10

Gimana ceritanya guys..??

Lumayan seru bukan..??

Semoga ceritanya menarik bagi reader semua..

Terimakasih banyak yaa, sudah mau Fav, Like, dan Komen..

Jangan bosan bacanya yaa, karena memang Author suka yang panjang-panjang ceritanya, tapi bukan yang berkepanjangan..

Happy Reading Guys ^.^

**********

Setelah dia merasa puas dengan jawabanku, kulihat Grace berbaring dan tertidur, mungkin dia sudah tidak bisa menahan rasa kantuknya.

Aku merasakan ada yang membuka pintu. Aku menoleh dan mendapati Silvia datang dan membawa rantang berisi makanan.

"Sarapan dulu. Baru kamu pulang dan bersiap ke kantor. Kamu tidak boleh lama-lama bolos. Kamu itu kan penerus perusahaan Daddy, jangan mengecewakannya. Sepulang kantor, kamu bisa kemari lagi setelah kamu membersihkan dirimu."

"Baiklah, Sil. Aku akan mendengarkanmu. Aku harap kamu bisa menjaganya dengan baik sebelum aku tiba. Aku juga akan memanggil 2 orang bodyguard untuk berjaga-jaga, bagaimana?"

"Terserah padamu. Kamu kan keras kepala, kalau sudah bilang A, akan tetap melakukan A. Percuma aku menolaknya."

"Oh iya, besok Grace sudah bisa pulang. Aku yang akan mengurus semua administrasinya besok pagi, aku juga sudah memesan kursi roda dan tongkat berjalan untuknya. Mana tau ada yang mengantar pesananku itu kesini, kamu tinggal terima saja, karena sudah kubayar lunas semuanya. Kata Dokter, kita harus lebih memperhatikan jahitannya, jangan sampai terbuka."

"Ehh, kalau besok sudah boleh pulang, kamu antar dia kerumahku saja ya, kalau dia di kost-an nya, tidak akan ada yang bisa menjaganya. Aku juga sudah bertemu dengan ibu kost nya mengatakan keadaan Grace yang sebenarnya sambil memberikan Surat Keterangan Dokter pada nya, agar dia percaya dan mengizinkan Grace tinggal bersamaku."

Aku setuju dengan pendapat Silvia. Dia benar-benar memperhatikan keadaan Grace saat ini, padahal mereka juga tidak ada hubungan darah. Dia lebih perhatian pada Grace dibandingkan padaku yang sepupunya sendiri.

"Oke, baiklah. Karena aku juga sudah selesai sarapan, aku pergi dulu. Jangan lupa untuk langsung mengabariku jika terjadi apa-apa padanya."

"Okee." Silvia membulatkan ibu jari dan jari telunjukknya dan menegakkan tiga jari lainnya dengan senyuman.

Aku segera menelepon Steve untuk mengutus dua bodyguard kesini. Aku pun melaju ke Apartemen untuk bersiap-siap dan berangkat ke kantor. Aku berusaha fokus dengan semua dokumen ini.

Hingga akhirnya, tak terasa sudah sore saja. Aku bergegas menuju ke ruangan Steve san berkata padanya kalau aku akan pulang lebih dulu. Pekerjaanku sudah selesai semuanya.

Aku melihat wajahnya yang terkejut itu, "Apa? Cepat sekali kamu menyelesaikan semua dokumen itu, Ar. Kamu memang fokus pada kerjaanmu atau kamu hanya asal bekerja agar cepat pulang menemui Grace?"

Dia itu blak-blakan banget sih? Aku tidak begitu menyukainya. "Aku memang berniat memfokuskan pikiranku pada dokumen-dokumen itu. Kalau aku memang fokus, semuanya cepat selesai. Aku selalu memeriksa kembali dokumen-dokumen itu sebelum menandatanginya. Kalau kamu tidak percaya, kamu coba tanya apa saja padaku, aku masih ingat dengan jelas, dokumen apa saja yang sudah kuterima dan hang kutolak isinya."

"Baiklah, aku percaya padamu, pergilah." Akhirnya dia menyerah juga untuk menahanku lama-lama diruangannya.

**********

Aku sangat senang, karena pekerjaanku kelar lebih cepat dari dugaanku. Aku membawakan bubur yang kubeli lagi saat diperjalananku menuju Rumah Sakit.

Kulihat penjaga pintu itu, mereka sudah melaksanakan pekerjaannya dengan baik, jadi kusuruh saja mereka pulang. Aku hanya ingin berduaan dengan Grace.

