"Maaf Pak, tadi ada yang menelepon. Katanya, Bapak harus segera ke lobi. Kalau tidak, dia sendiri yang akan datang ke sini dan menyeret Bapak. Saya sudah bilang padanya kalau ini meeting penting, tapi dia malah marah-marah, Pak. Ini ponsel Bapak."
Arion terheran-heran mendengar ucapan asisten Steve itu. Arion dan Steve memang dengan sengaja menitipkan ponsel mereka pada nya. Karena ini meeting yang sangat penting, dia tidak ingin ada gangguan pada saat seperti ini.
Dia mengecek ulang panggilan masuk di ponselnya, Arion terkejut melihat nama yang tertera di situ. Mom. Ada apa dengan Mom? Apa yang terjadi pada Mom di lobi?
Dengan segera, Arion menunjuk Steve untuk melanjutkan meeting itu dan berpamitan secara sopan dengan kolega
bisnisnya. Dia melangkahkan kaki nya dengan terburu-buru seperti orang yang sedang lari marathon. Dia tidak peduli dengan tatapan heran pegawai yang melihatnya.
Setelah sampai di lobi, dia melihat seorang perempuan yang tidak asing baginya. Perempuan itu terduduk di lantai dan tidak ada yang membantunya. Semua yang disana hanya melihatnya tanpa ada niat membantu.
Semakin dia mendekat, semakin dia mengenal wajah itu. "Grace." Lirihnya dalam hati.
Manajer beserta keempat pelayan itu kaget melihat Bos Besar mereka datang dan langsung membungkuk pada perempuan asing itu. Mereka tidak menyangka Direktur mereka terlihat sangat mengkhawatirkan perempuan itu. 'Tamatlah riwayat kita' runtuk mereka dalam hari dengan saling memandang.
"Grace, kamu tidak apa-apa? Kamu kenapa bisa jadi seperti ini? Siapa yang berani berbuat seperti ini padamu? Lihatlah, kakimu mengeluarkan darah." Arion sangat panik dan dia langsung mengangkat tubuh Grace ala bridal
style.
Sebelum dia meninggalkan tempat itu, Arion memarahi pegawai yang ada disana dengan kejam.
"Siapa diantara kalian yang berani berbuat seperti ini padanya?!! Sudah berani kalian mengganggu tamu ku dan kalian juga sudah melanggar peraturan di perusahaan ini, kalian tidak menghargai tamu yang datang."
Dengan tatapan tajam, Arion melihat mereka berlima gemetaran karena rasa takut. Apalagi si Manajer baru itu, dia sudah sampai pucat pasi begitu.
"Kalian berlima di PECAT..!!! Sekarang juga ANGKAT KAKI dari sini dan jangan pernah MUNCUL lagi di HADAPANKU..!!!"
Ucapan Arion yang begitu kasar dan dingin, membuat semua orang disana bergidik ngeri, kecuali Mommy Arion. Dia sangat senang melihat anaknya itu penuh dengan ekspresi yang berbeda dari biasa dilihatnya. Wajah khawatirnya itu sangat imut.
Grace dan Ann terpaku melihat sikap tegas Arion. Mereka tidak menyangka akan bertemu dengan Arion yang seperti ini. Tapi, Grace tidak mau Arion larut dalam amarahnya. Dia menepuk lembut pundak Arion dengan tangan kanannya.
Arion memperhatikan wajah Grace yang tersenyum padanya. Saat ini dia tidak ingin memikirkan hal lain lagi.
Dia langsung membawa Grace ke lift khusus menuju ruangannya. Dia akan membalut kembali perban di kaki Grace.
Keselamatan Grace adalah yang utama baginya. Dia sama sekali tidak menyadari keberadaan Anne yang masih diam terpaku di tempatnya saat ini, tidak menyangka akan melihat sisi lain dari Arion.
Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Anne, menyadarkannya dari lamunannya. "Kamu boleh pulang terlebih dahulu, nanti barang yang di bawa Grace akan diantar mereka keruangan Arion."
Anne bingung entah mau menjawab apa, dia hanya bisa membalas perkataan wanita paruh baya di depannya dengan senyuman dan menunduk pertanda dia berpamitan dengan sopan.
Anne pun mengingat bahwa dia punya janji temu sebentar lagi, jadi dia segera pergi. Meskipun dia masih penasaran dengan wanita paruh baya tadi. 'Siapa dia?'.
"Kamu Manajer baru ya? Kamu kenal dengan saya? Kamu juga tidak mengenal siapa yang barusan kamu bully?" Mrs.Melv. mulai menginterogasi para pelaku kekacauan.
Wanita seksi itu hanya menggelengkan kepalanya. Para pelayan yang empat itu bergerak sedikit mundur dan berhenti disaat Mrs.Melv. meminta seseorang mengambilkan 5 gelas minuman bersoda.
