Author mohon dimaklumi jika (menurut reader) terdapat typo pada novel ini.
Jujur saja, novel ini adalah karya pertama Author.
Apabila pada novel ini terdapat nama, latar, alur, ataupun dialog yang memiliki kesamaan ataupun ada kata-kata yang menyinggung, bahkan jika ada kesalahan pada pengetikannya, Author meminta maaf dengan setulusnya...
Novel ini cukup spesial bagi Author sendiri, karena terdapat sedikit bumbu dari pengalaman hidup Author meskipun sebagian besarnya berasal dari imajinasi Author sendiri.
Untuk membantu Author membuat novel ini menjadi lebih baik lagi, sudi kiranya para reader yang terkasih memberikan sedikit saran pada kolom komentar dan menge-like episode yang sekiranya menarik...
Terima kasih atas perhatian dan pengertiannya.
Happy Reading Guys ^.^
**********
Di hari berikutnya...
Arion segera bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap-siap pergi ke rumah Adam. Dia sudah memberitahukan kepada Adam kalau dia ingin bertemu dengan Silvia. Steve pun sudah di beri pesan singkat agar dia yang menggantikan posisinya pada meeting pagi ini.
"Sil, kenapa kamu cerita hal yang tidak-tidak dengan Mom? Kamu membuatku sulit tau gak? Mom sampai ingin bertemu dengan dia. Kamu itu selalu saja membuatku dalam masalah." Arion mengomel sejadi-jadinya pada sepupunya itu.
Silvia hanya mendelik acuh tak acuh padanya. Dia tidak habis pikir dengan sepupunya ini. Seorang lelaki yang tidak pernah dekat dengan perempuan mana pun, bisa kelabakan dengan satu permintaan ringan dari Mom-nya sendiri.
Arion yang merasa di acuhkan, mengacak-acak rambutnya seperti orang yang sedang frustasi. Dia masih belum yakin dengan perasaannya sendiri, tapi sepupunya sudah membeberkan hal itu pada Mom-nya.
"Sil, kamu bisu atau tuli, sih? Sedaritadi hanya diam tak menjawab pertanyaanku."
Silvia menarik lengan dan mendudukkan sepupunya itu di Sofa ruang tamu dan berkata, "Aku hanya ingin membantumu untuk bisa lebih cepat dekat dengan Grace. Aku tau kamu itu sebenarnya sudah tertarik dengannya. Tapi kamu kelamaan geraknya. Dengan dukungan Mom, menurutku, kamu akan lebih cekatan untuk mendekati mempertemukannya dengan orangtuamu. Ehhh, tak tau nya malah datang ke sini untuk mengeluh."
"Kamu gila Sil, kamu tau sendiri kalau aku bukan tipe lelaki yang suka mendekati apalagi merayu perempuan. Di awal pertemuan kami saja, aku hanya menyebutkan nama tengah ku dan pada akhirnya dia mengetahuinya dan untuk berteman saja dia sudah menolakku, terus di pertemuan kedua, aku sudah membuat alerginya kambuh. Mom akan pulang minggu depan, bagaimana bisa aku dekat dengannya dalam waktu sesingkat itu?"
"Kan kalian tidak harus dalam status berpacaran. Berusahalah untuk menjadi temannya terlebih dahulu. Sebenarnya tidak masalah kalau dia bertemu dengan Mom. Kamu ini terlalu banyak mikirnya. Dalam seminggu,
seharusnya itu waktu yang lebih dari kata cukup jika hanya ingin berteman dengan dia. Dan kuberitahukan pada mu ya, sepertinya, kalau laki-laki akan lebih mudah berteman dengan dia. Karena dari pengalamanku selama kenal dengannya, temannya lebih banyak kaum lelaki daripada perempuan. Jadi, jangan sampai kamu terlambat. Terlambat menyadari dan mengakui perasaanmu."
"Aku tidak akan semudah itu percaya padamu, Sil. Kamu itu hanya ingin mengolokku kan?"