Kubuka pintu kamarnya. Kulihat Adam dan silvia sedang berberes merapikan barangnya. Grace juga terlihat lebih segar dan sudah berganti pakaian. Bisa kupastikan kalau Silvia lah yang membantunya membasuh diri.

Mereka pamitan padaku dan Grace. Kami ditinggal hanha berdua saja. Aku memberikan bungkusan bubur itu pada Grace. Aku juga memiliki satu untukku juga.

"Lho? Kenapa kamu juga makan bubur?" Tanya nya dengan heran.

Aku terkekeh, "Aku hanya ingin memakan makanan yang sama denganmu. Apa tidak boleh?"

"Boleh-boleh saja sih. Ya sudah, kalau begitu, selamat makan." Dia tersenyum padaku, manisnya..

"Selamat makan juga Grace." Kataku sambil membalas senyumannya.

Seperti biasa, dia akan tertidur pulas setelah minum obatnya. Aku selalu mengharapkan akan melihat pemandangan seperti saat ini setiap harinya.

Sekarang sudah pukul 10 malam, aku sudah mengantuk, mungkin karena otak dan mataku bekerja keras dari pagi hingga sore.

Aku mendekati wajahnya dan mencium keningnya dengan lembut, ini sudah yang ketiga kalinya aku melakukannya. Tidak lupa, aku membisikkan dua kosa kata yang mewakili perasaanku padanya, "Love you".

Aku pun menuju ke sofa dan tertidur dalam balutan selimut. Besok pagi, aku harus menyelesaikan segala administrasinya, karena besok Grace sudah diperbolehkan pulang.

**********

Pagi harinya...

Aku bangkit dari tidurku dan langsung menuju kamar mandi untuk membasuh mukaku. Setelah merasa segar, aku pergi ke bagian adminitrasi, untuk mengurus segala biayanya.

Disaat aku kembali ke ruangan Grace, aku melihat beberapa suster melepaskan selang infus yang selama ini dipakaikan pada Grace. Dia pun terlihat bersemangat untuk pulang.

Tak lupa, alu membawa ranselnya dan mendudukkannya dikursi roda. Dia menuruti semua perintahku.

Saat dipertengahan jalan, Grace merasa kedinginan karena memang di luar sedang hujan dan karena kaca jendela mobil tertutup, aku menghidupkan AC dalam mobil.

"Ar, aku merasa kedinginan. Apa kamu punya jaket? Aku pinjam dong, jaket ku tertinggal di kost. Biasanya aku bawa didalam ransel."

"Ada kok, sebentar ya." Saat lampu jalan menyala merah, aku melepas seatbelt ku dan mengambil jaket yang ada di belakang bangku ku dan aku memakaikannya pada Grace.

Sesampainya di depan rumah Silvia, Grace baru menyadari keberadaannya, "Loh? Kenapa kesini? Tidak membawaku pulang ke kost-an?"

Aku menyuruhnya keluar dan menemui Silvia terlebih dahulu, dia pun menuruti perkataanku. 'Kenapa dia bisa jadi penurut begitu ya?'

Silvia menyambut kedatangan kami, "Selamat datang Grace, Ar. Aku sudah menunggu kalian sedaritadi. Aku juga sudah mempersiapkan sarapan untuk kalian berdua. Ayuk, masuk."

Setelah selesai sarapan, Silvia menjelaskan pada Grace permintaannya padaku semalam.

"Grace, aku yang meminta Arion untuk membawamu kesini. Kamu akan tinggal disini bersamaku untuk sementara, aku sudah mendapatkan izin dari ibu kost mu. Jadi, kamu aman untuk tinggal disini."

"Baiklah kak, jadi aku tidur di kamar biasa kan kak?" Tanya Grace pada Silvia.

Aku penasaran,' kamar biasa? Memangnya sudah sesering apa dia tinggal disini? Sampai dia menyebutnya kamar biasa'.

"Iya, Grace. Kan disana memang sudah ada beberapa pakaianmu tertinggal di kamar itu. Kamu boleh menggunakannya sesukamu. Ar, antarkan dia ke kamarnya ya, nanti Grace yang akan menunjukkan arahnya." Kata Silvia dengan senyuman yang tak bisa diartikan.

"Oke baiklah, Sil. Grace, kita ke arah mana nih?" Tanyaku pada orangnya. Dia langsung menunjuk ke arah kiri. Aku berjalan melewati ruang tamu, memasuki sebuah lorong dan kamarnya tepat di ujung lorong ini.

