Aku akan mencobanya. Mencoba membangunkannya dengan cara menggoyangkan lengannya dengan perlahan dan berkata dengan suara lembut, "Grace, bangun. Kita sudah sampai."
Dia tak kunjung bangun dari tidur lelapnya. Saat ini, aku sudah membuka seatbelt ku. Aku terpana melihat lekuk wajahnya yang mempesona. Tanpa kusadari, jari-jariku menyelipkan beberapa anak rambut ke balik telinganya.
Tiba-tiba matanya terbuka dan melihat ke arahku. Aku sempat terdiam kaku melihat dia membuka matanya dengan
wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku. Tak kusangka, jantungku bisa berdetak begitu cepat hingga terasa mau meledak.
"Hei, sejak kapan kita sampai? Kenapa tidak membangunkanku?" Kata-kata Grace membuatku tersadar dari lamunanku. 'Apakah dengan jarak yang begitu dekat, dia mendengar suara detak jantungku tadi?'
"Ahh, ya. Aku baru saja ingin membangunkanmu. Karena kita juga baru sampai. Kamu yang lebih duluan terbangun sebelum aku sempat membangunkanmu." Aku berkata sambil menjauh darinya dan berusaha untuk duduk dengan tenang.
"Maaf ya, sudah merepotkanmu. Dan terimakasih sudah mengantarku sampai depan kost. Bye." Dia pergi begitu saja sebelum aku bisa membalas ucapannya.
Aku melanjutkan perjalananku ke Apartemen dan langsung membersihkan diri. Aku langsung menuju tempat tidurku. Selama berbaring, aku tidak bisa melupakan tatapannya yang begitu hangat di mataku saat wajah kami
berdekatan. Detak jantungku tidak normal lagi.
'Kenapa hanya dengan memikirkannya saja, sudah membuatku seperti ini?' Aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri. Sampai aku tidak bisa tertidur nyenyak malam ini. Kacau banget...
**********
Esok harinya...
Aku pergi ke kantor seperti biasa. Hari ini aku berangkat dengan supir. Aku akan bertemu dengan Steve. Dia akan memberitahukanku tentang preman-preman itu.
Sesampainya di kantor, aku langsung menyuruh Steve untuk menemuiku dikantor. Dia membawa beberapa lembar portofolio data diri ketujuhbelas preman itu. Ternyata mereka memang preman kampung yang suka menculik wanita, memperkosa dan membunuhnya. Géng mereka sebenarnya banyak, tapi ada beberapa diantara mereka yang sudah pensiun.
Dengan sabar, Steve menjelaskan semuanya.
"Yah, mereka adalah suruhan dari Zesil. Zesil sebenarnya kuliah dikampus yang sama dengan Grace. Mereka juga seangkatan, tapi beda jurusan. Zesil sebenarnya pernah melihat Grace turun dari mobilmu, tapi pada saat itu dia belum tahu pasti siapa Grace. Dia menyadari keberadaan Grace sejak dipermalukan olehmu di Restoran beberapa hari lalu."
"Sebenarnya, dari mereka tidak ada yang tau siapa yang menyuruhnya. Karena orang itu menelepon dengan nomor ponsel yang berbeda-beda dan transaksinya dilunaskan melalui transferan dana ke rekening ketuanya. Kami mengetahuinya saat ada nomor ponsel yang menelepon dan kami menyuruh seorang preman menjawabnya."
"Aku sangat mengenal suara dan gaya bicara wanita di seberang telepon. Tapi, untuk memastikannya salah seorang anak buah kita melacak keberadaanya melalui sambungan telepon tersebut ke laptopnya. Dia sangat lihai dengan jari-jarinya dan kami menemukan bahwa dia itu memang benar adalah Zesil. Sekarang terserah padamu, bagaimana kamu akan mengatasinya?"
Aku sedang menimbang hukuman apa yang sesuai untuk Zesil yang setara dengan apa yang telah dia perbuat. Dia sudah berani mengganggu Grace, padahal sudah kuberi peringatan.