"Ya sudah, kalau kamu tidak percaya. Aku dengar dia dan temannya akan liburan bulan depan setelah mereka menyelesaikan Sidangnya. Kamu lihat sendiri saja nanti, apakah perkataanku hanya sekadar candaan atau tidak."
"Sudahlah, aku lapar, tadi belum sempat sarapan. Buatkan aku sarapanlah, Sil."
"Kamu itu ya, merepotkan sekali. Tunggu saja di ruang makan, aku akan segera menyiapkan sarapan untukmu."
Selesai dengan sarapannya, Arion bergegas ke kantor, dia sudah melewatkan jadwal meeting pagi ini. Dia masih ada jadwal meeting di pukul 11 dan pukul 2 siang ini. Dia tidak bisa melewatkan meeting ini seperti pagi tadi karena dia akan di cap sebagai pimpinan yang tidak bertanggungjawab jika sering bolos meeting.
**********
Steve mengingatkan Arion dengan jadwalnya untuk seminggu ini, "Ar, seminggu ini kamu tidak memiliki jadwal pemotretan di sore hari, karena aku sudah mengosongkan jadwalmu di sore hari agar kamu dapat lebih fokus pada perusahaan sebelum memulai syuting film barumu. Karena syuting barumu ini akan sering dilakukan di luar kota."
"Baiklah Steve, aku akan mengingatnya. Kalau sudah waktunya, kabari aku segera ya." Arion berbicara dengan tatapan masih terarah pada lembaran yang kini ada ditangannya.
Steve hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu. Di ruangannya, dia menemui asistennya dan menyuruhnya membelikan makanan, karena ini sudah pukul 1 siang. Dia tidak ingin dirinya dan Arion sakit hanya karena kesibukan mereka.
Setelah makanan tiba, dia segera masuk ke ruangan Arion dan menyuruhnya makan bersama. Saat-saat seperti ini sudah menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi mereka berdua, karena mereka akan membahas hal lain selain pekerjaan.
Steve pun memulai percakapannya dengan Arion setelah selesai dengan makanannya, "Bro, bagaimana dengan gadis itu? Apa kamu sudah mulai dekat dengannya?"
"Tidak, dia sendiri yang menolakku untuk berteman dengannya. Oh iya, Bro, kamu kan sudah beberapa kali berpacaran, bisa beri aku sedikit masukan untuk mendekatinya?" Kata beberapa kali ini sebenarnya terlalu berlebihan, karena seingat Steve, dia hanya memiliki dua mantan pacar.
"Lho? Kenapa bisa untuk berteman saja, kamu sudah di tolak?"
"Dia sudah mengetahui bahwa di awal pertemuan kami saja, aku sudah tidak berniat memberitukannya nama depan ku. Dia tahu dari rekan kerjanya."
"Hahaha,,, dia itu gadis yang seperti apa sih? Kalau dia orangnya kasar, kamu harus sabar menghadapi amarahnya. Tapi kalau di gadis yang pemalu, kamu harus sabar mendekatinya. Dan kalau dia gadis yang periang, kamu harus sabar dengan sikapnya yang tentunya 100% bertolak belakang dengan sikapmu."
Steve pun tertawa terbahak-bahak setelah mengucapkan kata-kata yang panjang itu. Dia tahu kalau dia itu hanya bisa sedikit membantu adiknya ini. Tapi, dia tidak bisa tidak menggodanya, hal itu sangat menyenangkan baginya melihat sisi lain dari seorang Arion.
"Percuma panjang kali lebar kamu mengucapkannya, kalau ujung-ujungnya, kamu hanya menyuruhku bersabar. Memang aneh. Dimintai saran, malah meledekku begitu."
Arion yang kesal segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar ruangan. Sudah hampir pukul 2 siang, dia harus menghadiri meeting bersama Steve.
Steve hanya mengekorinya dengan beberapa dokumen penting ditangannya saat ini. Dia tahu bahwa Arion pasti kesal, tapi itu tidak akan lama.