Setelah aku mendorong kursi rodanya masuk ke dalam kamarnya, aku meletakkan ranselnya di atas kasurnya.

Ku lihat dia mencari sesuatu, ternyata ponselnya. Dengan segera dia mengecas ponselnya. Aku mendekatinya dan mengambil alih ponselnya.

"Hei. Kenapa kamu mengambil ponselku? Kamu tidak berniat untuk membajaknya kan?"

Aku tertawa melihat kekhawatirannya, "Grace, aku sudah menyimpan kontakku di ponselmu dan mengirimkan kontakmu ke ponselku. Jika ada yang kamu butuhkan, kamu bisa menelepon ataupun mengirimku pesan singkat."

Aku pun berpamitan padanya, "Grace, aku pamit pulang ya. Aku harus berangkat ke kantor. Karena aku ini memang orang yang cukup sibuk."

Saat aku membalikkan badanku, Grace menggenggam tanganku dan berkata, "Ar, kemarilah, ada yang ingin kukatakan."

Aku mendekatinya dan aku sangat terkejut dibuatnya. Dia memelukku, "Terima kasih, Ar. Terima kasih banyak. Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalas kebaikanmu, tapi, aku bisa mengucapkan banyak kata terima kasih padamu. Terima kasih karena telah menolong dan memperhatikanku. Aku sangat berterimakasih padamu."

Aku tidak memyia-nyiakan kesempatan ini. Aku memeluknya dengan erat. Aku tau ini adalah hal yang sangat langka bagiku, tapi aku merasa sangat nyaman berada di dalam pelukannya.

Sebelumnya, aku tidak suka ada perempuan yang menyentuhku, apalagi memelukku seperti ini. Bisa-bisa perempuan itu akan mengalami patah tulang karena berani memelukku, karena aku tidak akan segan menghajar siapapun yang membuatku risih.

"Tidak usah sungkan begitu, Grace. Aku senang bisa membantumu."

Dia melepaskan pelukannya dan tersenyum padaku, "Baiklah, sudah waktu nya bagimu untuk berangkat bukan? Semoga harimu menyenangkan."

"Semoga harimu juga menyenangkan Grace." Sebenarnya hari ku sudah menyenangkan, apalagi aku mendapatkan pelukan dari orang yang aku cintai. 'Terima kasih Grace. Kamu telah membuat hari-hariku menjadi sangat menyenangkan, Grace.'

***********

"Wah, ada apa ini? Tumben kamu bisa senyum-senyum begitu sambil memeriksa dokumen? Apa ada meteor yang jatuh ke kepalamu itu? Aku jadi merinding melihatnya."

Perkataan Steve itu membuatku geram, langsung saja ku lempar dia pakai pulpen yang ku pegang ini. "Rese" kataku sambil melemparnya.

Dia tertawa lepas sambil meledekku, "Aku yakin, nanti malam akan datang hujan badai berpetir, karena sangat langka bagiku untuk melihatmu seharian bekerja sambil tersenyum begitu. Hahaha.. memangnya, ada hal menarik apa yang membuatmu senang seperti itu? Ceritakan sedikit saja padaku. Aku tebak, pasti Grace dalang dari semua ini kan?"

Steve mendekati ku, dia ingin aku menceritakan apa yang membuatnya penasaran. "Aku di peluk Grace tadi pagi." Senyuman ku melebar saat mengucapkan hal itu.

"Kok bisa? Kalian sudah jadian ya? Hayoo, ngaku saja."

"Tidak. Bukan karena itu." Aku jadi lesu mengingat bahwa aku hanya sekedar teman biasa baginya, "Grace hanya mengucapkan banyak kata terima kasih padaku. Karena aku sudah baik terhadapnya."

"Itu saja? Yaaahh, aku jadi tidak terlalu bersemangat. Tapi, tak apa, kamu masih punya banyak kesempatan ke depannya. Ku rasa dia sudah merasa nyaman berada di dekatmu, sampai-sampai dia berani memelukmu. Itu suatu kemajuan yang cukup bagus bagimu."

"Iya, itu memang benar."

"Oh ya, kamu gak menghajarnya seperti perempuan lainnya yang berani memelukmu? Aku baru ingat, kamu itu phobia sentuhan wanita. Hahaha.."

"Ya, enggaklah, memangnya aku separah itu? Aku tidak akan menyakitinya. Masa sampai aku dibilang phobia sentuhan wanita begitu."