"Pantas saja, waktu pertama kali mengantar Grace ke kampus nya, aku merasa ada yang melihat ke arah mobilku dan Grace. Tatapan terasa tidak asing bagiku, tapi karena setengah wajahnya tertutup buku yang dipegang, aku jadi tidak mengenalnya. Ternyata dia Zesil." Aku menceritakan kejadian itu pada Steve yang mengangguk-angguk
mendengar cerita ku itu. (Baca eps 04)
"Zesil ternyata orang yang pantang menyerah, Ar. Dia menyewa begitu banyak preman. Oh iya, aku penasaran, siapa yang menghajar preman-preman itu sampai pingsan semua? Kau dan Adam? Soalnya, anak buah kita bilang pas waktu mereka tiba di lokasi, para preman itu sudah tépar semua." Steve bertanya sambil berjalan mengelilingiku yang sedang duduk ini.
"Grace dan Anne." Jawabanku yang singkat ini tidak ada yang mempercayainya.
"Hah? 2 orang gadis mampu melumpuhkan 17 preman? Kau bercanda, Bro." Steve memang tidak percaya.
"Aku serius. Aku yang melihatnya secara langsung pun masih ragu untuk mempercayainya. Tapi itu memang benar adanya. Kamu boleh tanya Adam kalau masih tak mempercayaiku. Adam yang membuatku tidak berbuat apapun
selama Grace dan Anne menghadapi para preman itu." Aku kesal melihatnya yang tidak percaya pada ucapanku.
"Oke, oke, oke. Aku percaya padamu. Tapi, nanti harus kupastikan lagi pada Adam. Aku pergi. Selamat bekerja Mr.CEO." Steve pun keluar dari ruanganku.
Jadwalku hari ini tidak ada yang spesial, karena hanya berurusan dengan dokumen-dokumen ini. Jadi, untuk makan siang dan malam nanti, aku akan makan di Mansion bersama Mom, Dad, dan Steve.
'Kenapa Steve juga di ajak?' Mom baru saja mengirimkan pesan singkat padaku. Dia rindu dengan Steve. Itulah alasannya.
GRACE POV
Aku tidur nyenyak semalam dan sudah berasa berenergi saat ini. Jadi, mulai pagi ini aku sudah bisa bekerja seperti biasa. Aku langsung membersihkan diri dan memakai seragam kerja ku. Aku juga tidak lupa mengoleskan dan membawa salep yang diberikan Arion padaku.
Maklum saja, kami kaum perempuan sangat memperhatikan penampilan. Jangan sampai ada bekas luka yang membuat kecantikan yang sudah di jaga berpuluh-puluh tahun lamanya menjadi alasan kecil bagi kami untuk terlihat jelek.
Yah, bagi yang paham, berarti dia mengerti maksudku. Bagi yang belum mengerti, tidak ada pengulangan kata lagi.
Aku berangkat kerja dulu.
Sesampainya di Restoran, aku masih belum melihat siapa pun tiba disini. Adam juga baru tiba 10 menit setelah
aku duduk di tangga kecil menuju pintu utama.
Adam menghampiriku dengan membawa banyak kuncinya, "Grace. Kamu yakin sudah bisa bekerja mulai hari ini?"
"Sudah dong, Kak. Aku kan bukan anak kecil lagi. Luka ini sudah sembuh." Aku membuka suara untuk meyakinkannya.
Dan berhasil, dia mengangguk sambil membuka kunci pintu utama, "Oke, aku percaya padamu. Tapi, hati-hati dengan gerakan kakimu ya, Grace. Jangan terlalu memaksakan diri."
"Baiklah Kak Adam. Selamat bekerja Kak." Aku langsung melakukan rutinitas kebersihan sebelum jam buka Restoran dimulai.