**********
"Grace, ada yang mencarimu, dia ada diparkiran menunggumu." Kata Adam yang menghampiri Grace.
"Ann ya, pak? Aku akan menemuinya sebentar." Grace pun berlalu dari hadapan Adam.
"Iya, jangan kabur dengannya ya, masih banyak pekerjaan disini." Teriak Adam tidak menghiraukan tatapan pegawai lainnya.
Diparkiran...
"Hei, Ann. Aku titip ini ya. Kalau nanti ada kejanggalan pada penulisannya, tolong bantu aku untuk memperbaikinya ya." Grace menyerahkan sebuah flashdisk kepada Anne.
"Siap Komandan. Haha, loe napa gak jawab telepon gue? Untung aja gue jumpa sama Bos gila loe itu."
"Aduh, Ann. Selama jam kerja kan aku memang tidak diperbolehkan memegang ponsel, jadi kusimpan saja di dalam ranselku. Hehehe. Jangan marah ya, Ann."
Grace membujuk temannya itu dengan senyuman manis, dia takut Ann akan menolak menge-print file perbaikan Skripsinya yang sudah ia kerjakan semalaman.
"Oke, baiklah. Gue tidak akan marah lagi. Tapi, loe harus mau temenin gue ke toko buku malam ini. Gue mau membeli beberapa novel dan komik untuk dibaca sendiri dan juga gue mau loe memilihkan buku-buku ilmiah sebagai referensi tambahan tugas akhir kita ini."
Dengan semangat '45, Grace mengangguk cepat dan berkata, "Oke, Boss. Aku balik kerja dulu ya, nanti Atasanku marah karena aku sudah terlalu lama berada diparkiran. Nanti dia malah mengira aku kabur denganmu. Bisa bahaya kita."
Anne segera berpamitan dan memasuki mobilnya. "Oke, gue pamit. Jangan telat ya, gue tunggu di gerbang."
Anne memang teman yang baik. Tidak rugi berteman dengannya. Dia suka sekali membantu temannya, terutama Grace. Karena dia sendiri mengetahui bahwa Grace bukanlah orang yang akan memanfaatkan temannya sendiri. Anne sendiri yang mendekatkan diri dan ingin terus berteman baik dengan Grace. Dia tulus, meskipun status mereka sangat berbeda.
**********
"Grace, saat pulang nanti, jangan lupa singgahkan ke gedung di persimpangan sana untuk mengantarkan pesanan ini ya." Kata salah seorang rekan kerjanya.
"Oke, baiklah. Aku berganti pakaian dulu ya, karena sudah waktunya aku berangkat, agar tidak telat ke kampus."
Dengan langkah terburu-buru, Grace ke ruang ganti dan merubah penampilannya. Dia keluar dari ruangan itu dan terkejut dengan kedatangan seseorang.
"Astaga, kak. Kamu itu mengagetkanku sajalah. Aku pamit ya, kak. Aku takut telat ke kampus, karena mau sekalian singgah mengantarkan satu set pesanan di persimpangan jalan."
Langkah Grace di tahan oleh Adam dan dia berkata, "Grace, jangan terburu-buru. Kamu berangkat bareng Ar saja. Dia sekalian mau ke kantornya tuh, kan searah dengan jalanmu. Aku sudah bilang sama dia untuk mengantarmu, biar kamu gak telat juga."
"Hah? Kok suka kali buat keputusan sepihak begitu sih, kak? Bukannya nanya dulu, aku mau bareng dia apa gak."
"Gak baik bagi orang penting sepertimu pergi kemana-mana sendirian. Cepat sana, sebelum waktumu habis dengan mengomeliku. Lihat, sudah pukul berapa ini, Grace."
Adam mengabaikan tatapan tajam dari Grace dan menghampiri Arion, "Jaga dia baik-baik ya, Ar. Hati-hati mengemudinya, jangan ngebut."
