya, dia penasaran dengan gadis itu.tapi dia percaya, kalau memang jodoh, mereka pasti bertemu kembali.
“Ar, siap-siap gih, kan udah waktunya pemotretan sekitar satu jam lagi. Kutunggu di parkiran ya.” Steve yang mengingatkan Arion akan jadwalnya hanya menerima anggukan dari orang yang diajaknya bicara. Dia langsung menuju parkiran dan menyalakan mesin mobil.
Selama perjalanan, Steve memberitahukan pada Arion, bahwa dia mengajak Arion untuk makan malam bersama di Restoran temannya. Sudah lama mereka tidak bertemu, dia juga kangen dengan masakan di Restoran itu. Arion menyetujuinya dengan cepat, karena saat ini dia sedang tidak mood setelah mengingat kalau dia akan melakukan pemotretan bareng Zesil.
Sesampainya di tempat pemotretan, Zesil langsung mendekat dan menggenggam erat lengan Arion. Meski Arion berulangkali melepaskan genggamannya, Zesil tetap bersikukuh dengan genggamannya. Dia tahu bahwa pada
saat seperti ini, Arion tidak akan bertindak kasar padanya karena dia harus menjaga image nya di depan rekan
kerjanya. Meskipun dia merasa jijik dengan tingkah Zesil dan merasa tidak nyaman dengan kontak fisik yang dilakukan Zesil padanya, Arion tetap harus profesional dalam bekerja. Dia melakukan ini hanya untuk profesinya saat ini.
Setelah selesai pemotretan, Arion hanya diam tak menghiraukan Zesil dan pergi dari tempat itu menuju parkiran. Steve mengucap salam perpisahan kepada rekan kerja Arion dan langsung mengikuti Arion.
Dia mengantar Arion ke Apartemennya. Selama di perjalanan, Steve hanya medengarkan percakapan Arion dengan orangtuanya. Hal ini sudah biasa baginya.
Sesampainya di Apartemen, Arion langsung pergi ke kamar mandi dan bersemedi didalamnya. Dia benar-benar ingin membersihkan sekujur tubuhnya yang telah disentuh oleh Zesil selama pemotretan tadi.
Steve telah memesan makanan dan menghidangkannya diatas meja. Dia dan Arion sudah merasa lapar karena ini susah pukul 9 malam, tapi mereka belum ada makan sedaritadi karena mood Arion yang sedang buruk. Arion akan menolak untuk makan apapun jika dia sedang berada didekat Zesil, karena dia tidak ingin makan semeja dengan wanita itu.
Setelah makan malam, Arion meminta Steve untuk tinggal bersamanya. Karena dia masih ragu untuk menempati Apartemennya setelah kejadian itu. Steve hanya mengangguk dan langsung pergi kekamarnya. Yah, Steve sudah terbiasa tinggal bersama Arion di Apartemennya. Sehingga, dia sudah memiliki kamar dan perlengkapan sendiri di tempat itu.
**********
“Grace, ini pesanan meja 10 ya, dan ini ke meja VIP2.” Dengan segera, Grace mengantarkan pesanan tersebut. Karena hari ini adalah akhir pekan, restoran ini sangatlah ramai. Tidak ada waktu untuk bersantai. Bahkan untuk jam makan siang saja, hanya diberikan waktu 15 menit untuk setiap anggota secara bergantian.
Meskipun demikian, karyawannya tetap aktif dalam mengembangkan senyuman ramahnya kepada pelanggan restoran. Rasa capeknya bekerja telah tergantikan oleh rasa puas dari pelanggan. Itulah alasan Grace memilih untuk bekerja disana.
Untung saja, hari ini tidak ada jadwal kuliah dan bimbingan. Jadi, dia bisa lembur untuk menambah pemasukannya. Beginilah kegiatan Grace setiap harinya tanpa libur, terkecuali saat dia sakit atau ada hal mendesak. Jatah
liburnya selalu diganti dengan gaji lembur.
“Grace, persiapkan reservasi untuk ruang VVIP-1 ya, akan ada dua orang tamu sekitar 15 menit lagi yang akan menempati ruangan tersebut,” ucap pemilik restoran, Adam Bratadikara. Yang di panggil pun segera menunduk dan mempersiapkan ruang reservasi tersebut.