"Aku mengatakan kenyataan, bro. Ya sudah, aku tidak mau berlama-lama melihat tampang tersenyum mu itu, bisa-bisa aku jadi phobia melihat senyuman. Karena senyumanmu itu membunuhku. Hahaha.."

Steve pergi setelah meletakkan pulpen yang tadinya ku lempar padanya. Dia pasti sudah ketularan isengnya si Adam nih, makanya dia begitu padaku.

AUTHOR POV

"Grace, kamu mau kemana?" Tanya Silvia dengan wajah heran melihat Grace sudah berpakaian rapi mengenakan dress selutut berwarna greentea.

"Aku mau pergi sama Ann, kak. Dia sudah menunggu di depan. Aku mau mengembalikan ini pada seseorang. Aku perginya sebentar saja nyah kak." Grace membawa handbag yang entah apa isinya.

"Oke, baiklah, jangan sore kali pulangnya ya, Grace. Nanti kita mau makan malam di luar."

"Tenang saja kak Sil. Aku pasti tidak akan telat pulang. Aku pergi dulu ya, kak."

"Yaa, hati-hati jalannya." Kata Silvia yang tidak tau masih terdengar oleh Grace atau tidak. Dia melanjutkan kegiatannya membersihkan ruang tamu.

Grace masuk ke dalam mobil Anne. Anne membawa supirnya, jadi mereka berdua duduk di kursi belakang.

"Grace, loe yakin mau kesana? Loe sudah kabari dia?" Tanya Anne padanya.

"Aku sudah mengirim pesan singkat padanya. Dia tidak menjawab teleponku tadi, mungkin dia sedang sibuk. Temeni aku kembalikan ini padanya ya, Ann."

"Loe yakin loe bisa jalan dengan bener? Lihatlah, loe aja masih harus pakai tongkat itu. Kenapa gak kita bawa saja kursi rodanya tadi?"

"Aku baik-baik saja. Kamu lupa kalau kita ini jago bela diri? Ini tidak seberapa sakitnya. Kamu jangan meremehkanku, Ann."

"Oke. Oke. Baiklah. Aku antar sampai ketemu dengannya saja ya, karena aku juga harus pergi ke suatu tempat sekitar 2 jam lagi janji temu ku."

"Siap boss.. Kita sebentar saja."

Sesampainya mereka di Gedung Melv.Corp, mereka masuk dan menemui resepsionis. Tapi, yang datang menemui mereka di lobi malahan manajer bagian pelayanan, seorang wanita cantik, seksi dan terlihat elegan dengan gaya berjalannya.

"Anda siapa ingin bertemu dengan Direktur kami?" Dengan gaya sombongnya, dia datang dengan 2 pelayan di sisi kanan dan 2 lagi di sisi kirinya.

"Kami ini temannya, saya hanya ingin menemuinya sebentar saja. Saya sudah memberinya pesan singkat." dengan sopan, Grace berdiri dari duduknya dan menunduk pada wanita di depannya ini.

"Manajer, apa mungkin Direktur kita itu memiliki teman seperti mereka? Mereka lebih mirip dengan seorang gembel daripada teman Direktur." Bisik seorang pelayan pada wanita itu yang masih bisa di dengar jelas oleh Grace dan Anne.

Dengan penuh amarah, Anne membentak pelayan itu, "Apa yang loe bilang? Loe aja yang cuma babu udah sok nya selangit. Loe jangan cari gara-gara sama gue ya."

"Hahaha.. Benar kata pelayan ini. Lihatlah, dari cara bicaramu saja sudah tidak ada tata krama nya. Bagaimana bisa Direktur kami bisa berteman dengan kalian?" Kata wanita itu dengan senyum liciknya.

"Kamu tidak boleh bertindak begitu dengan tamu, bagaimanapun kami ini tamu disini. Jangan sekali-sekali kalian menganggap rendah seseorang hanya karena penampilannya." Grace sudah tidak tahan lagi dengan sikap arogan wanita itu.

Yang benar saja, wanita itu mengambil tongkat Grace dan mendorongnya, lalu menendang kaki kirinya. Grace merasa kesakitan. Hampir saja Anne mengahajar wanita itu, tapi ditahan oleh Grace.

"Jangan Ann, aku baik-baik saja. Ingat, kalau kita itu tidak melukai perempuan? Kita ini tamu, jadi jangan membuat onar." Bisik Grace pada Ann. Ann melirik tanda tidak suka dengan keputusan sahabatnya ini, dia benci melihat mereka melukai sahabatnya. Tapi, dia juga tidak mau mengabaikan ucapan Grace, dia takut Grace akan menjauhinya kalau dia sempat lepas kendali dengan menghajar mereka saat ini.