"Tenang saja kakak ipar. Yuk, Grace. Nanti kamu telat pula."
Arion mengajak Grace yang baru saja muncul dihadapannya dan Adam. Grace pun mengikuti langkahnya.
Karena di sore hari dia tidak memiliki kegiatan pemotretan atau syuting, dengan sengaja dia datang ke Restoran Adam. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk mulai mendekatkan diri dengan Grace.
Selama perjalanan, keadaan di dalam mobil terasa hening, sampai Grace membuka pembicaraan, "Nanti berhenti sebentar di depan gedung di persimpangan itu ya, aku mau antar pesanan ini."
"Baiklah." Arion menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah sampai di persimpangan, Grace bertemu dengan pelanggan tersebut dan Arion melihat kedekatannya dengan pelanggan itu. Grace masih bisa tersenyum dengan ramah, padahal lelaki muda itu dengan beraninya mengelus rambut nya, Arion mengingat kata-kata sepupunya. Mungkin mereka berteman.
Grace kembali masuk ke dalam mobil, Arion bertanya karena rasa ingin tahu nya yang begitu dalam tentang lelaki tadi, "Grace, lelaki itu pelanggan tetap di Restoran ya? Kelihatannya kalian begitu dekat."
"Yah, begitulah. Seperti kelihatannya. Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Aku cuma penasaran. Kalian bisa begitu dekat, tetapi kamu malah tidak mau berteman dengan ku."
"Dia itu teman SMP ku dan saat ini kami berkuliah di kampus yang sama. Jadi, kami memang dekat. Kalau kamu memang ingin berteman denganku, perkenalkan diri mu dengan benar dong, jangan seperti waktu itu."
"Beneran nih, kamu mau berteman denganku?" Arion bertanya dengan nada yang gamblang.
"Gak mau? Ya sudah." Perkataan Grace ini membuat Arion tertawa, "Kenapa malah tertawa? Apa yang lucu?"
"Hahaha, Iya iya, memang gak ada yang lucu menurutmu, tapi menurutku kamu itu lucu." Arion berhenti tertawa setelah melihat Grace membuang pandangannya ke arah jendela.
"Nah, karena kita sudah sampai, kamu jangan pergi dulu, karena aku mau memperkenalkan diriku dengan benar padamu." Arion mulai mengulurkan tangan kanannya pada Grace, "Kenalkan nama saya Arion Gavin Melviano, kamu bisa memanggilku dengan Ar, Arion ataupun Gavin, terserah padamu. Aku ingin berteman denganmu, ku mohon terima aku sebagai temanmu ya."
Grace menyambut uluran tangan Arion sambil tersenyum, "Saya Grace Victoria, baiklah, kita berteman mulai saat ini. Sudah lah, basa-basi nya, aku gak mau telat jumpa Doping, bye."
Arion yang melihat senyuman Grace, tidak bisa berkata apa-apa lagi selain ikut tersenyum padanya. Setelah Grace berada di dekat gerbang, Arion melihat ada lagi dua orang lelaki yang datang merangkulnya di sisi kanan dan kirinya sambil menghampiri seorang perempuan di depannya.
Memang Grace memiliki banyak teman lelaki, benar kata Silvi. Apa dia tidak punya rasa takut pada laki-laki? Dia kan perempuan, ucap Arion tanpa suara di tempatnya saat ini.
Arion semakin penasaran dengan Grace yang menurutnya berbeda dengan perempuan lain yang mendekatinya. Dia akan berusaha membuat Grace memperhatikannya lebih dari teman laki-laki lainnya.
**********
"Hei, Grace, apa kabar? Sombong nya dirimu padaku, kamu enggak pernah membalas pesan dariku." Tanya seseorang yang tiba-tiba merangkulnya dari sisi kanan Grace.
"Jangankan loe, Ka. Gue aja jarang di sapa anak satu ini, padahal dia sering melewati gue disekitar ini." Kata seorang lagi yang menghampiri Grace dari sisi kirinya.