"Saya ini Ibu dari Direktur yang kamu banggakan itu dan perempuan tadi adalah seseorang yang berharga di mata anak saya. Aku akan memberikan sedikit hukuman pada kalian, karena kalian sudah dengan lancang mengganggu seseorang yang tidak pantas kalian ganggu..!!"
Mrs.Melv. menumpahkan isi dari gelas itu ke masing-masing pelaku. Dia juga menyuruh Satpam untuk menyeret kelima pegawai yang menjijikkan itu. Setelah itu, dia pergi meninggalkan TKP -Tempat Kejadian Perkara-.
**********
"Grace, gimana kakimu? Terasa sakit kah? Bagaimana mereka bisa membuatmu seperti ini?"
Arion bertanya sembari duduk di karpet agar sejajar dengan tinggi sofa tempat Grace terduduk. Grace hanya diam tidak berani menjawab apapun.
Dengan ahlinya, Arion membuka perban Grace dan membalutnya kembali dengan perlengkapan P3K yang tersedia diruangannya.
Tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya.
"Ar, sayang. Mom kangen samamu." Tapi, saat berada di dalam ruangan, si Mommy malah terkejut melihat pemandangan luar biasa ini. Arion duduk di bawah. "Astaga nak, kenapa kamu sampai segitunya? Beruntung banget Mom bisa melihatmu bisa berbuat begitu pada seseorang."
Mom duduk di sebelah Grace dan mengajaknya mengobrol. "Kamu yang namanya Grace kan, sayang? Kaki kamu sakit banget ya?"
"Gak tante, gak sakit kok." Jawab Grace dengan gugup.
"Jangan panggil tante, panggil Mom saja. Mom lebih suka dipangil begitu. Oke?"
Arion sudah selesai membalut lukanya kembali, dia bangkit dari tempatnya dan mengembalikan kotak P3K nya itu ketempat semula, "Sudahlah, Mom, jangan yang aneh-aneh dehh. Lihatlah, Grace jadi merasa tidak nyaman begitu."
ARION POV
"Kamu merasa tidak nyaman dengan Mommy? Jawab sayang, dia bilang begitu pada Mommy." Mom mendekat pada Grace dan menunjukkan jarinya padaku.
Mommy ini, padahal aku sudah bilang jangan bertindak yang aneh-aneh. Aku kan jadi merasa tidak enak pada Grace.
"Oh ya, Grace. Tadi kamu mau ngapain kesini? Kok gak kabarin aku dahulu?" Kataku membuat Mom tidak lagi bertingkah yang aneh-aneh.
"Aku hanya mau mengembalikan jaketmu, Ar. Tadi aku juga sudah mengirim pesan singkat padamu. Itu jaketnya ada di handbag. Rencananya cuma sebentar saja, tapi jadi lama karena kejadian tadi." Grace menunduk tak berani
menceritakan apa yang terjadi.
"Aku kan bisa mengambilnya sendiri nanti. Toh juga kamu tinggal bersama Silvia. Kan aku bisa berkunjung ke sana nanti sore. Kamu gak perlu jauh-jauh kemari, lihatlah kakimu jadi berdarah lagi. Kamu memang tidak bisa tenang di rumah ya?" Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, tidak habis pikir. Dia sudah disuruh beristirahat saja, malah kesini.
"Aku kan juga merasa tidak nyaman kalau kamu yang datang menjemput barang yang mau kukembalikan."
"Sudahlah sayang, jangan pedulikan si Ar. Yuk, Mom anter kamu pulang. Mom juga kangen sama Silvia." Kata Mom sambil membantu Grace berdiri dengan memapahnya.
Aku tidak tega melihatnya, aku tahu luka di kakinya masih terasa perih karena masih berdarah begitu. Aku menghampirinya dan menggendongnya seperti sebelumnya.
"Mom, aku saja yang antar kalian berdua ke rumah Silvia. Meeting penting ku pun sudah berlalu karena ulah Mom."
"Hei, turunkan aku, aku masih bisa jalan sendiri, untuk apa ada tongkat itu. Jangan sesukamu saja mengangkat orang seperti barang tanpa seizin orangnya."
Aku mengabaikan Grace yang meronta dan tidak suka digendonganku, "Dan kamu, lain kali bawa kursi rodanya, jangan pakai tongkat itu untuk berjalan lagi. Kamu kira kamu bisa berjalan dengan benar setelah jahitanmu terbuka begitu?"
Ku lihat dia tertunduk mendengar kata-kataku. Aku langsung keluar dari ruanganku dan menuju parkiran diikuti Mommy. Aku tidak peduli dengan tatapan pegawai yang menatapku yang menggendong perempuan asing -menurut mereka begitu, tapi tidak denganku-.