Adam hanya tersenyum melihat gerak-gerik para anggotanya. Dia senang dengan kecepatan dan ketepatan mereka dalam memuaskan pelanggan restoran itu. Tidak sia-sia baginya untuk memberikan gaji yang cukup besar untuk setiap anggotanya, yang menurutnya mereka memang pantas menerimanya.
Pintu depan restoran terbuka, seluruh mata pelanggan melihat ke arah sosok dua orang yang mengenakan setelan jas. Adapula beberapa pelanggan yang dengan diam-diam mengambil foto mereka dengan handphone. Dialah sang
aktor dan model terkenal itu bersama dengan manajernya, para pelanggan tidak ingin melepas pandangannya selama sosok tersebut masih belum memasuki ruangannya.
“Apa kabar, bro? Sudah seminggu lebih kalian tidak kemari.” Kata Adam sambil memberi pelukan khas nya pada kedua temannya itu, Arion dan Steve. Arion hanya mengangguk, tetapi Steve tersenyum dan berkata, “Kamu tahu sendirilah, bro. Betapa sibuknya dunia bisnis dan entertainment. Kami tidak sempat untuk hanya sekadar keluar makan bersama. Biasanya kami akan sibuk di dalam ruangannya -sambil melirik ke arah Arion- dan pada saat jam makan, kami selalu memesan makanan siap saji.” Adam langsung mengarahkan kedua orang tersebut ke dalam ruangan yang telah disiapkan oleh Grace.
“Sebentar lagi, pesanannya akan dihidangkan.” Ucap Adam sambil duduk berhadapan dengan Steve yang duduk disebelah Arion. Beginilah mereka saat bertemu, selalu saja menghabiskan waktu bersama.
Tiba-tiba perhatian Arion mengarah pada seseorang yang memasuki ruangan dengan membawa nampan berisi pesanan mereka.
Gadis ini cukup cantik dengan dandanan seadanya diwajahnya, rambutnya hanya dicepol begitu saja -memang sudah aturan restoran bagi anggota perempuan, harus mengikat rambutnya dengan rapi- kemeja berwarna merah maroon dengan rok hitam selutut dan celemek pada bagian pinggangnya. Yah, dialah orang yang menolongnya malam itu. Meskipun sudah 3 hari berlalu setelah peristiwa tersebut, tapi dia tidak bisa melupakan sosok perempuan itu.
Grace tersenyum sambil berkata, “Selamat menikmati.” Kata-katanya membuyarkan lamunan Arion. Pikirannya kacau setelah melihat kepergian Grace begitu saja. Apakah dia melupakanku? Apa dia sama sekali tidak mengenalku? Memang gadis yang aneh. Banyak pertanyaan dalam benaknya yang menurutnya harus
diutarakannya kepada gadis itu.
Setelah selesai makan, dia izin keluar ruangan dengan alasan ingin menelepon seseorang pada kedua orang yang sedang asyik bersenda-gurau.
GRACE POV
“Maaf, Tuan. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”, tanyaku kepada seorang lelaki yang sedari tadi mengejar dan memanggil namaku.
Lalu dia hanya menjawab dengan santai, “Grace, ternyata daya ingatmu memang tidak bagus. Ini aku, Gavin. Beberapa hari lalu, kamu membantuku bersembunyi ditaman malam itu.”
Aku hanya diam dan berusaha mengingat kejadian tempo hari. Apakah itu benar dia? Tidak mirip menurutku. Sebenarnya aku tidak memiliki banyak waktu saat ini, karena aku sedang bekerja dan akhirnya kutinggalkan saja lelaki itu untuk melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda.
Ternyata, dia masih saja ditempatnya berdiri tadi. Dia menghampiriku, “Setelah selesai dengan pekerjaanmu, bisakah luangkan waktumu sebentar untuk menemuiku diparkiran nanti? Hanya sebentar.”
Aku sedang tidak ingin diganggu, takutnya konsentrasiku dalam bekerja akan berantakan karena dia selalu menghampiriku, apakah dia tidak tahu bahwa banyak pasang mata yang melihat kearah kami? Langsung saja aku mengangguk dan meninggalkannya lagi.