Tak berapa lama, rekan kerjaku lainnya juga berdatangan. Mereka menanyakan kabarku secara bergantian. Dan aku juga mendengar kabar kalau si dia sudah mengundurkan diri karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Aku lega, karena semuanya baik-baik saja.
**********
Sore harinya...
"Aku pamit ya, semuanya. Sampai ketemu besok semua." Aku pergi menemui Kak Adam.
"Kak, aku pergi ya. Aku akan berangkat bersama Ann hari ini. Dia sudah menungguku daritadi. Bye." Begitu aku mau keluar menuju pintu kantornya, dia mengucapkan kalimat yang kurang aku pahami.
"Grace, kalau memang ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan padaku, sampaikan secepatnya ya, karena aku akan tetap mendukung semua keputusanmu pada akhirnya."
"Itu pasti Kak Adam." Aku pergi menuju parkiran.
"Loe itu ya, gue sudah menunggu lama nih. Gue sampai lapar menunggu. Nanti selesai bimbingan, kita ke Café sebentar sebelum pulang ya? Jangan kabur loe. Loe harus temeni gue."
"Oke bosss. Aku padamu. Hahaha.."
Selama perjalanan, kami bersendagurau saling melempar candaan satu dengan yang lain. Aku bersyukur karena mendapat teman seperti Anne. Dia itu teman yang pengertian dan sangat baik menurutku.
Selesai Bimbingan...
"Ann, aku sudah berhasil mendapatkan ACC dari tida Doping, sebentar lagi aku sudah bisa Sidang."
-Sidang = Meja Hijau-
"Kata Doping kita itu, ini sudah ACC darinya, tinggal tahap terakhir ACC dari Pak Ketua. Horrreee..!! Kalau aku bisa dapat ACC Pak Ketua besok dan melunaskan biaya administrasinya, Senin aku sudah bisa ikut serta Sidang." Aku sangat senang sampai memeluk Ann.
"Iya, iya, gue tau. Kan kita sama. Dasar. Karna gue yang pertama selesai bimbingan dan loe masih bimbingan di dalam, gue masih diem aja daritadi. Ehh, keluar dari sana, loe nyerobot meluk gue sembarangan gitu. Jadi, besok kita harus bisa dapat ACC dari Pak Ketua ya, Grace. Biar kita bisa bareng Senin Sidangnya."
"Wow..!! Aku gak salah dengar kan Ann?" Aku tak percaya, "Aw..!! Sakit Ann. Kenapa kamu jewer aku kuat gitu sih?" Aku merasa sedikit kesal padanya.
Anne terkadang bisa lebih jahil lagi. Gegara aku tak mempercayainya, dia jadi menjewerku sekuat itu. Padahal itu hanya kata-kataku saja, aku tidak mungkin tidak percaya padanya.
"Itu untuk buat loe sadar, kalau gue dan loe itu memang sama-sama sudah dapat ACC dari Doping killer itu."
Anne menarik tanganku menuju mobilnya. Kami pergi ke Café hanya berdua. Kami makan enak untuk merayakan keberuntungan kami hari ini. Kami sudah mengantongi ACC dari ketiga dosen.
"Ann, waktu itu, Wilsen menanyakan padaku tentang rencana liburan untuk kita semua setelah selesai Sidang. Gimana menurutmu?"
"Gue sih, oke-oke aja. Sebelum kita Wisuda, kita sudah harus pergi bersenang-senang ya. Karena kalau acara Wisuda sudah selesai, gue harus langsung balik ke Kalimantan. Loe tau kan, kalau gue ini penerus perusahan papa gue. Karena gue nih anak satu-satunya, mau gak mau, gue harus terjun ke dunia bisnis juga, Grace."
"Yaaahhh, kalau kamu jauh di Kalimantan, aku gak bisa ketemu kamu lagi dong?" Dengan wajah lesu, aku bertanya padanya. Aku tidak mau jauh darinya, aku sudah nyaman dengannya selama ini. Kalau saja dia memang seorang laki-laki, aku pasti sudah jatuh hati padanya.