Aku mendudukkan dia di kursi penumpang bersama Mom, sedangkan aku duduk di sebelah supir. Mom senyam-senyum melihat ekspresi ngambek Grace padaku.
Aku tau dia malu karena digendong laki-laki, tapi aku tidak mau dia berjalan menggunakan tongkat itu lagi, nanti luka nya semakin parah. Biar saja dia marah-marah sekarang, nanti akan reda dengan sendirinya.
Sesampainya di rumah Silvia, aku menggendong Grace lagi sampai ke ruang tamu dan mendudukkannya di sofa.
Kak Silvia terkekeh melihat tingkah kami berdua yang berantem seperti anak kecil -menurutku-.
"Sudah kubilang padamu, aku bisa berjalan sendiri, ini kenapa di gendong lagi?"
"Kaki kamu itu sudah berdarah seperti tadi, apa masih kurang? Gimana bisa berjalan sendiri?"
"Luka ini tidak terasa sakit lagi, jadi aku sudah bisa berjalan sendiri. Turunkan aku, Ar..!!"
"Nah, kuturunkan di sofa. Kurang baik apalagi coba? Kamu tau nya mengomel saja."
"Baik apanya? Itu namanya sesuka hatimu, bukan baik."
"Sudah, sudah. Jangan berantem gitu, malu dilihat Mom." Kata Silvia membuat Grace diam seribu bahasa.
"Wah, ada tamu spesial ya? Apa kabar Mommy?" Adam baru saja keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ke arah ruang tamu. Dia langsung memeluk Mom.
"Seperti yang terlihat, sayang. Mom sehat-sehat saja. Tapi, Mom kesini hanya sendirian. Daddy masih bekerja. Sekitar 4 hari lagi baru menyusul kesini. Mom sudah tidak sabaran bertemu dengan kalian. Apalagi disini ada Grace."
Tuh kan, Mom suka ngomongnya ngelantur gitu. Aku jadi canggung sendiri melihat ekspresi anehnya Grace. Mungkin dia kebingungan saat ini.
"Pokoknya Mom akan tinggal disini sampai Daddy kalian pulang. Sekalian Mom ingin lebih dekat dengan kedua perempuan ini." Mom mulai duduk di sebelah Grace sambil menarik Silvia duduk disisi lainnya Mom.
"Yuk, kita makan malam bersama diluar, Mom. Kami memang tadinya berencana makan malam diluar hanya bertiga bersama Grace, tak tahu nya datang tamu spesial. Lebih ramai lebih bagus." Kata Adam yang langsung menarik tanganku menuju mobil.
"Kamu jangan keras begitu sama Grace, kasihan dia, sudah sakit, kamu kerasin pula." Bisiknya padaku.
"Aku bukan keras padanya kak, dia itu tuh yang bandel dibilangin, Kak Adam saja yang tidak tahu bagaimana kejadiannya." Aku mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Grace saat di lobi perusahaanku.
"Wah, aku tidak menyangka dia bisa sampai kesana. Dia memang tidak bisa diam di rumah. Dia itu sangat keras kepala. Tapi, bagaimanpun, baguslah kalau kamu sudah bertindak sesuai harapanku. Baiklah, mari kita berangkat,
mereka sudah datang."
Aku mengangguk dan membantu Grace untuk masuk ke dalam mobil. Dia terlihat senang saat berbincang-bincang dengan Mom dan Silvia. Baguslah kalau mereka cocok.
**********
Di Restoran Italia..
"Mom mau makan apa? Pesan saja." Tanya Adam.
"Kamu saja yang pesan. Pesankan yang enak-enak. Biar Grace bisa makan banyak. Lihatlah, dia begitu kurus. Bagaimana bisa dia cepat sembuh kalau tidak menjaga nutrisi di tubuhnya."
Adam tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mom, "Mom tidak tau kalau Grace itu orangnya memang
banyak makan, tapi tubuhnya pasti akan tetap ideal begitu. Dia tidak jauh berbeda dari Silvia. Mereka sama-sama tidak mudah untuk menggemukkan badan."
Grace dan Silvia menatap tajam ke arah Adam. Aku terkekeh melihat ekspresi Adam yang jelek itu. Ekspresi takut
dimakan hidup-hidup oleh 2 orang galak. Lucu sekali.
Mom pun menoleh meneliti kedua perempuan yang ada di kedua sisinya itu, "Benar juga katamu ya, Silvia saja masih kurus begini. Tapi baguslah, mereka sama dengan Mommy, yang tidak mudah gemuk. Berarti kami ini sehati. Hahaha.."