Ini sudah pukul 8 malam, sudah saatnya aku mengambil gaji lemburku dan mengambil barangku di loker. Kami diberi gaji lembur secara cash pada saat itu juga. Itulah mengapa aku ingin mengambil lemburku. Tapi kalau gaji per
bulannya, beda lagi perhitungannya. Akan lebih untung jika kita memilih waktu lembur.
Oh iya, aku baru ingat, aku sudah janji akan menemuinya diparkiran. Begitu selesai dengan barang-barangku, aku langsung menemui Atasanku dan meminta izin untuk pulang. “Pak Adam, saya izin pulang ya.”
Dengan santainya, dia malah menjawab dengan lagak-tawanya itu, “Ahh, iya. Terimakasih untuk hari ini ya, Grace. Tapi, sebelumnya kan sudah kubilang, kalau hanya kita berdua saja, panggilannya diganti jadi kakak. Ckckck, kamu mengecewakanku Grace. Hahaha.”
“Yah, kan aku udah terbiasa panggil bapak, kan memang Anda sudah bapak-bapak.” Ehh, dia malah tertawa keras mendengar ucapanku. Memang aneh baget orang ini, pikirku.
“Grace, aku belum punya anak, jadi aku belum bapak-bapak. Trus usia kita hanya berbeda 4 tahun, Grace. Ayolah, anggap saja aku seperti kakakmu sendiri. Jangan sungkan gitu. Kalau aku kakakmu, tentunya Silvi akan menjadi kakak iparmu. Gimana? Gimana? Gimana?” Bujuknya padaku seperti seorang anak TK dengan puppie-eyes miliknya.
“Baiklah, kakak. Ini bukan karena keinginanku ya, dan ingat jangan sering-sering bawa nama kak Silvi. Grace pamit ya, kak. Jangan nakal, ingat istri dirumah menunggumu,” kataku sambil berbalik dan keluar ruangannya. Yang kudengar hanya suara tawanya yang begitu keras dari dalam ruangan yang kutinggalkan itu. Dia itu orang aneh yang suka sekali tertawa.
Kak Silvi adalah kakak senior ku dikampus, dia sangat ramah dan baik. Kami sudah seperti saudara saja, kak Silvi juga lah yang merekomendasikan padaku untuk kerja sambilan disini. Tak habis pikir aja, mengapa bisa kak Silvi bisa menikah dengan orang aneh seperti Adam. Tapi, apa mau dikata? Takdir sudah mengikat mereka.
Dengan tergesa-gesa, aku langsung pergi keparkiran. Aku melihat orang itu sedang bersandar di depan pintu mobilnya. Gavin yang waktu itu kujumpai sangatlah imut, tetapi Gavin yang ini terlihat berwibawa. Apakah dia memiliki kepribadian ganda? Aku tidak ingin terlalu dekat dengannya, jadi, kubiarkan saja pemikiranku itu.
Lihatlah, saat ini dia tersenyum padaku, “Grace, aku ingin mengucapkan terima kasih dengan layak padamu. Terima kasih telah menolongku tanpa menghiraukan keselamatanmu sendiri waktu itu.” Dia mendekatiku dan menyodorkan sebuket bunga dari belakangnya padaku.
Aku terkejut melihat bunga yang didekatkan padaku, tanpa sadar aku menepis bunga itu, lalu menghindar darinya dan berbalik untuk berlari menjauh, menemukan taksi dan langsung pergi dari tempat itu.
Kenapa harus bunga? Ucapku tanpa suara.
Aku tahu aku sudah berbuat kesalahan saat ini, dengan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi aku harus pergi saat ini juga. Aku tidak mau dia melihat keadaanku saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Cahaya Warna
sejoli itu bukannya sepasang ? kan laki2 sm laki2 ?
2022-07-07
0
Llaa
mungkin grace alergi bunga atau ada hal2 yg bikin dia benci karna bunga, maybe
2021-03-17
1
Civiliza Quena
alergi bunga nih si grace...
2021-01-09
0