"Banyak jalan menuju Roma. Masa kita yang masih sama-sama di Indonesia, tidak bisa ketemu lagi sih? Loe
itu yaa.. Gue kan bisa kemari sewaktu liburan dan loe juga bisa kesana saat loe cuti. Cemmana sih? Jangan lesu gitu dong. Nanti gue jadi gak tega ninggalin loe disini." Anne memang suka bercanda dehh.
"Kalau kamu gak tega ninggalin aku disini, jadi kamu jangan pergi laa. Hahaha.."
"Yeee, mana bisa gitu juga kelesss. Gue tetap harus pergi. Gue janji, gue bakalan kesini berkunjung ke tempat loe. Loe juga janji, jangan lupain gue secepat meniup dandelion."
"Gak mungkinlah, aku itu setia sama mu. Kan aku jadi sedih kalau kamu kira aku secepat itu lupa sama mu. Aku juga pasti akan kesana saat cuti, sekalian jalan-jalan. Hahaha.."
"Yah, begitu juga boleh. Pokoknya, setelah selesai Sidang, kita harus cari tempat bagus untuk liburan. Gue bantuin loe kalo urusan biayanya. Tapi loe harus bantu buat milihin cemilan dan barang yang diperlukan disana. Dan ingat, jangan ngomong sama yang lain, entar gue dikompasin sama mereka. Hahaha.."
Anne adalah sahabatku yang paling berkesan bagiku selama hidupku. Setomboy-tomboynya dia, aku yakin dia itu pasti bisa menjadi wanita tulen suatu hari nanti. Karena bagaimanapun, dia itu adalah Tuan Puteri di keluarganya.
"Oke, kita sepakat..!! Kita fokus untuk hadapin Sidang dulu, nanti baru kita lanjuti pembicaraan kita mengenai liburan. Oke Ann?"
"Baiklah, urusan kita disini pun sudah selesai. Tak terasa udah kenyang aja gue. Sambil makan sambil ngomong gini, gak terasa waktunya juga udah larut begini. Pulang yuk, gue anter. Besok sore gue jemput lagi ya? Biar bisa
bareng jumpa Pak Ketua."
"Okee. Saatnya pulang."
Aku dan Anne beranjak dari tempat duduk kami. Dia memgantarkanku pulang sampai kost-an. Dia juga pamitan langsung pulang ke Apartemennya. Maklum saja, dia anak 'Holang Kaya' pastinya tinggal di tempat yang bergengsi pula.
Begitu aku membalikkan badan, tubuhku menubruk sesuatu yang cukup keras.
"Aduh, sakit." Ku pegang hidung ku yang tertabrak bidang datar yang keras dihadapanku, "Ehh, maaf, aku tidak sengaja." Aku mundur beberapa langkah dan agak membungkukkan badanku pada orang yang sama sekali tidak ku ketahui siapa dia.
"Hei, kalau berbicara dengan seseorang itu, tatap matanya. Jangan melihat ke bawah melulu, aku kan jadi gak bisa
melihat wajahmu."
Kuangkat kepala dan pandanganku, "Yah, elaahh. Ternyata kamu? Kamu sih, entah sejak kapan disitu. Jadi nabrak gini kan?" Kataku melampiasakan kekesalanku padanya sambil mengelus batang hidungku yang masih terasa sakit.
"Sorry. Aku kirain kamu sudah tau kalau di belakangmu ada orang." Ucapnya sambil terkekeh.
"Bikin kaget saja. Lain kali jangan berdiri kayak patung gitu di belakang orang lain, kayak hantu, tau?" Aku semakin kesal sibuatnya, "Jadi, untuk apa malam-malam gini datang kesini?"
"Untuk menemui mu."
"Sejak kapan kamu disini?"
"Sejak tadi."
"Ada urusan apa mau bertemu denganku?"
"Tidak ada."
"Nih, mau ngajak berantem ya? Kalau gak ada urusan apapun, ngapain kesini? Gak jelass.."