Mommy ini ada-ada saja tingkahnya. Aku sampai habis pikir melihatnya. Padahal Mom sudah termasuk tua -karena usianya sudah menginjak kepala lima-, tapi gaya bicaranya masih saja seperti anak muda.
Perbincangan mereka terhenti di saat pesanan Adam memenuhi meja makan kami. Aku melihat cara ketiga perempuan ini makan. Tidak ada segannya dalam melahap makanannya. Meskipun cara makan mereka termasuk anggun, tapi mereka tidak menghitung sudah berapa banyak jenis makanan yang sudah dilahapnya.
Mereka memang betul-betul serasi. Aku hanya bisa berharap kalau kegiatan seperti ini akan bisa seperti ini terus. Aku senang melihat Grace bisa menyatu dengan mudah dengan Mom. Kalau begini ceritanya, Daddy pasti setuju pada pilihanku.
**********
Sesampainya di rumah Silvia...
Grace langsung berbaring di tempat tidurnya setelah dia selesai meminum obatnya dibantu oleh Silvia.
"Grace, pintu kamarnya hanya kututup begitu saja ya, tidak rapat. Biar aku bisa melihat keadaanmu atau mendengarmu jika kamu meminta bantuan. Oke? Tidurmu pasti terganggu jika ada suara deritan pintu atau suara
lainnya."
"Baiklah kak, Aku istirahat duluan ya, titip salam sama yang lain."
"Oke." Silvia keluar dari kamarnya dan menutup perlahan pintu itu, tapi tidak rapat.
Aku mendengar percakapan mereka, aku senang jika pintu kamar Grace tidak tertutup rapat. Bukannya aku mau macem-macem dengannya. Aku hanya rindu melihat wajah damainya saat tertidur pulas.
Kami semua berkumpul di ruang tamu.
"Kamu mau tidur disini juga atau balik ke Apartemenmu, sayang?" Tanya Mom padaku.
"Nanti aku balik ke Apartemenku saja Mom. Besok kan harus berangkat pagi ke kantor. Aku kan bisa singgah kesini bertemu Mom saat pulang kantor."
"Ketemu sama Mom atau ketemu Grace?" Tanya Adam dengan gaya jahilnya.
Aku tersenyum sambil menunduk tanpa menjawab. Lalu Silvia berkata, "Baguslah kalau memang dia tertarik dengan Grace, aku sempat berpikiran kalau dia itu penyuka sesama jenis lho, Mom. Kukira dia suka dengan
Steve."
Mom tertawa mendengar ucapan Silvia, "Iya, Mom sempat takut kalau dia itu tidak normal. Sejak kecil, dia tidak suka disentuh perempuan kecuali Mom. Dia bisa dengan teganya mendorong perempuan manapun yang menyentuhnya sampai terjatuh atau pun terluka. Tapi, kalau dia sama Grace, Mom setuju-setuju saja. Sifat Arion bisa berbeda 180 derajat jika berurusan dengan Grace."
Adam dan Silvia pun ikut tertawa. Aku jadi malas disini, mereka mem-bully ku. Mendingan aku pergi ke kamar menemui Grace.
"Ya sudahlah, terserah kalian semua. Aku mau pamitan pulang dulu sama Grace sebelum pergi. Aku kedalam dulu ya, Mom." Ucapku pada Mom sambil melirik Adam dan Silvia.
Mereka bertiga mengangguk dan tersenyum padaku. Ku tinggal saja mereka bertiga di sana. Mereka mulai melanjutkan perbincangan mereka tanpa aku.
Ku buak perlahan pintu kamarnya, dia terlihat sangat cantik disaat seperti ini. Sepertinya aku sudah kecanduan untuk mencium keningnya dengan lembut dan membisikkan kata "Love you" padanya.
Ini sudah yang keempat kalinya aku melakukannya. Semoga saja, isi hatiku tersampaikan dan terbalaskan dengan benar padanya.
Jangan salah sangka, aku bukan orang mesum. Aku tidak ada niat untuk melakukan yang lebih dari ini padanya. Karena aku akan menjaganya sampai dia benar-benar sudah menjadi istriku. Ahh, semoga saja dia bisa menjadi
istriku kelak.
Aku berbalik dan keluar dari ruangan itu dengan perlahan. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan menepuk pundak ku. Aku terkejut dan tidak berani menoleh ke belakang.
Siapa dia? Apa dia sudah melihat semuanya? Apa dia akan mengatakan hal itu pada Grace?
Mampus aku kalau Grace sempat mengetahui apa yang sudah kulakukan padanya selama dia tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Jinawaty J
haha ketahuan....
2021-01-09
0
Riry Setya
aduh ketahuan deh...
2020-09-06
0
Coriy TOrriy
aku suka ceritanya dari awal sukes thor
2019-11-23
3