"Heh, kalian berdua. Jangan ganggu dia. Gue punya urusan yang lebih penting dengan dia." Anne tidak sudi melihat Ahza dan Nayaka mem-bully Grace. Dia langsung menarik tangan Grace dan menyerahkan hasil print-an tadi siang kepada pemiliknya sambil menuju ruang Doping.
Ahza dan Nayaka yang melihat tingkah Anne merasa terabaikan dan dengan serempak mereka berteriak pada kedua perempuan itu, "Mentang-mentang punya Doping yang berbeda, kami jadi dicuekin."
Mereka berdua sangat akrab dengan Anne, tapi karena Anne dekat dengan Grace, mereka juga menganggap Grace seperti mereka mengganggap Anne. Yang tadi itu, mereka tidak berniat untuk mem-bully, melainkan hanya menyapa Grace. Anne saja yang selalu negative thinking terhadap mereka.
"Oh iya, Grace, seingat gue tadi loe keluar dari dalam mobil mewah. Emang itu siapa Grace? Loe kan bukan tipe cewek matre yang suka deketin om-om kaya. Hahaha." Tanya Anne setelah merea selesai dengan bimbingannya.
"Dia itu kenalan kak Silvia dan suaminya. Karena tadi dia sekalian mau ke kantor dan arahnya sama dengan kampus, kak Adam menyuruhnya untuk mengantarkanku. Yah, walaupun kami baru berkenalan tadi, dia sudah jadi temanku, kurasa."
Grace memang mengatakan hal yang benar pada temannya yang satu ini, tapi bukan yang sejujurnya. Dia tahu disaat seperti apa ia harus jujur dan tidak. Apalagi, Arion sendiri adalah orang yang ingin menyembunyikan identitasnya pada orang lain. Untung saja Anne percaya padanya dan tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Ohh, baguslah kalau begitu. Teman loe jadi nambah satu orang. Kapan-kapan perkenalkan dia pada kami ya, Grace. Kan loe tahu kalau berteman itu enaknya rame-rame. Kalau pacar atau suami baru milik sendiri. "Anne masih sempat tertawa sambil membawa Grace ke toko buku yang terdapat di seberang kampus, "Yuk, tepati janji loe yang tadi ya."
"Oke, Boss. Kamu mau aku pilihkan buku kan? Ya, sudah, kamu pergi cari novel dan komikmu di sebelah sana. Aku akan ke sebelah situ. Kamu mau kucarikan berapa banyak buku?"
"Hmmm, carikan gue dua buku dan loe boleh ambil dua buku juga. Ingat, jangan buku yang sama dengan yang sebelumnya sudah kita beli ya, Grace."
Dengan langkah secepat kilat, Anne pergi ke arah barat toko buku itu. Ada banyak sekali jenis novel dan komik yang dia minati. Dia memilih dengan hati-hati sebelum membelinya, karena dia tidak ingin membeli yang sudah pernah dibacanya.
Disisi lainnya, Grace mencari dengan seksama buku-buku yang akan dipilihnya. Saat ini dia sangat tertarik dengan buku pada rak ketiga, "Bagus ini untuk dijadikan referensi." Ucapnya sambil mengarahkan tangannya pada buku itu.
Tapi yang dipegangnya bukan buku itu, melainkan punggung telapak tangan seseorang. Saat dia akan menarik kembali tangannya, tangan yang tadi itu malah membalik dan memegang tangannya. Grace mengangkat arah pandangannya pada orang tersebut. "Kamu..???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
mutiara
ini actionnya mana? kok blum ada dri chap aw
2020-12-02
0
Sriiee Yoeliantarii
kamu....... bambang 😂😂😂
2019-11-04
5
𝐿𝑒𝑒🇪 🇻 🇦 🇳 🇬 🇪 🇱 🇮 🇳 ℎ𝑎𝑟𝑣𝑒𝑦
kamu?.. 😍😍😍🤭
2019-08-05
8