"Jadi, untuk bertemu denganmu harus ada urusan penting dulu ya, Grace?"
"Yah, setidaknya katakan apa keperluanmu kemari, Ar." Aku tidak habis pikir dengan anak yang satu ini, ya! Dia Arion.
"Aku kan sudah bilang berulang kali, aku ingin menemuimu. Itu alasan yang cukup bagiku untuk kemari."
"Bikin kesal saja. Sekarang sudah ketemu, sudah cukup juga kan? Aku mau masuk nih, kamu pulang sana. Udah larut lagi, nanti aku kena marah Ibu kost karnamu. Bye."
"Bye, Grace."
Kulihat dia masih menatap kepergianku, biarlah situ. Siapa suruh isengin orang jam segini. Entah apa yang salah di otaknya itu. Aku mau membereskan file Skripsi ku terlebih dahulu, biar besok-besok tinggal memikirkan hal lainnya saja.
Tiba-tiba ponselku berdering.
"Ya, ada apa?"
"Ya ampun, Grace. Tidak ada ucapan selamat malam atau sesuatu gitu? Masa di awal saja sudah ketus gitu."
Gila ini orang bikin kesal saja malam-malam gini mengganggu. Tadi kan dia sudah menemuiku di depan kost, sekarang menelepon. Entah apa mau nya. Mau ngajak ribut pun jangan malam-malam gini harusnya.
"Maaf, aku sibuk. Bye."
Ku tutup panggilannya dan ku matikan ponsel ku. Biar tidak ada yang mengganggu konsentrasi ku malam ini.
AUTHOR POV
Setelah Grace mematikan total ponselnya, seseorang di seberang telepon sempat mencoba menelepon kembali, tapi pada akhirnya dia menyerah juga.
"Sungguh sulit membuat Grace menerimaku seperti dia menerima Adam. Dia merasa tidak senang gitu untuk menemuiku dan mematikan panggilan dariku begitu saja." Dia menggerutu sendirian di balkon Apartemannya.
Lelaki itu merasa frustasi dengan respon dari Grace. Responnya tidak begitu baik tidak seperti yang diharapkannya.
"Aku kan menemuinya hanya karena rindu padanya dan meneleponnya karena ingin mendengar suaranya. Dia malah menghindar dariku. Ehh, sebenarnya bukan menghindariku, dia itu cuek bebek padaku." Dia mengomel tanpa henti di tempatnya berdiri saat ini.
"Padahal mulai besok, aku sudah tidak bisa menemuinya lagi. Aku harus ke Amerika bersama Mom and Dad. Aku
juga akan membawa Steve bersamaku. Silvia yang akan menangani perusahaan disini mulai saat ini hingga beberapa bulan ke depan. Setelah pulang dari Amerika, aku akan langsung melakukan syuting di beberapa daerah
yang belum kuketahui dengan jelas di mana lokasi syuting nya."
Ternyata malam ini Steve di ajak makan malam bersama dengan keluarga Melviano, selain si Mommy rindu, ada tugas yang harus di selesaikan. Pergu bersama mereka untuk membantu Arion bertemu dengan kolega bisnis yang disana.
Pikiran Arion saat ini sangat kacau. Untuk mengucapkan kata perpisahan dengan Grace saja, dia tidak memiliki kesempatan. Salah sendiri, karena tidak pandai mendekati seorang perempuan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Llaa
ntar kangen loh grace sama ar :v
2021-03-21
1
💋𝓜𝓲𝓼𝓼 𝓻𝓲𝓫𝓮𝓽𝓕𝓔𝓐💋
masih putar2 alurnya..blum mengerti sampai disini..tpi tertantang aja bagaimana endingnya..entahlah apa dan bagaimana itu urusan autor.pembaca hanya bisa menikmati..selamat bekerja keras thorr..😁😁
2020-08-29
0
Aroel Rawna
thor bikin cerita yg ending nya pemeran utamanya gk bersatu
2020-01-19
2