Di sudut ruangan, ada seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan anggun demgan penampilannya, menelepon seseorang yang dia harap bisa membereskan kekacauan di lobi saat ini.

"Cepat datang ke lobi. Sekarang..!!"

"Halo. Maaf. Tapi, Tuan sedang dalam rapat penting saat ini." Kata seseorang di seberang sana.

"Aku tidak mau tau apapun, suruh dia ke lobi sekarang juga..!! Dalam hitungan menit, dia tidak berada disini, aku yang akan menyeretnya kesini. Sekarang..!!"

Wah, wah, siapa yang tidak ketakutan mendengar suara sangar begitu? Meskipun dia sudah berumur, tapi dia masih saja bertenaga untuk membentak orang lain.

Terpopuler

Comments

Fatma Wati

Fatma Wati

siapa tu,,emakx si airon kah

2020-10-07

0

Riry Setya

Riry Setya

kok makin seru ya Thor...😉

2020-09-06

0

Anjelo,,JJ

Anjelo,,JJ

mampuslah lho hbis nih bkal dtndang dri kntor dah lgsg ketauan lgsg mah clon mertua ny bekaga sih loh cman babu jga cieehh njis gue

2019-10-17

4

lihat semua
Episodes
1 01
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70 *SPECIAL MOMENT*
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 TPG - AR GR - Pgm.Eps.80
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100 WED'DAY AR&GR
102 TPG2_101
103 TPG2_102
104 TPG2_103
105 TPG2_104
106 TPG2_105
107 TPG2_106
108 TPG2_107
109 TPG2_108
110 TPG2_109
111 TPG2_110
112 TPG2_111
113 TPG2_112
114 TPG2_113
115 TPG2_114
116 TPG2_115
117 TPG2_116
118 TPG2_117
119 TPG2_118
120 TPG2_119
121 TPG2_120
122 TPG 121
123 TPG2_122
124 TPG2_123
125 TPG2_124
126 TPG2_125
127 TPG2_126
128 TPG2_127
129 TPG2_128
130 TPG2_129
131 TPG2_130
132 TPG2_131
133 TPG2_132
134 TPG2_133
135 TPG2_134
136 TPG2_135
137 TPG2_136
138 TPG2_137
139 TPG2_138
140 TPG2_139
141 TPG2_140
142 TPG2_141
143 TPG2_142
144 TPG2_143
145 TPG2_144
146 TPG2_145
147 TPG2_146
148 TPG2_147
149 TPG2_148
150 TPG 149
151 TPG2_150
152 TPG2_151
153 TPG2_152
154 TPG2_153
155 TPG2_154
156 TPG2_155
157 TPG2_156
158 TPG2_157
159 TPG2_158
160 TPG2_159
161 TPG2_160
162 TPG2_161
163 TPG2_162
164 TPG2_163 Ending~
Episodes

Updated 164 Episodes

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70 *SPECIAL MOMENT*
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
TPG - AR GR - Pgm.Eps.80
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100 WED'DAY AR&GR
102
TPG2_101
103
TPG2_102
104
TPG2_103
105
TPG2_104
106
TPG2_105
107
TPG2_106
108
TPG2_107
109
TPG2_108
110
TPG2_109
111
TPG2_110
112
TPG2_111
113
TPG2_112
114
TPG2_113
115
TPG2_114
116
TPG2_115
117
TPG2_116
118
TPG2_117
119
TPG2_118
120
TPG2_119
121
TPG2_120
122
TPG 121
123
TPG2_122
124
TPG2_123
125
TPG2_124
126
TPG2_125
127
TPG2_126
128
TPG2_127
129
TPG2_128
130
TPG2_129
131
TPG2_130
132
TPG2_131
133
TPG2_132
134
TPG2_133
135
TPG2_134
136
TPG2_135
137
TPG2_136
138
TPG2_137
139
TPG2_138
140
TPG2_139
141
TPG2_140
142
TPG2_141
143
TPG2_142
144
TPG2_143
145
TPG2_144
146
TPG2_145
147
TPG2_146
148
TPG2_147
149
TPG2_148
150
TPG 149
151
TPG2_150
152
TPG2_151
153
TPG2_152
154
TPG2_153
155
TPG2_154
156
TPG2_155
157
TPG2_156
158
TPG2_157
159
TPG2_158
160
TPG2_159
161
TPG2_160
162
TPG2_161
163
TPG2_162
164
TPG2_163 Ending~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!